25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

32 Hotel di Medan Tutup Pintu

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, berdampak luar biasa bagi perekonomian bangsa. Salahsatu sektor yang paling terpukul adalah sektor pariwisata. Data Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan, sejak pandemi Covid-19 melanda Kota Medan, puluhan hotel memilih tutup pintu alias berhenti beroperasi sementara waktu.

“Jumlah hotel berbintang yang memilih berhenti beroperasi semakin banyak. Catatan terakhir diperoleh Dispar Kota Medan per 8 April 2020, sudah ada 32 hotel yang memilih tutup (lihat grafis). Data itu kita dapat dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Sumut,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, Drs H Agus Suriyono kepada Sumut Pos Minggu (10/5).

Data tersebut belum diperbaharui lagi di bulan Mei 2020. “Belum ada info perkembangan lanjutan, apakah hotel-hotel berbintang yang tutup itu sudah ada yang buka, atau justru makin banyak yang tutup di bulan Mei ini. Kita sedang data,” ujarnya.

Dijelaskan Agus, tutupnya puluhan hotel tersebut karena lebih rugi jika mereka tetap beroperasi di kala pandemi masih berlangsung seperti saat ini. “Dengan adanya wabah ini, tamu tidak ada yang menginap. Tak hanya tamu menginap, tamu yang melakukan kegiatan seperti rapat atau seminar juga tak ada lagi, karena kegiatan seperti itu tidak boleh ada di situasi saat ini. Akibatnya, biaya operasional hotel tidak tertutupi,” jelasnya.

Jumlah hotel yang tutup di Kota Medan sebanyak 32 hotel ini melonjak bila dibandingkan data per 3 April 2020, di mana hotel yang tutup baru mencapai 24 hotel. Atau bertambah 8 hotel.

Dari total 24 hotel yang telah berhenti beroperasi, sekitar 3.500 karyawan telah dirumahkan. Belum diketahui jumlah karyawan yang dirumahkan atau di-PHK setelah hotel yang berhenti beroperasi mencapai 32 hotel.

Tak hanya itu, restoran atau cafe di hotel-hotel yang biasanya cukup ramai dengan para pengunjung, baik yang menginap ataupun tidak, juga tak lagi beroperasi karena tak adanya lagi pengunjung. Ditambah lagi aturan yang mengharuskan setiap restoran menerapkan sistem pembelian take a way (bawa pulang).

Dampaknya, PAD Kota Medan dari sektor pariwisata anjlok tajam. Namun berapa angka PAD yang turun dari sektor pariwisata, Agus mengatakan, Dispar belum menghitungnya.

“Saat ini fokus Pemko Medan belum memikirkan perolehan PAD. Yang pasti, PAD sektor pariwisata menurun. Saat ini fokus Pemko Medan adalah melakukan langkah-langkah percepatan penanganan Covid-19. Saat pandemi ini selesai, insyaallah kita akan kembali membangun sektor pariwisata di Kota Medan,” terangnya.

Dijelaskannya, jauh sebelum Covid-19 terjadi di Kota Medan, Dispar telah memiliki berbagai agenda berupa even-even, baik lokal hingga internasional untuk meningkatkan sektor pariwisata. Namun mayoritas even tersebut terpaksa ditunda. “Tak mungkin membuat even yang melibatkan ratusan orang di tengah pandemi sekarang ini,” jelasnya.

Salahsatu sektor yang terkena imbas pandemi Covid-19 di Kota Medan adalah pelaku usaha ekonomi kreatif. Untuk itu, Dispar Kota Medan telah menyiapkan program Medan Creative Market (Pasar Kreatif Medan). Program itu bertujuan untuk mempermudah para pelaku usaha ekonomi kreatif memasarkan produknya. Di mana konsumen dapat berinteraksi langsung dengan para pelaku ekonomi kreatif yang diminatinya.

“Sampai saat ini ada sekitar 310 orang pelaku ekonomi kreatif yang tergabung ke dalam akun grup Medan Creative Market. Masih ada 426 orang yang menunggu verifikasi dari Dispar untuk bergabung ke akun grup (Facebook) ini. Meski belum di-launching, akun ini telah memasarkan 40 produk,” tutupnya. (map)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, berdampak luar biasa bagi perekonomian bangsa. Salahsatu sektor yang paling terpukul adalah sektor pariwisata. Data Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan, sejak pandemi Covid-19 melanda Kota Medan, puluhan hotel memilih tutup pintu alias berhenti beroperasi sementara waktu.

