25.6 C
Medan
Monday, May 13, 2024

Ketua DPD GRANAT Sumut: Oknum Aparat Sudah Lama Terlibat Narkoba

Penyalahgunaan narkoba-ilustrasi

SUMUTPOS.CO  – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Anti Narkotika (Granat) Sumatera Utara (Sumut) Hamdani Harahap mengatakan, indikasi keterlibatan oknum-oknum aparat keamanan dalam bisnis narkoba bukanlah hal yang baru di Indonesia. Karena perbuatan haram itu sudah lama terjadi.

Dapat dilihat ke belakang, seperti testimoni yang ditulis raja ekstasi di Indonesia bernama Freddy Budiman, oknum aparat disebut-sebut menjadi pembekingnya dalam bisnis narkoba. “Jadi sebenarnya sudah sejak lama oknum aparat kita ini terlibat dalam lingkaran itu. Sekarang tinggal bagaimana negara ini solid, baik itu aparat penegak hukumnya untuk memberantas narkoba,” kata Hamdani, kepada Sumut Pos, kemarin.

Menurut Hamdani Harahap, keterlibatan seorang oknum TNI atau Polri dalam peredaran narkoba tidak akan mulus bila komandannya tidak tahu menahu. Seperti yang terjadi di Jalan Medan Binjai awal Maret ini, dari hasil pengembangan ada indikasi oknum TNI terlibatan.

“Karena setiap komandan itu bisa melihat gerak-gerik anggotanya, mana yang pakai sabu dan mana yang tidak. Artinya, komandannya juga pasti tahu apabila seorang oknum TNI itu terlibat jaringan peredaran narkoba atau tidak,” kata Hamdani.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rabu (1/3) kemarin petugas BNN menembak mati mati seorang pelaku narkoba berinisial Riz, warga Aceh Timur di Jalan Medan-Binjai Km 10,5. Petugas mengamankan 59 bungkus plastik sabu seberat 46,9 kilogram, 3620 butir ekstasi, 445 butir Happy Five, timbangan elektrik, dan senjata api. Dalam peritiwa itu 10 tersangka ditangkap.

Menurut Deputi Penindakan dan Pemberantasan BNN, Irjen Arman Depari, dalam penyelidikan lanjutan, sebuah rumah di Gang Langgar Jalan Sunggal digeledah. Di TKP itu ditemukan tiga jenis narkoba, sabu, ekstasi dan happy five, dan diidentifikasi ditinggali oleh oknum TNI berinisial AH. Hanya saja oknum tersebut tidak ditemukan.

Lalu muncullah indikasi awal, bahwa oknum TNI tersebut menjadi orang yang memuluskan pelaku penyelundupkan sabu dari luar negeri. Menurut informasi, pelaku jaringan narkoba internasional kerap memanfaatkan jasa oknum-oknum TNI/Polri untuk pengiriman narkoba.

Jangan Langsung Mencap

Menjawab opini ini, Kepala BNN Provinsi Sumut Brigjen Andi Loedianto punya pendapat lain, tidak membantah dan tak juga mengamini seratus persen. Dia mengatakan masyarakat jangan lantas menyalahkan institusi TNI atau Polri ketika ada oknum yang terlibat dalam peredaran narkoba.

“Bila kemarin dalam penggerebekan di Jalan Medan-Binjai ada keterlibatan oknum TNI kita tidak bisa langsung mencap seluruh institusi, karena yang melakukan itu merupakan oknum,” kata Andi Loedianto kepada Sumut Pos via seluler, Jumat (3/3).

Menurutnya, Pangdam I/Bukit Barisan (BB) juga sudah memerintahkan oknum TNI yang bertugas di Kepolisian Militer Kodam (Pomdam) I/BB itu dicari keberadaanya. “Pangdam tegas ya, dia juga sudah menjadikan oknum itu DPO. Sekarang setres itu oknum yang ikut-ikutan jaringan kemarin, dikejar-kejar bukan sama kita saja, dari TNI juga,” tegas Andi.

