25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Perang Bunga Simpanan Masih Berlanjut

Bunga Simpanan-Ilustrasi
Bunga Simpanan-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perang bunga simpanan masih terjadi di tengah ketatnya likuiditas. Bank Indonesia (BI) mencatat rata-rata peningkatan suku bunga simpanan bank umum pada untuk simpanan berjangka tiga bulan pada Januari 2014 mencapai 8 persen, atau naik 0,4 percentage points dari  7,6 persen pada Desember 2013.

Tak hanya itu, peningkatan bunga juga terjadi untuk simpanan berjangka enam bulan menjadi 7,9 persen, juga meningkat 0,4 percentage points dibandingkan satu bulan sebelumnya di level 7,5 persen. Sebaliknya, tabungan berjangka dengan tenor satu bulan masih stagnan di posisi 7,9 persen.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan suku bunga simpanan bank umum tersebut masih berlanjut lantaran merespons pengetatan moneter yang diterapkan BI. “Namun kenaikan suku bunga dana tersebut tidak langsung direspons oleh peningkatan suku bunga kredit,” katanya kemarin (7/3).

Tercatat, rata-rata suku bunga kredit pada Januari tahun ini sebesar 12,5 persen atau cenderung tak berubah dari periode Desember 2013.

Secara umum, likuiditas di pasar masih mengalami pengetatan. Hal itu terlihat dari pertumbuhan simpanan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat. Analisis perkembangan uang beredar BI mencatat DPK masyarakat di perbankan pada Januari 2014 mencapai Rp 3.509,0 triliun. Figur data tersebut tumbuh 11,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnnya (year on year/yoy). Capaian tersebut melambat dibandingkan periode Desember 2013 yang terakselerasi 13 persen (yoy).

Perlambatan penghimpunan DPK tersebut, kata Tirta, terjadi pada jenis dana murah seperti simpanan giro dan tabungan. Penempatan DPK berupa giro tercatat Rp 759,6 triliun atau tumbuh 7,8 persen yoy. Pertumbuhan itu melambat jika dibandingkan Desember 2013 yang sebesar 12,2 persen (yoy). Sementara tabungan membukukan Rp 1.184,4 triliun atau meningkat 10,6 persen, melambat dibandingkan Desember 2013 yang  tumbuh 12,5 persen (yoy).

Secara terperinci, perlambatan DPK yang cukup dalam terjadi pada segmen valuta asing (valas). Yakni hanya terkerek 25,1 persen (yoy), atau lebih rendah dibandngkan Desember 2013 yang mencapai 33,9 persen (yoy). “Perlambatan pertumbuhan ini sebenarnya sesuai dengan pola musimannya. Biasanya disebut dengan January effect,” paparnya.

Selain faktor DPK, penyaluran kredit juga makin tertekan. Pertumbuhan kredit pada Januari 2014 mencapai Rp 3.287,4 triliun atau tumbuh 20,9 persen (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan Desember 2013 yang tumbuh 21,4 persen. Perlambatan tersebut terutama terjadi untuk penggunaan modal kerja yang tercatat Rp 1.553,8 triliun, atau tumbuh 19,5 persen (yoy). Pada Desember 2013 masih sanggup tumbuh 20,2 persen.

Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya menjaga pertumbuhan DPK di level 10 persen. Hal itu dilakukan untuk menjaga rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR). “Kalau lebih dari 10 persen, LDR nya bisa berlebihan. Sekarang sudah 76 persen, mendekati 78 persen. Kami harapkan tahun ini bisa tercapai 78 persen,” katanya.

Di sisi lain, program layanan perbankan tanpa cabang atau branchless banking masih tertunda. Kepala Kantor Wilayah VIII Jatim Bank Mandiri Edwin Dwidjajanto mengatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan keputusan resmi terkait mekanisme layanan tersebut.

