26.7 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Terima Kasih, Polri!

Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos Umat kristiani mengikuti misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).Perayaan Natal 2016 ini berlangsuyng aman berkat kerja keras Polri.
Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos
Umat kristiani mengikuti misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).Perayaan Natal 2016 ini berlangsuyng aman berkat kerja keras Polri.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rentetan ancaman terhadap perayaan Natal, dari tiga kelompok jaringan teror berhasil digagalkan Polri, khususnya Densus 88 Antiteror. Praktis, Korps Bhayangkara menerima banyak pujian atas kinerjanya berhasil mencegah ancaman teror saat hari raya natal. Namun, lembaga yang dipimpin Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu tidak mengendorkan pengamanan, diprediksi masih ada ancaman saat perayaan tahun baru.

Kepala Humas Persekutuan Gereja-geraja Indonesia Jeiry Sumampow menuturkan, proses perayaan natal 2016 secara umum berlangsung sangat lancar aman dan khidmat. Hal tersebut mau tidak mau karena ada peran dari pengamanan yang dilakukan Polri. ”Beberapa hari sebelum natal pengamanan petugas telah dilakukan,” terangnya.

Beberapa minggu sebelum Natal, Polri telah menganggalkan percobaan aksi yang menargetkan hari raya natal dan tahun baru. Diantaranya, bom panci Bekasi, kelompok Adam cs dan kelompok Abu Faiz yang dilumpuhkan di Jatiluhur.

”Pada Polri, khususnya Densus 88 Anti Teror, kami mengucapkan terima kasih,” ujarnya.

Apalagi, saat malam Natal itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan PLT Gubernur Sumarsono berkeliling ke sejumlah gereja di Jakarta. Kebijakan tersebut tentunya memberikan rasa aman pada umat yang merayakan Natal. ”Kunjungan itu sangat dalam maknanya, lembaga pemerintahan berupaya maksimal memberikan rasa aman,” jelasnya.

Selanjutnya, diharapkan kepolisian juga tidak lengah untuk bisa mengamankan momentum perayaan tahun baru yang akan tiba dalam beberapa hari kedepan. ”Saat ini sudah on the track pengamanannya. Semoga aman seterusnya, tahun baru juga,” paparnya dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin.

Pengamanan di gereja dilakukan dengan ekstraketat, dari petugas bersenjata lengkap hingga metal detector. Sebenarnya, masyarakat Jakarta yang merayakan Natal di Jakarta sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Namun, apresiasi yang jauh lebih besar akan muncul bila pola pengamanan yang dilakukan representatif untuk kegiatan ibadah semacam perayaan natal. ”Untuk yang belum terbiasa, saat beribadah melihat senjata yang merupakan simbol-simbol kekerasan tentu kurang pas,” ujarnya.

Dia mengatakan, bukan berarti pengamanan yang dilakukan Polri salah. Namun, bila memang ada pola lain yang lebih ramah terhadap aktivitas ibadah tentu akan lebih elok. ”Kalau ada pola yang lebih soft, tentu masyarakat akan semakin mempercayai Polri,” terangnya.

Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat Ridha Salamah mengatakan, kesuksesan pengamanan Natal 2016 tidak semata ada di tangan kepolisian saja. Tetapi lebih pada kesuksesan koordinasi antara lembaga-lembaga terkait. Termasuk juga koordinasi antara tokoh-tokoh agama. ’’Intinya telah tercipta kerukunan. Tidak boleh ada yang dengan cepat menuding intoleran ke pihak lain,’’ jelasnya.

Terkait dengan aksi polisi menangkap sejumlah teroris, Ridha juga memberikan apresiasi. Namun lebih dari itu, aparat penegak hukum harus utuh dalam melindungi NKRI. Dia mengatakan yang mengancam keutuhan NKRI itu tidak hanya paham radikalisme agama saja.

Selebihnya paham pluralisme agama, sekulerisme agama, dan liberalisme agama menurut dia juga berpotensi mengancam keutuhan NKRI. Sehingga polisi tidak boleh tebang pilih hanya fokus menggarap ancaman dari kelompok radikalisme agama saja. Tetapi juga harus menangani kelompok yang lainnya itu. ’’Masyarakat sekarang sudah cerdas. Polisi harus transparan dalam menegakkan hukum menjaga keutuhan NKRI,’’ pungkasnya.

Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos Umat kristiani mengikuti misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).Perayaan Natal 2016 ini berlangsuyng aman berkat kerja keras Polri.
Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos
Umat kristiani mengikuti misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).Perayaan Natal 2016 ini berlangsuyng aman berkat kerja keras Polri.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rentetan ancaman terhadap perayaan Natal, dari tiga kelompok jaringan teror berhasil digagalkan Polri, khususnya Densus 88 Antiteror. Praktis, Korps Bhayangkara menerima banyak pujian atas kinerjanya berhasil mencegah ancaman teror saat hari raya natal. Namun, lembaga yang dipimpin Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu tidak mengendorkan pengamanan, diprediksi masih ada ancaman saat perayaan tahun baru.

Kepala Humas Persekutuan Gereja-geraja Indonesia Jeiry Sumampow menuturkan, proses perayaan natal 2016 secara umum berlangsung sangat lancar aman dan khidmat. Hal tersebut mau tidak mau karena ada peran dari pengamanan yang dilakukan Polri. ”Beberapa hari sebelum natal pengamanan petugas telah dilakukan,” terangnya.

Beberapa minggu sebelum Natal, Polri telah menganggalkan percobaan aksi yang menargetkan hari raya natal dan tahun baru. Diantaranya, bom panci Bekasi, kelompok Adam cs dan kelompok Abu Faiz yang dilumpuhkan di Jatiluhur.

”Pada Polri, khususnya Densus 88 Anti Teror, kami mengucapkan terima kasih,” ujarnya.

Apalagi, saat malam Natal itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan PLT Gubernur Sumarsono berkeliling ke sejumlah gereja di Jakarta. Kebijakan tersebut tentunya memberikan rasa aman pada umat yang merayakan Natal. ”Kunjungan itu sangat dalam maknanya, lembaga pemerintahan berupaya maksimal memberikan rasa aman,” jelasnya.

Selanjutnya, diharapkan kepolisian juga tidak lengah untuk bisa mengamankan momentum perayaan tahun baru yang akan tiba dalam beberapa hari kedepan. ”Saat ini sudah on the track pengamanannya. Semoga aman seterusnya, tahun baru juga,” paparnya dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin.

Pengamanan di gereja dilakukan dengan ekstraketat, dari petugas bersenjata lengkap hingga metal detector. Sebenarnya, masyarakat Jakarta yang merayakan Natal di Jakarta sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Namun, apresiasi yang jauh lebih besar akan muncul bila pola pengamanan yang dilakukan representatif untuk kegiatan ibadah semacam perayaan natal. ”Untuk yang belum terbiasa, saat beribadah melihat senjata yang merupakan simbol-simbol kekerasan tentu kurang pas,” ujarnya.

Dia mengatakan, bukan berarti pengamanan yang dilakukan Polri salah. Namun, bila memang ada pola lain yang lebih ramah terhadap aktivitas ibadah tentu akan lebih elok. ”Kalau ada pola yang lebih soft, tentu masyarakat akan semakin mempercayai Polri,” terangnya.

Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat Ridha Salamah mengatakan, kesuksesan pengamanan Natal 2016 tidak semata ada di tangan kepolisian saja. Tetapi lebih pada kesuksesan koordinasi antara lembaga-lembaga terkait. Termasuk juga koordinasi antara tokoh-tokoh agama. ’’Intinya telah tercipta kerukunan. Tidak boleh ada yang dengan cepat menuding intoleran ke pihak lain,’’ jelasnya.

Terkait dengan aksi polisi menangkap sejumlah teroris, Ridha juga memberikan apresiasi. Namun lebih dari itu, aparat penegak hukum harus utuh dalam melindungi NKRI. Dia mengatakan yang mengancam keutuhan NKRI itu tidak hanya paham radikalisme agama saja.

Selebihnya paham pluralisme agama, sekulerisme agama, dan liberalisme agama menurut dia juga berpotensi mengancam keutuhan NKRI. Sehingga polisi tidak boleh tebang pilih hanya fokus menggarap ancaman dari kelompok radikalisme agama saja. Tetapi juga harus menangani kelompok yang lainnya itu. ’’Masyarakat sekarang sudah cerdas. Polisi harus transparan dalam menegakkan hukum menjaga keutuhan NKRI,’’ pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/