PENGUSAHA TAK KHAWATIR
Kehadiran tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak dianggap sebagai ancaman serius oleh pengusaha. Mereka menilai isu serbuan TKA itu terlalu dibesar-besarkan di media sosial dengan data yang asal-asalan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani menuturkan agak jengkel dengan hembusan isu TKA yang katanya ribuan bahkan jutaan. Dia menuturkan selama ini sangat sulit mempekerjakan warga asing lantaran peraturan yang begitu ketat. Maka, menurut dia, tidak masuk akal kalau sampai ada serbuan TKA ke Indonesia.
”Tenaga kerja asing itu lebih mahal. Buat apa memperkerjakan yang lebih mahal kalau kualitasnya sama dengan yang ada disini,” ujar dia kemarin (26/12). Selain itu untuk perpanjangan izin kerja juga punya prosedur panjang. ”Perpanjangan dibatasi, tidak gampang,” tegas dia.
Dia menuturkan biasanya mempekerjakan tenaga kerja asing bila perusahaan tersebut join ventura atau perusahaan patungan dengan luar negeri. Sehingga mau tidak mau harus melibatkan orang asing. ”Kalau kita lihat statistik expert dari luar negeri yang bekerja di Indonesia itu juga turun,” imbuh dia.
Biasanya TKA itu bekerja untuk proyek-proyek yang sifatnya terkait dalam satu pekerjaan. Misalnya untuk pembangunan proyek pembangkit tenaga listrik atau smelter. Itupun hanya berjangka waktu tak lebih dari setengah tahun. ”Proyeknya hanya enam bulan saja,” tambah dia.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan kondisi tenaga kerja dalam negeri masih relatif aman. Permintaan upah minimum yang selama ini menjadi bayang-bayang bagi pengusaha dinilai tidak punya pengaruh besar pada dunia industri. Yang paling berdampak kemungkinan industri di sektor alas kaki, garmen, makanan, dan rokok. Bisa jadi akan ada relokasi industri. ”Tapi pengusaha juga akan pikirkan akses dan infrastruktur logistik,” ujar dia.
Dia menuturkan untuk sektor perburuhan salah satu saingan Indonesia adalah Vietnam. Sebab, upah tenaga kerja di negera tersebut tidak jauh berbeda. Apalagi di negara sosialis tersebut demo-demo buruh relatif bisa dikendalikan.
Tapi, persaingan itu bukan melulu soal buruh. Ada pertimbangan kemudahan izin dalam berinvestasi serta ketersediaan lahan yang terjangkau. Dengan Tiongkok, Indonesia pun tetap lebih unggul. ”Karena pasarnya di Indonesia,” tambah dia. (bay/c19/fat/tyo/jun/byu/jpg)