28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Kisah Fidelis, Divonis Penjara Karena Tanam Ganja demi Nyawa Istri

Peradilan terhadap Fidelis ini memang memantik reaksi publik. Anggota DPR, Erma Suryani Ranik, hadir dalam sidang tersebut. Ia sengaja datang karena menilai kasus ini cukup menikam rasa keadilan.

“Fidelis ini mengobati istrinya dengan tanaman yang belum diperbolehkan di Indonesia, seperti ganja. Saya mengikuti dengan cermat vonis yang dibacakan hakim,” tuturnya.

“Hakim, kita tahu, ada perbedaan pendapat yang tajam, antara yang menginginkan meletakkan rasa keadilan sebagai hal yang utama, dengan yang ingin meletakkan kepastian hukum. Tadi dengan jelas majelis menyebut dua hakim berpendapat bahwa keadilan itu harus diletakkan di atas,” ucapnya.

Tanpa bermaksud mencampuri putusan majelis hakim, ia menyatakan kekecewaannya terhadap vonis tersebut.

“Fidelis ini tidak layak sama sekali dijadikan terdakwa, tidak layak! Karena dia melakukannya dalam keadaan terpaksa, dia melakukannya karena ingin menyelamatkan nyawa istrinya, pilihannya ada dua: melanggar hukum atau menyelamatkan nyawa, dia pilih menyelamatkan nyawa,” paparnya.

Walau membela Fidelis, Legislator Partai Demokrat ini keras menolak legalisasi ganja.

“Indonesia ini, tidak kita buat legalisasi saja berton-ton narkoba masuk. Kalau kita buka ruang sedikit, orang akan memanfaatkan celah ini sehingga mejadi lebih banyak lagi penyalahgunaan narkoba,” tegas Erma.

Yang harus dilakukan, menurut dia, adalah revisi terhadap UU Narkotika. Hal ini disebutnya sudah masuk dalam Prolegnas 2014-2019.

“Tapi memang belum menjadi prioritas dalam tahun 2017 ini. Kami masih memprioritaskan RUU KUHP. Kondisi ini tentu saja menjadi bagian, khususnya saya, di Komisi III untuk menjadi pertimbangan revisi seperti apa yang ideal bagi undang-undang narkotika ini ke depan,” terangnya.

Yang pasti, ia menyatakan, harus ada kajian yang dalam, yang tidak hanya melibatkan urusan hukum, tapi juga urusan-urusan kesehatan.

“Kita akan panggil Kementerian Kesehatan, dan pertimbangan-pertimbangan lain, saya sendiri tidak mendukung legalisasi ganja,” tukas Erma.

Selama ini, belum satupun yang melakukan penelitan secara resmi yang menyatakan bahwa ganja dapat dijadikan obat.

“(Kalaupun) ada dari luar negeri, Kanada. Tapi mendatangkan orang dari Kanada (untuk kasus Fidelis) ini pun problem juga,” pungkas anggota DPR dari daerah pemilihan Kalbar ini. (*)

Peradilan terhadap Fidelis ini memang memantik reaksi publik. Anggota DPR, Erma Suryani Ranik, hadir dalam sidang tersebut. Ia sengaja datang karena menilai kasus ini cukup menikam rasa keadilan.

“Fidelis ini mengobati istrinya dengan tanaman yang belum diperbolehkan di Indonesia, seperti ganja. Saya mengikuti dengan cermat vonis yang dibacakan hakim,” tuturnya.

“Hakim, kita tahu, ada perbedaan pendapat yang tajam, antara yang menginginkan meletakkan rasa keadilan sebagai hal yang utama, dengan yang ingin meletakkan kepastian hukum. Tadi dengan jelas majelis menyebut dua hakim berpendapat bahwa keadilan itu harus diletakkan di atas,” ucapnya.

Tanpa bermaksud mencampuri putusan majelis hakim, ia menyatakan kekecewaannya terhadap vonis tersebut.

“Fidelis ini tidak layak sama sekali dijadikan terdakwa, tidak layak! Karena dia melakukannya dalam keadaan terpaksa, dia melakukannya karena ingin menyelamatkan nyawa istrinya, pilihannya ada dua: melanggar hukum atau menyelamatkan nyawa, dia pilih menyelamatkan nyawa,” paparnya.

Walau membela Fidelis, Legislator Partai Demokrat ini keras menolak legalisasi ganja.

“Indonesia ini, tidak kita buat legalisasi saja berton-ton narkoba masuk. Kalau kita buka ruang sedikit, orang akan memanfaatkan celah ini sehingga mejadi lebih banyak lagi penyalahgunaan narkoba,” tegas Erma.

Yang harus dilakukan, menurut dia, adalah revisi terhadap UU Narkotika. Hal ini disebutnya sudah masuk dalam Prolegnas 2014-2019.

“Tapi memang belum menjadi prioritas dalam tahun 2017 ini. Kami masih memprioritaskan RUU KUHP. Kondisi ini tentu saja menjadi bagian, khususnya saya, di Komisi III untuk menjadi pertimbangan revisi seperti apa yang ideal bagi undang-undang narkotika ini ke depan,” terangnya.

Yang pasti, ia menyatakan, harus ada kajian yang dalam, yang tidak hanya melibatkan urusan hukum, tapi juga urusan-urusan kesehatan.

“Kita akan panggil Kementerian Kesehatan, dan pertimbangan-pertimbangan lain, saya sendiri tidak mendukung legalisasi ganja,” tukas Erma.

Selama ini, belum satupun yang melakukan penelitan secara resmi yang menyatakan bahwa ganja dapat dijadikan obat.

“(Kalaupun) ada dari luar negeri, Kanada. Tapi mendatangkan orang dari Kanada (untuk kasus Fidelis) ini pun problem juga,” pungkas anggota DPR dari daerah pemilihan Kalbar ini. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/