31.7 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Aktor Utama Penyelundupan Belum Tersentuh

DIAMANKAN : Para tersangka penyelundup yang ditangkap kapal patroli Bea Cukai Teluk Nibung dititipkan ke Kanwil DJBC Sumut di Belawan.
FACHRUL ROZI/SUMUT POS

BELAWAN, SUMUTPOS.CO  – Beberapa tahun terakhir ini, aksi penyelundupan di Tanjung Balai dan Aceh kian marak. Para pelaku semakin berani, kendati petugas berulang kali menangkap kapal-kapal bermuatan barang ilegal di tengah laut. Ironisnya, jerat hukum belum menyentuh kepada aktor utama.

Praktisi hukum di Medan, Johan Arifin SH, Jumat (3/3) mengatakan, untuk menyiasati agar penyelundupan dapat ditekan, penegak hukum mesti fokus dalam mengusut siapa aktor utamanya. Jangan hanya pelaku di lapangan saja yang ditindak dan menjalani proses hukum.

“Kalau pelaku utamanya tidak ditangkap, sama saja. Harus ada fokus ke arah itu, agar ada efek jera, dan penggunaan anggaran tak habis percuma,” cetusnya.

Selama ini, Johan Arifin, penindakan masih sebatas kepada terduga pelaku di lapangan, seperti nahkoda ataupun awak kapal yang membawa barang-barang ilegal dari luar negeri. Sementara, penyidikan terhadap mafia penyelundup terkesan terputus.

“Jadi aparat Bea Cukai harus mampu. Seringkali hanya pelaku di lapangan yang dijerat hukum, sementara aktor utama masih bebas,” tegas Johan.

Selain persoalan hukum, Johan menilai maraknya aksi penyelundupan juga dipicu oleh disparitas harga yang demikian tinggi antara di luar negeri dengan dalam negeri. Ini tentunya memicu pihak tertentu untuk mendorong melakukan impor atau menyelundupkan barang.

“Contohnya, bawang merah impor. Disparitas harga begitu tinggi, bahkan sampai dua kali lipat jika dibandingkan dengan di dalam negeri,” ucapnya.

Kepala Seksi Penyidikan dan BHP Kantor Bea Cukai Teluk Nibung, Aulia Arif Nasution mengatakan, perairan Asahan memang rentan dijadikan jalur masuknya barang selundupan dari luar negeri. Selain keberadaan lautnya yang begitu strategis, pelabuhan tikusnya juga banyak.

“Asahan memang rawan, penyelundupan terus terjadi walaupun sudah banyak yang kita tindak. Bulan Januari 2017, ada 20 kapal yang ditangkap,” ujar Aulia di dermaga Kanwil DJBC Sumut di Belawan.

Selama ini, penindakan terhadap kegiatan bisnis gelap tetap gencar dilakukan jajaran Bea Cukai setempat. Tapi, para pelaku sepertinya juga tidak gentar melakukan penyelundupan. Padahal, dampak kerugian pemasukan negara cukup besar.

“Jumlah barang yang lolos mungkin lebih banyak, dari yang disita. Sebab, pelaku menggunakan berbagai modus dalam melakukan penyelundupan,” katanya.

Aulia, mengakui kalau untuk menyentuh aktor utama penyelundup di Tanjung Balai memang tidak gampang. Kendati penyidik Bea Cukai ada mengantongi beberapa nama pelaku utama, tapi pihaknya saat ini mencoba menghindari terjadinya benturan dengan para mafia penyelundup.

“Penyidikan sebenarnya tidak terputus, cuma mereka bisa mengirim massa bayaran untuk menyerang kantor kita. Makanya setiap penangkapan kapal, selalu kita titipkan ke Belawan demi keamanan,” kata Aulia.

Hal senada juga dikatakan Kasubsi Intelijen Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai Tipe C Lhoksumawe, Raden Irsya Arimona. Dia menyebutkan, laut Aceh yang berdekatan langsung dengan negara luar seperti Malaysia dan Thailand kerap dijadikan jalur masuknya barang tidak resmi.

“Ini yang menjadi fokus pengawasan kita. Belum lama ini, dua kapal ditangkap dan petugas kita sempat mengeluarkan tembakan,” kata Irsya.

