29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Industri Aluminium di Sumut Miliki Prospek Luar Biasa

Seorang petugas melakukan transfer aluminium Ingot. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM yang diakuisisi oleh Pemerintah Indonesia pada 2013 dan kemudian ditunjuk menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan pada 2017 lalu, mempunyai prospek yang luar biasa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Industri aluminium di Sumatera Utara memiliki prospek yang sangat luar biasa. Kebutuhan produk-produk berbahan aluminium yang sangat tinggi di Indonesia, menjadi peluang bagi INALUM yang merupakan satu-satunya pabrik peleburan aluminium di Sumatera Utara dan Indonesia untuk meningkatkan produksinya.

Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. DR. Isfenti Sadalia, SE, ME menyebutkan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM yang diakuisisi oleh Pemerintah Indonesia pada 2013 dan kemudian ditunjuk menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan pada 2017 lalu, tentunya mempunyai nilai lebih dan prospeknya tentu sangat luar biasa.

“Prospek INALUM untuk menjadi perusahaan peleburan aluminium terkemuka sangat luar biasa, apalagi sejak menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan dan akusisi PT Freeport Indonesia. Ini benar-benar harus diusahakan menjadi lebih baik ke depannya,” ujar Prof Isfenti Sadalia yang juga merupakan Ketua Pascasarjana USU ini.

Selain itu, selanjutnya, kebutuhan produk berbahan aluminium di tengah masyarakat Indonesia saat ini sangat tinggi, tentunya ini akan menjadi peluang yang harus dikejar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Berdasarkan data, kebutuhan akan aluminium di Indonesia saat ini telah mencapai 700.000 ton per tahun. Sedangkan saat ini kapasitas produksi pabrik peleburan aluminium INALUM baru mencapai 250.000 ton per tahun. Tentunya ini menjadi peluang bagi industri aluminium di Sumut untuk berkembang dan meningkatkan produksinya dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri bahkan luar negeri dengan kualitas terbaik,” tambahnya.

“Kapasitas produksi aluminium saat ini tentunya bisa ditingkatkan lagi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Apalagi mereka sangat serius dalam pengembangan bisnis aluminium ke depannya sesuai tujuan dari diambilalihnya INALUM menjadi BUMN pada tahun 2013 yaitu untuk menjadi perusahaan aluminium yang lebih berkembang, mampu memasok kebutuhan aluminium dalam negeri dan memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan, ” ujarnya.

Prof Isfenti Sadalia, Ketua Pascasarjana USU.

INALUM Aset Bangsa Indonesia

Menurutnya, ini suatu aset yang memang pasti harus dikembangkan, meskipun saat ini kapasitas produksinya belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, namun secara pelan-pelan pasti akan terus ditingkatkan.

“Ini merupakan salah satu aset yang wajib kita pelihara, dibina untuk pengembangan bisnis selanjutnya. Itu sebenarnya yang luar biasa dari INALUM ini, terlebih INALUM memiliki pengalaman yang tidak diragukan di bidang industri aluminium. Lalu dengan adanya dukungan dari perusahaan anggota holding lainnya saya yakin INALUM mampu mempercepat pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung sebagai kawasan industri aluminium,” tegasnya.

“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut tahun 2020, impor barang-barang aluminium dari luar negeri ke Sumut mencapai 5.488 ton dengan nilai US$13.148 ribu, hal ini menunjukkan INALUM masih mempunyai potensi pasar aluminium di Sumut sendiri,” jelasnya.

Dia menyebutkan, Kawasan Industri Kuala Tanjung yang akan terdapat industri-industri berbasis aluminium atau perusahaan pendukung INALUM, diharapkan mampu menyerap produksi aluminium dari INALUM dan menjadikannya menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi.

“Saya sangat berharap terbangunnya industri-industri pendukung berbasis aluminium sebagai perusahaan hilirisasi dari produknya INALUM. Harapannya bukan hanya sekedar perusahaan yang baru, tetapi perusahaan yang memang sudah berproduksi bahan jadi dari produk aluminium. Sehingga Kawasan Industri Kuala Tanjung ini dapat dikatakan sangat tepat untuk pembangunan industri aluminium dari hulu ke hilir, karena selain dekat dengan sumber bahan baku, juga akan mengurangi biaya produksi, biaya transportasi, biaya penyimpanan, dan sebagainya,” ujarnya.