“Jumlah hotel berbintang yang memilih berhenti beroperasi semakin banyak. Catatan terakhir diperoleh Dispar Kota Medan per 8 April 2020, sudah ada 32 hotel yang memilih tutup (lihat grafis). Data itu kita dapat dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Sumut,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, Drs H Agus Suriyono kepada Sumut Pos Minggu (10/5).

Data tersebut belum diperbaharui lagi di bulan Mei 2020. “Belum ada info perkembangan lanjutan, apakah hotel-hotel berbintang yang tutup itu sudah ada yang buka, atau justru makin banyak yang tutup di bulan Mei ini. Kita sedang data,” ujarnya.

Dijelaskan Agus, tutupnya puluhan hotel tersebut karena lebih rugi jika mereka tetap beroperasi di kala pandemi masih berlangsung seperti saat ini. “Dengan adanya wabah ini, tamu tidak ada yang menginap. Tak hanya tamu menginap, tamu yang melakukan kegiatan seperti rapat atau seminar juga tak ada lagi, karena kegiatan seperti itu tidak boleh ada di situasi saat ini. Akibatnya, biaya operasional hotel tidak tertutupi,” jelasnya.

Jumlah hotel yang tutup di Kota Medan sebanyak 32 hotel ini melonjak bila dibandingkan data per 3 April 2020, di mana hotel yang tutup baru mencapai 24 hotel. Atau bertambah 8 hotel.

Dari total 24 hotel yang telah berhenti beroperasi, sekitar 3.500 karyawan telah dirumahkan. Belum diketahui jumlah karyawan yang dirumahkan atau di-PHK setelah hotel yang berhenti beroperasi mencapai 32 hotel.

Tak hanya itu, restoran atau cafe di hotel-hotel yang biasanya cukup ramai dengan para pengunjung, baik yang menginap ataupun tidak, juga tak lagi beroperasi karena tak adanya lagi pengunjung. Ditambah lagi aturan yang mengharuskan setiap restoran menerapkan sistem pembelian take a way (bawa pulang).

Dampaknya, PAD Kota Medan dari sektor pariwisata anjlok tajam. Namun berapa angka PAD yang turun dari sektor pariwisata, Agus mengatakan, Dispar belum menghitungnya.

“Saat ini fokus Pemko Medan belum memikirkan perolehan PAD. Yang pasti, PAD sektor pariwisata menurun. Saat ini fokus Pemko Medan adalah melakukan langkah-langkah percepatan penanganan Covid-19. Saat pandemi ini selesai, insyaallah kita akan kembali membangun sektor pariwisata di Kota Medan,” terangnya.

Dijelaskannya, jauh sebelum Covid-19 terjadi di Kota Medan, Dispar telah memiliki berbagai agenda berupa even-even, baik lokal hingga internasional untuk meningkatkan sektor pariwisata. Namun mayoritas even tersebut terpaksa ditunda. “Tak mungkin membuat even yang melibatkan ratusan orang di tengah pandemi sekarang ini,” jelasnya.

Salahsatu sektor yang terkena imbas pandemi Covid-19 di Kota Medan adalah pelaku usaha ekonomi kreatif. Untuk itu, Dispar Kota Medan telah menyiapkan program Medan Creative Market (Pasar Kreatif Medan). Program itu bertujuan untuk mempermudah para pelaku usaha ekonomi kreatif memasarkan produknya. Di mana konsumen dapat berinteraksi langsung dengan para pelaku ekonomi kreatif yang diminatinya.

“Sampai saat ini ada sekitar 310 orang pelaku ekonomi kreatif yang tergabung ke dalam akun grup Medan Creative Market. Masih ada 426 orang yang menunggu verifikasi dari Dispar untuk bergabung ke akun grup (Facebook) ini. Meski belum di-launching, akun ini telah memasarkan 40 produk,” tutupnya. (map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/