Dia mengakui, persoalan keamanan juga menjadi kendala pihaknya untuk menyentuh pelaku utama penyelundupan. Belum lagi, para awak kapal yang diamankan selalu menutup-nutupi siapa pemilik barang. (rul/yaa)

 

DIAMANKAN : Para tersangka penyelundup yang ditangkap kapal patroli Bea Cukai Teluk Nibung dititipkan ke Kanwil DJBC Sumut di Belawan.
FACHRUL ROZI/SUMUT POS

BELAWAN, SUMUTPOS.CO  – Beberapa tahun terakhir ini, aksi penyelundupan di Tanjung Balai dan Aceh kian marak. Para pelaku semakin berani, kendati petugas berulang kali menangkap kapal-kapal bermuatan barang ilegal di tengah laut. Ironisnya, jerat hukum belum menyentuh kepada aktor utama.

Praktisi hukum di Medan, Johan Arifin SH, Jumat (3/3) mengatakan, untuk menyiasati agar penyelundupan dapat ditekan, penegak hukum mesti fokus dalam mengusut siapa aktor utamanya. Jangan hanya pelaku di lapangan saja yang ditindak dan menjalani proses hukum.

“Kalau pelaku utamanya tidak ditangkap, sama saja. Harus ada fokus ke arah itu, agar ada efek jera, dan penggunaan anggaran tak habis percuma,” cetusnya.

Selama ini, Johan Arifin, penindakan masih sebatas kepada terduga pelaku di lapangan, seperti nahkoda ataupun awak kapal yang membawa barang-barang ilegal dari luar negeri. Sementara, penyidikan terhadap mafia penyelundup terkesan terputus.

“Jadi aparat Bea Cukai harus mampu. Seringkali hanya pelaku di lapangan yang dijerat hukum, sementara aktor utama masih bebas,” tegas Johan.

Selain persoalan hukum, Johan menilai maraknya aksi penyelundupan juga dipicu oleh disparitas harga yang demikian tinggi antara di luar negeri dengan dalam negeri. Ini tentunya memicu pihak tertentu untuk mendorong melakukan impor atau menyelundupkan barang.

“Contohnya, bawang merah impor. Disparitas harga begitu tinggi, bahkan sampai dua kali lipat jika dibandingkan dengan di dalam negeri,” ucapnya.

Kepala Seksi Penyidikan dan BHP Kantor Bea Cukai Teluk Nibung, Aulia Arif Nasution mengatakan, perairan Asahan memang rentan dijadikan jalur masuknya barang selundupan dari luar negeri. Selain keberadaan lautnya yang begitu strategis, pelabuhan tikusnya juga banyak.

“Asahan memang rawan, penyelundupan terus terjadi walaupun sudah banyak yang kita tindak. Bulan Januari 2017, ada 20 kapal yang ditangkap,” ujar Aulia di dermaga Kanwil DJBC Sumut di Belawan.

Selama ini, penindakan terhadap kegiatan bisnis gelap tetap gencar dilakukan jajaran Bea Cukai setempat. Tapi, para pelaku sepertinya juga tidak gentar melakukan penyelundupan. Padahal, dampak kerugian pemasukan negara cukup besar.

“Jumlah barang yang lolos mungkin lebih banyak, dari yang disita. Sebab, pelaku menggunakan berbagai modus dalam melakukan penyelundupan,” katanya.

Aulia, mengakui kalau untuk menyentuh aktor utama penyelundup di Tanjung Balai memang tidak gampang. Kendati penyidik Bea Cukai ada mengantongi beberapa nama pelaku utama, tapi pihaknya saat ini mencoba menghindari terjadinya benturan dengan para mafia penyelundup.

“Penyidikan sebenarnya tidak terputus, cuma mereka bisa mengirim massa bayaran untuk menyerang kantor kita. Makanya setiap penangkapan kapal, selalu kita titipkan ke Belawan demi keamanan,” kata Aulia.

Hal senada juga dikatakan Kasubsi Intelijen Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai Tipe C Lhoksumawe, Raden Irsya Arimona. Dia menyebutkan, laut Aceh yang berdekatan langsung dengan negara luar seperti Malaysia dan Thailand kerap dijadikan jalur masuknya barang tidak resmi.

“Ini yang menjadi fokus pengawasan kita. Belum lama ini, dua kapal ditangkap dan petugas kita sempat mengeluarkan tembakan,” kata Irsya.

Dia mengakui, persoalan keamanan juga menjadi kendala pihaknya untuk menyentuh pelaku utama penyelundupan. Belum lagi, para awak kapal yang diamankan selalu menutup-nutupi siapa pemilik barang. (rul/yaa)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/