Storage yard di pabrik INALUM di Bataubara, Sumut. INALUM memiliki pengalaman yang tidak diragukan di bidang industri aluminium.

Prospek Luar Biasa

Prospek luar biasa lainnya, Kawasan Industri Kuala Tanjung ini akan memberikan multiplier effect atau dampak positif. Pastinya akan banyak tenaga kerja yang bisa direkrut. Kemudian dampak bagi masyarakat sekitarnya juga pasti. INALUM mempunyai program CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa membantu masyarakat sekitar dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar.

“Potensi penyerapan ribuan tenaga kerja di industri aluminium ini sudah sangat luar biasa. Saya rasa prospek INALUM akan sangat luar biasa tidak hanya bagi INALUM sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah, khususnya Provinsi Sumatera Utara,” sebutnya.

Secara sosial PT INALUM (Persero) berperan serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar Perusahaan, seperti di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, olahraga dan kebudayaan, agama, fasilitas umum, dan bantuan sosial lainnya.

“INALUM harus tetap komit menjalankan operasional sesuai dengan tujuan visi-misinya untuk dijalankan. Hal ini adalah kekayaan negara yang memang harus dilestarikan, tetapi tetap komitmen dengan tata kelola, tata lingkungan, begitu juga kepedulian terhadap masyarakat, serta jangan sekedar perusahaan yang mengejar profit, tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Bukan sekedar perusahaan yang mengejar profit, tetapi memberikan dampak sosial yang baik bagi masyarakat sekitar,” harap Prof. Isfenti.

Menurutnya, komitmen INALUM dalam melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan sudah cukup bagus, hal ini tentunya sudah dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diperoleh selama ini.

Pada 2017, INALUM meraih 2 penghargaan sekaligus, yaitu untuk kategori TOP Leader on CSR Commitment dan Top CSR Improvement dalam ajang Anugerah TOP CSR 2017. Kemudian pada 2019, INALUM meraih penghargaan pada 8 kategori dalam ajang penganugerahan Indonesia SDG’s Award (ISDA) 2019. Terbaru, INALUM juga meraih penghargaan di ajang “TOP CSR Awards 2020”.

Drs. Sahala Siallagan, M.Sc., Ph.D, dosen Manajemen Industri, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

Sangat Bagus

Sementara itu, Drs. Sahala Siallagan, M.Sc., Ph.D, dosen Manajemen Industri, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan (Unimed) juga menyebutkan, industri aluminium ini memiliki prospek yang sangat bagus. Apalagi didukung dengan adanya kawasan Industri Kuala Tanjung yang menjadi kawasan hilirisasi produk-produk berbasis aluminium.

“Karena apa? Kalau kita bandingkan, aluminium ini dijual langsung atau diekspor langsung dalam bentuk bahan mentah daripada diproses menjadi barang jadi baru dijual, pastinya akan memberikan nilai tambah yang besar jika diproses menjadi barang jadi maupun setengah jadi,” sebutnya.

Selain itu, lanjutnya, kebutuhan dalam negeri akan kebutuhan aluminium ini juga cukup besar dan masyarakat Indonesia juga cukup luas.

Doktor di bidang Manajemen Industri ini menyebutkan, INALUM sendiri direncanakan akan memperbesar smelting plant (pabrik pengolahan mineral mentah) untuk pengolahan bahan bakunya, seperti di Kalimantan. Dan targetnya nanti 60-80% barang jadi maupun barang setengah jadi. Karena memang aluminium sangat diperlukan di masyarakat, seperti untuk membuat konstruksi bangunan, peralatan rumah tangga, kabel, komponen otomotif, dan masih banyak lagi.

“Kalau kita analogikan, ini sama seperti CPO, minyak mentah. Selama ini diekspor dalam bentuk minyak mentah. Padahal kalau diolah menjadi barang jadi nilai tambahnya cukup besar. Jadi seperti INALUM ini mereka kalau menjadikan produk barang jadi atau setengah jadi, itu 10 sampai 100% nilai tambahnya. Kalau menjadi barang jadi akan lebih besar lagi nilai tambahnya 60 hingga 300%,” sebutnya.