Penyalahgunaan narkoba-ilustrasi

SUMUTPOS.CO  – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Anti Narkotika (Granat) Sumatera Utara (Sumut) Hamdani Harahap mengatakan, indikasi keterlibatan oknum-oknum aparat keamanan dalam bisnis narkoba bukanlah hal yang baru di Indonesia. Karena perbuatan haram itu sudah lama terjadi.

Dapat dilihat ke belakang, seperti testimoni yang ditulis raja ekstasi di Indonesia bernama Freddy Budiman, oknum aparat disebut-sebut menjadi pembekingnya dalam bisnis narkoba. “Jadi sebenarnya sudah sejak lama oknum aparat kita ini terlibat dalam lingkaran itu. Sekarang tinggal bagaimana negara ini solid, baik itu aparat penegak hukumnya untuk memberantas narkoba,” kata Hamdani, kepada Sumut Pos, kemarin.

Menurut Hamdani Harahap, keterlibatan seorang oknum TNI atau Polri dalam peredaran narkoba tidak akan mulus bila komandannya tidak tahu menahu. Seperti yang terjadi di Jalan Medan Binjai awal Maret ini, dari hasil pengembangan ada indikasi oknum TNI terlibatan.

“Karena setiap komandan itu bisa melihat gerak-gerik anggotanya, mana yang pakai sabu dan mana yang tidak. Artinya, komandannya juga pasti tahu apabila seorang oknum TNI itu terlibat jaringan peredaran narkoba atau tidak,” kata Hamdani.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rabu (1/3) kemarin petugas BNN menembak mati mati seorang pelaku narkoba berinisial Riz, warga Aceh Timur di Jalan Medan-Binjai Km 10,5. Petugas mengamankan 59 bungkus plastik sabu seberat 46,9 kilogram, 3620 butir ekstasi, 445 butir Happy Five, timbangan elektrik, dan senjata api. Dalam peritiwa itu 10 tersangka ditangkap.

Menurut Deputi Penindakan dan Pemberantasan BNN, Irjen Arman Depari, dalam penyelidikan lanjutan, sebuah rumah di Gang Langgar Jalan Sunggal digeledah. Di TKP itu ditemukan tiga jenis narkoba, sabu, ekstasi dan happy five, dan diidentifikasi ditinggali oleh oknum TNI berinisial AH. Hanya saja oknum tersebut tidak ditemukan.

Lalu muncullah indikasi awal, bahwa oknum TNI tersebut menjadi orang yang memuluskan pelaku penyelundupkan sabu dari luar negeri. Menurut informasi, pelaku jaringan narkoba internasional kerap memanfaatkan jasa oknum-oknum TNI/Polri untuk pengiriman narkoba.

Jangan Langsung Mencap

Menjawab opini ini, Kepala BNN Provinsi Sumut Brigjen Andi Loedianto punya pendapat lain, tidak membantah dan tak juga mengamini seratus persen. Dia mengatakan masyarakat jangan lantas menyalahkan institusi TNI atau Polri ketika ada oknum yang terlibat dalam peredaran narkoba.

“Bila kemarin dalam penggerebekan di Jalan Medan-Binjai ada keterlibatan oknum TNI kita tidak bisa langsung mencap seluruh institusi, karena yang melakukan itu merupakan oknum,” kata Andi Loedianto kepada Sumut Pos via seluler, Jumat (3/3).

Menurutnya, Pangdam I/Bukit Barisan (BB) juga sudah memerintahkan oknum TNI yang bertugas di Kepolisian Militer Kodam (Pomdam) I/BB itu dicari keberadaanya. “Pangdam tegas ya, dia juga sudah menjadikan oknum itu DPO. Sekarang setres itu oknum yang ikut-ikutan jaringan kemarin, dikejar-kejar bukan sama kita saja, dari TNI juga,” tegas Andi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/