30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Begini Pendapat Ahli Racun Soal Asal-usul Sianida untuk Mirna

FOTO: dok/jpnn Ilustrasi.
FOTO: dok/jpnn
Ilustrasi.

SUMUTPOS.CO – Asal-usul racun sianida yang diduga dicampurkan di vietnamese coffee ice hingga akhirnya menewaskan Wayan Mirna Salihin masih menjadi misteri. Ahli toksikologi Universitas Indonesia (UI) Budiawan mengatakan, polisi harus cermat membuktikan sianida yang disebut terkandung dalam kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin. Termasuk dari mana pelaku bisa mendapatkan racun tersebut.

Kata Budiawan, bisa saja racun itu didapat dari Indonesia. Meski selama ini beredar kabar bahwa Jessica pernah bekerja di salah satu perusahaan kimia di Australia.

Keyakinan Budi tersebut diperkuat longgarnya aturan di dalam negeri untuk mendapatkan sianida. ”Memang kita sudah punya PP 74/2001 tentang bahan kimia berbahaya, tapi itu masih sangat longgar,” ujar Budi saat dihubungi kemarin.

Indonesia, kata dia, tidak memiliki protokol bagi warga untuk mengakses bahan kimia mematikan semacam sianida. Karena itu, Budi mendesak DPR segara membahas RUU Bahan Kimia yang kini masuk prolegnas. Dia termasuk ahli yang menginisiatori terbentuknya RUU tersebut.

Menurut Budi, cara mendapatkan sianida di Indonesia bisa melalui industri yang memang memiliki kebutuhan bahan tersebut. Pembelian melalui perusahaan biasanya berskala besar.

Nah, menurutnya, pembelian skala kecil biasanya dilakukan orang yang berkecimpung di laboratorium. Biasanya, penjualan terkecil dikemas 250 miligram. ”Saya rasa pelaku bisa mendapatkan lewat dua jalur tersebut,” ujarnya.

Budiawan juga sedikit ragu dengan kandungan sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin sebanyak 15 gram atau setara 15.000 miligram. Menurut dia, Mirna seharusnya sudah bisa terbunuh dengan sianida sekitar 400 miligram.

Angka tersebut didapat dari perhitungan lethal dose (LD) atau dosis yang mematikan. Perhitungannya, sianida 6,4 miligram dikali berat tubuh manusia. Jika diperkirakan berat tubuh Mirna sekitar 60 kg, berarti dibutuhkan sekitar 380,4 miligram.

”Pasti kalau benar kandungan di kopinya 15 gram, korban langsung tewas di tempat saat itu juga,” terangnya.

Jika memang benar 15 gram, Budi yakin sianida yang dibawa pelaku dalam bentuk serbuk, bukan cairan. Menurut dia, pelaku akan kesulitan jika sianida tersebut dibawa dalam bentuk cair.

Selain itu, akan timbul bau yang menyengat. ”Tapi, kalau benar serbuk seberat itu, ya pelaku pasti butuh upaya lebih untuk mempercepat proses pelarutannya,” jelasnya.

Sifat sianida, menurut Budi, hampir sama dengan garam. Berat jenisnya hampir sama dan mudah larut, apalagi dalam air panas. Sianida juga tidak mampu mengubah warna kopi yang hitam pekat. Oleh karena itu, bisa saja korban tidak curiga dengan kopi yang diminumnya.

FOTO: dok/jpnn Ilustrasi.
FOTO: dok/jpnn
Ilustrasi.

SUMUTPOS.CO – Asal-usul racun sianida yang diduga dicampurkan di vietnamese coffee ice hingga akhirnya menewaskan Wayan Mirna Salihin masih menjadi misteri. Ahli toksikologi Universitas Indonesia (UI) Budiawan mengatakan, polisi harus cermat membuktikan sianida yang disebut terkandung dalam kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin. Termasuk dari mana pelaku bisa mendapatkan racun tersebut.

Kata Budiawan, bisa saja racun itu didapat dari Indonesia. Meski selama ini beredar kabar bahwa Jessica pernah bekerja di salah satu perusahaan kimia di Australia.

Keyakinan Budi tersebut diperkuat longgarnya aturan di dalam negeri untuk mendapatkan sianida. ”Memang kita sudah punya PP 74/2001 tentang bahan kimia berbahaya, tapi itu masih sangat longgar,” ujar Budi saat dihubungi kemarin.

Indonesia, kata dia, tidak memiliki protokol bagi warga untuk mengakses bahan kimia mematikan semacam sianida. Karena itu, Budi mendesak DPR segara membahas RUU Bahan Kimia yang kini masuk prolegnas. Dia termasuk ahli yang menginisiatori terbentuknya RUU tersebut.

Menurut Budi, cara mendapatkan sianida di Indonesia bisa melalui industri yang memang memiliki kebutuhan bahan tersebut. Pembelian melalui perusahaan biasanya berskala besar.

Nah, menurutnya, pembelian skala kecil biasanya dilakukan orang yang berkecimpung di laboratorium. Biasanya, penjualan terkecil dikemas 250 miligram. ”Saya rasa pelaku bisa mendapatkan lewat dua jalur tersebut,” ujarnya.

Budiawan juga sedikit ragu dengan kandungan sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin sebanyak 15 gram atau setara 15.000 miligram. Menurut dia, Mirna seharusnya sudah bisa terbunuh dengan sianida sekitar 400 miligram.

Angka tersebut didapat dari perhitungan lethal dose (LD) atau dosis yang mematikan. Perhitungannya, sianida 6,4 miligram dikali berat tubuh manusia. Jika diperkirakan berat tubuh Mirna sekitar 60 kg, berarti dibutuhkan sekitar 380,4 miligram.

”Pasti kalau benar kandungan di kopinya 15 gram, korban langsung tewas di tempat saat itu juga,” terangnya.

Jika memang benar 15 gram, Budi yakin sianida yang dibawa pelaku dalam bentuk serbuk, bukan cairan. Menurut dia, pelaku akan kesulitan jika sianida tersebut dibawa dalam bentuk cair.

Selain itu, akan timbul bau yang menyengat. ”Tapi, kalau benar serbuk seberat itu, ya pelaku pasti butuh upaya lebih untuk mempercepat proses pelarutannya,” jelasnya.

Sifat sianida, menurut Budi, hampir sama dengan garam. Berat jenisnya hampir sama dan mudah larut, apalagi dalam air panas. Sianida juga tidak mampu mengubah warna kopi yang hitam pekat. Oleh karena itu, bisa saja korban tidak curiga dengan kopi yang diminumnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/