Percetakan aluminium Ingot di pabrik peleburan INALUM di Batubara.

Potensial

Selain itu, lanjutnya, kebutuhan aluminium di Indonesia sendiri sangat besar dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh INALUM. Tentunya saat ini masih harus diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kekurangan kebutuhan produk-produk aluminium di dalam negeri.

“Saat ini kebutuhan aluminium di dalam negeri belum terpenuhi. Artinya kita masih mengimpor. Kenapa ini tidak betul-betul dimanfaatkan. Jadi ini cukup potensial prospeknya bagi industri aluminium di Sumut,” tegasnya.

Dengan adanya Kawasan Industri Kuala Tanjung ini, nantinya akan berdiri industri-industri hilir aluminium seperti industri otomotif, kabel, dan lain-lain. Tentunya ini akan memberikan multiplier effect, seperti terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan bertambahnya penerimaan pajak bagi pemerintah, dan sebagainya.

“Bukan tidak mungkin akan berdiri pabrik-pabrik lain yang merupakan turunan produk INALUM di Kawasan Industri Kuala Tanjung, dan ini bisa menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat kita. Kenapa di Malaysia itu bisa banyak membutuhkan tenaga kerja, karena industri-industri itu memang mereka galakkan sampai perusahaan dari luar Malaysia datang ke sana. Kenapa kita tidak bisa? Kita memiliki sumber daya manusianya banyak, sumber daya alamnya cukup, kenapa tidak dari dulu,” ujarnya.

Semoga, lanjutnya, pemerintah baik daerah maupun pusat terus mendukung INALUM menjadi lebih baik lagi ke depan. Sehingga keberadaan INALUM ini bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan perekonomian di Sumut.

“Harapan kita, pemerintah harus betul-betul ini dilaksanakan. Jangan ganti pemerintahan kemudian ganti kebijakan. Sekarang sudah bagus rencananya, dan baik untuk pengolahan industri dan multiplier effectnya juga banyak seperti terciptanya lapangan pekerjaan baru,” pungkasnya. (*/Rel)

Seorang petugas melakukan transfer aluminium Ingot. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM yang diakuisisi oleh Pemerintah Indonesia pada 2013 dan kemudian ditunjuk menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan pada 2017 lalu, mempunyai prospek yang luar biasa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Industri aluminium di Sumatera Utara memiliki prospek yang sangat luar biasa. Kebutuhan produk-produk berbahan aluminium yang sangat tinggi di Indonesia, menjadi peluang bagi INALUM yang merupakan satu-satunya pabrik peleburan aluminium di Sumatera Utara dan Indonesia untuk meningkatkan produksinya.

Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. DR. Isfenti Sadalia, SE, ME menyebutkan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM yang diakuisisi oleh Pemerintah Indonesia pada 2013 dan kemudian ditunjuk menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan pada 2017 lalu, tentunya mempunyai nilai lebih dan prospeknya tentu sangat luar biasa.

“Prospek INALUM untuk menjadi perusahaan peleburan aluminium terkemuka sangat luar biasa, apalagi sejak menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan dan akusisi PT Freeport Indonesia. Ini benar-benar harus diusahakan menjadi lebih baik ke depannya,” ujar Prof Isfenti Sadalia yang juga merupakan Ketua Pascasarjana USU ini.

Selain itu, selanjutnya, kebutuhan produk berbahan aluminium di tengah masyarakat Indonesia saat ini sangat tinggi, tentunya ini akan menjadi peluang yang harus dikejar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Berdasarkan data, kebutuhan akan aluminium di Indonesia saat ini telah mencapai 700.000 ton per tahun. Sedangkan saat ini kapasitas produksi pabrik peleburan aluminium INALUM baru mencapai 250.000 ton per tahun. Tentunya ini menjadi peluang bagi industri aluminium di Sumut untuk berkembang dan meningkatkan produksinya dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri bahkan luar negeri dengan kualitas terbaik,” tambahnya.