“Kami masih menunggu keputusan. Semoga dalam waktu dekat segera keluar peraturan resmi dari otoritas,” ujar Edwin. Dia mengatakan, Bank Mandiri telah menentukan tiga titik sebagai pilot project dari layanan branchless banking, yakni Cirebon dan Indramayu di Jawa Barat, serta Makassar, Sulawesi Selatan. (gal/dee/sof)

Bunga Simpanan-Ilustrasi
Bunga Simpanan-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perang bunga simpanan masih terjadi di tengah ketatnya likuiditas. Bank Indonesia (BI) mencatat rata-rata peningkatan suku bunga simpanan bank umum pada untuk simpanan berjangka tiga bulan pada Januari 2014 mencapai 8 persen, atau naik 0,4 percentage points dari  7,6 persen pada Desember 2013.

Tak hanya itu, peningkatan bunga juga terjadi untuk simpanan berjangka enam bulan menjadi 7,9 persen, juga meningkat 0,4 percentage points dibandingkan satu bulan sebelumnya di level 7,5 persen. Sebaliknya, tabungan berjangka dengan tenor satu bulan masih stagnan di posisi 7,9 persen.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan suku bunga simpanan bank umum tersebut masih berlanjut lantaran merespons pengetatan moneter yang diterapkan BI. “Namun kenaikan suku bunga dana tersebut tidak langsung direspons oleh peningkatan suku bunga kredit,” katanya kemarin (7/3).

Tercatat, rata-rata suku bunga kredit pada Januari tahun ini sebesar 12,5 persen atau cenderung tak berubah dari periode Desember 2013.

Secara umum, likuiditas di pasar masih mengalami pengetatan. Hal itu terlihat dari pertumbuhan simpanan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat. Analisis perkembangan uang beredar BI mencatat DPK masyarakat di perbankan pada Januari 2014 mencapai Rp 3.509,0 triliun. Figur data tersebut tumbuh 11,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnnya (year on year/yoy). Capaian tersebut melambat dibandingkan periode Desember 2013 yang terakselerasi 13 persen (yoy).

Perlambatan penghimpunan DPK tersebut, kata Tirta, terjadi pada jenis dana murah seperti simpanan giro dan tabungan. Penempatan DPK berupa giro tercatat Rp 759,6 triliun atau tumbuh 7,8 persen yoy. Pertumbuhan itu melambat jika dibandingkan Desember 2013 yang sebesar 12,2 persen (yoy). Sementara tabungan membukukan Rp 1.184,4 triliun atau meningkat 10,6 persen, melambat dibandingkan Desember 2013 yang  tumbuh 12,5 persen (yoy).

Secara terperinci, perlambatan DPK yang cukup dalam terjadi pada segmen valuta asing (valas). Yakni hanya terkerek 25,1 persen (yoy), atau lebih rendah dibandngkan Desember 2013 yang mencapai 33,9 persen (yoy). “Perlambatan pertumbuhan ini sebenarnya sesuai dengan pola musimannya. Biasanya disebut dengan January effect,” paparnya.

Selain faktor DPK, penyaluran kredit juga makin tertekan. Pertumbuhan kredit pada Januari 2014 mencapai Rp 3.287,4 triliun atau tumbuh 20,9 persen (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan Desember 2013 yang tumbuh 21,4 persen. Perlambatan tersebut terutama terjadi untuk penggunaan modal kerja yang tercatat Rp 1.553,8 triliun, atau tumbuh 19,5 persen (yoy). Pada Desember 2013 masih sanggup tumbuh 20,2 persen.

Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya menjaga pertumbuhan DPK di level 10 persen. Hal itu dilakukan untuk menjaga rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR). “Kalau lebih dari 10 persen, LDR nya bisa berlebihan. Sekarang sudah 76 persen, mendekati 78 persen. Kami harapkan tahun ini bisa tercapai 78 persen,” katanya.

Di sisi lain, program layanan perbankan tanpa cabang atau branchless banking masih tertunda. Kepala Kantor Wilayah VIII Jatim Bank Mandiri Edwin Dwidjajanto mengatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan keputusan resmi terkait mekanisme layanan tersebut.

“Kami masih menunggu keputusan. Semoga dalam waktu dekat segera keluar peraturan resmi dari otoritas,” ujar Edwin. Dia mengatakan, Bank Mandiri telah menentukan tiga titik sebagai pilot project dari layanan branchless banking, yakni Cirebon dan Indramayu di Jawa Barat, serta Makassar, Sulawesi Selatan. (gal/dee/sof)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/