“Kapasitas produksi aluminium saat ini tentunya bisa ditingkatkan lagi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Apalagi mereka sangat serius dalam pengembangan bisnis aluminium ke depannya sesuai tujuan dari diambilalihnya INALUM menjadi BUMN pada tahun 2013 yaitu untuk menjadi perusahaan aluminium yang lebih berkembang, mampu memasok kebutuhan aluminium dalam negeri dan memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan, ” ujarnya.

Prof Isfenti Sadalia, Ketua Pascasarjana USU.

INALUM Aset Bangsa Indonesia

Menurutnya, ini suatu aset yang memang pasti harus dikembangkan, meskipun saat ini kapasitas produksinya belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, namun secara pelan-pelan pasti akan terus ditingkatkan.

“Ini merupakan salah satu aset yang wajib kita pelihara, dibina untuk pengembangan bisnis selanjutnya. Itu sebenarnya yang luar biasa dari INALUM ini, terlebih INALUM memiliki pengalaman yang tidak diragukan di bidang industri aluminium. Lalu dengan adanya dukungan dari perusahaan anggota holding lainnya saya yakin INALUM mampu mempercepat pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung sebagai kawasan industri aluminium,” tegasnya.

“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut tahun 2020, impor barang-barang aluminium dari luar negeri ke Sumut mencapai 5.488 ton dengan nilai US$13.148 ribu, hal ini menunjukkan INALUM masih mempunyai potensi pasar aluminium di Sumut sendiri,” jelasnya.

Dia menyebutkan, Kawasan Industri Kuala Tanjung yang akan terdapat industri-industri berbasis aluminium atau perusahaan pendukung INALUM, diharapkan mampu menyerap produksi aluminium dari INALUM dan menjadikannya menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi.

“Saya sangat berharap terbangunnya industri-industri pendukung berbasis aluminium sebagai perusahaan hilirisasi dari produknya INALUM. Harapannya bukan hanya sekedar perusahaan yang baru, tetapi perusahaan yang memang sudah berproduksi bahan jadi dari produk aluminium. Sehingga Kawasan Industri Kuala Tanjung ini dapat dikatakan sangat tepat untuk pembangunan industri aluminium dari hulu ke hilir, karena selain dekat dengan sumber bahan baku, juga akan mengurangi biaya produksi, biaya transportasi, biaya penyimpanan, dan sebagainya,” ujarnya.

Storage yard di pabrik INALUM di Bataubara, Sumut. INALUM memiliki pengalaman yang tidak diragukan di bidang industri aluminium.

Prospek Luar Biasa

Prospek luar biasa lainnya, Kawasan Industri Kuala Tanjung ini akan memberikan multiplier effect atau dampak positif. Pastinya akan banyak tenaga kerja yang bisa direkrut. Kemudian dampak bagi masyarakat sekitarnya juga pasti. INALUM mempunyai program CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa membantu masyarakat sekitar dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar.

“Potensi penyerapan ribuan tenaga kerja di industri aluminium ini sudah sangat luar biasa. Saya rasa prospek INALUM akan sangat luar biasa tidak hanya bagi INALUM sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah, khususnya Provinsi Sumatera Utara,” sebutnya.

Secara sosial PT INALUM (Persero) berperan serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar Perusahaan, seperti di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, olahraga dan kebudayaan, agama, fasilitas umum, dan bantuan sosial lainnya.

“INALUM harus tetap komit menjalankan operasional sesuai dengan tujuan visi-misinya untuk dijalankan. Hal ini adalah kekayaan negara yang memang harus dilestarikan, tetapi tetap komitmen dengan tata kelola, tata lingkungan, begitu juga kepedulian terhadap masyarakat, serta jangan sekedar perusahaan yang mengejar profit, tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Bukan sekedar perusahaan yang mengejar profit, tetapi memberikan dampak sosial yang baik bagi masyarakat sekitar,” harap Prof. Isfenti.

Menurutnya, komitmen INALUM dalam melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan sudah cukup bagus, hal ini tentunya sudah dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diperoleh selama ini.

Pada 2017, INALUM meraih 2 penghargaan sekaligus, yaitu untuk kategori TOP Leader on CSR Commitment dan Top CSR Improvement dalam ajang Anugerah TOP CSR 2017. Kemudian pada 2019, INALUM meraih penghargaan pada 8 kategori dalam ajang penganugerahan Indonesia SDG’s Award (ISDA) 2019. Terbaru, INALUM juga meraih penghargaan di ajang “TOP CSR Awards 2020”.

Drs. Sahala Siallagan, M.Sc., Ph.D, dosen Manajemen Industri, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

Sangat Bagus

Sementara itu, Drs. Sahala Siallagan, M.Sc., Ph.D, dosen Manajemen Industri, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan (Unimed) juga menyebutkan, industri aluminium ini memiliki prospek yang sangat bagus. Apalagi didukung dengan adanya kawasan Industri Kuala Tanjung yang menjadi kawasan hilirisasi produk-produk berbasis aluminium.

“Karena apa? Kalau kita bandingkan, aluminium ini dijual langsung atau diekspor langsung dalam bentuk bahan mentah daripada diproses menjadi barang jadi baru dijual, pastinya akan memberikan nilai tambah yang besar jika diproses menjadi barang jadi maupun setengah jadi,” sebutnya.

Selain itu, lanjutnya, kebutuhan dalam negeri akan kebutuhan aluminium ini juga cukup besar dan masyarakat Indonesia juga cukup luas.

Doktor di bidang Manajemen Industri ini menyebutkan, INALUM sendiri direncanakan akan memperbesar smelting plant (pabrik pengolahan mineral mentah) untuk pengolahan bahan bakunya, seperti di Kalimantan. Dan targetnya nanti 60-80% barang jadi maupun barang setengah jadi. Karena memang aluminium sangat diperlukan di masyarakat, seperti untuk membuat konstruksi bangunan, peralatan rumah tangga, kabel, komponen otomotif, dan masih banyak lagi.

“Kalau kita analogikan, ini sama seperti CPO, minyak mentah. Selama ini diekspor dalam bentuk minyak mentah. Padahal kalau diolah menjadi barang jadi nilai tambahnya cukup besar. Jadi seperti INALUM ini mereka kalau menjadikan produk barang jadi atau setengah jadi, itu 10 sampai 100% nilai tambahnya. Kalau menjadi barang jadi akan lebih besar lagi nilai tambahnya 60 hingga 300%,” sebutnya.

Percetakan aluminium Ingot di pabrik peleburan INALUM di Batubara.

Potensial

Selain itu, lanjutnya, kebutuhan aluminium di Indonesia sendiri sangat besar dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh INALUM. Tentunya saat ini masih harus diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kekurangan kebutuhan produk-produk aluminium di dalam negeri.

“Saat ini kebutuhan aluminium di dalam negeri belum terpenuhi. Artinya kita masih mengimpor. Kenapa ini tidak betul-betul dimanfaatkan. Jadi ini cukup potensial prospeknya bagi industri aluminium di Sumut,” tegasnya.

Dengan adanya Kawasan Industri Kuala Tanjung ini, nantinya akan berdiri industri-industri hilir aluminium seperti industri otomotif, kabel, dan lain-lain. Tentunya ini akan memberikan multiplier effect, seperti terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan bertambahnya penerimaan pajak bagi pemerintah, dan sebagainya.

“Bukan tidak mungkin akan berdiri pabrik-pabrik lain yang merupakan turunan produk INALUM di Kawasan Industri Kuala Tanjung, dan ini bisa menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat kita. Kenapa di Malaysia itu bisa banyak membutuhkan tenaga kerja, karena industri-industri itu memang mereka galakkan sampai perusahaan dari luar Malaysia datang ke sana. Kenapa kita tidak bisa? Kita memiliki sumber daya manusianya banyak, sumber daya alamnya cukup, kenapa tidak dari dulu,” ujarnya.

Semoga, lanjutnya, pemerintah baik daerah maupun pusat terus mendukung INALUM menjadi lebih baik lagi ke depan. Sehingga keberadaan INALUM ini bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan perekonomian di Sumut.

“Harapan kita, pemerintah harus betul-betul ini dilaksanakan. Jangan ganti pemerintahan kemudian ganti kebijakan. Sekarang sudah bagus rencananya, dan baik untuk pengolahan industri dan multiplier effectnya juga banyak seperti terciptanya lapangan pekerjaan baru,” pungkasnya. (*/Rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/