MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah dua hari melakukan pengintaian, polisi akhirnya berhasil membekuk Abdul Khalik (21), pelaku penikaman yang menewaskan Serma Samiun, anggota Badan Pembinaan Masyarakat (Babinmas) Rayo Militer (Ranmil) 06 Kodim 0212/ Tapanuli Selatan. Pelaku dibekuk saat tengah tidur pulas di rumah kos temannya, Jl. Karya IV, Desa Helvetia,Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Senin (6/1) sekitar pukul 01.00 WIB.
Tanpa perlawanan, pelaku lalu diboyong ke Polsek Sunggal. Namun, demi keamanan pemeriksaan, tersangka kembali dipindahkan ke Polresta Medan. “Tersangka sudah dibawa ke Polresta, kitakan sama-sama tau, korban adalah oknum TNI. Biar lancar saja pemeriksaan,” ujar salah seorang petugas Polsek Sunggal.
Terpisah, Kapolresta Medan Kombes Pol Nico Afinta yang dikonfirmasi mengatakan, oknum TNI itu ditikam tidak sedang dalam bertugas. Sedang barang-bukti yang diamankan adalah sebilah pisau dapur sepanjang 30 cm.
“Tersangka nekat melakukan penikaman itu karena sakit hati ibunya disakiti oleh korban. Tersangka ditangkap setelah tim melakukan penyelidikan pada keluarga dan teman dekatnya,” ujar Nico. Lanjut Nico, hingga kemarin tersangka masih menjalani pemeriksaan. “Tersangka akan dijerat Pasal 338 KUHP Sub 351 ayat (3) KUHPidana dengan ancaman 20 Tahun penjara,” pungkas perwira tiga melati di pundaknya itu.
Sementara itu, saat diperiksa polisi, Abdul Khalik hanya bisa melamun dengan tatapan kosong. Pria tamatan SMA tersebut terlihat sangat menyesali perbuatannya yang telah menewaskan ayah tirinya. Beberapa jam diperiksa, Abdul Khalik pun keluar dari ruang Jahtanras untuk membeli nasi di kantin lantai dua gedung Sat Reskrim Polresta Medan. Ditemani salah seorang Juper Polsek Sunggal, Abdul Khalik kembali masuk ke ruang Jahtanras.
Pria yang bekerja serabutan tersebut mengatakan bahwa dia mengetahui kematian ayahnya sehari setelah kejadian. “Aku taunya ayahku tewas besoknya bang, itupun kawanku yang ngasih tau setelah baca koran. Aku tidak menyangka dia tewas, karena semula aku hanya mau menikam tangannya saja, ternyata kena dadanya,” kenangnya.
Apakah menyesal? Anak pertama Latifah tersebut mengaku nyesal. “Aku nyesal juga bang, karena dia bapakku. Namun, karena dia memukul ibuku dan sering memarahinya, aku tidak senang. Sudah satu setengah tahun aku menyimpan rasa kecewaku sama ayah tiriku itu. Dan, aku juga ingin sekali menghadiri pemakaman ayahku,” ucapnya.
”Memang ayahku seorang TNI, namun dia telah menyakiti ibuku dan aku memang menyesal. Sudahlah bang, aku nyesal. Malam minggu itu, mereka (ibu dan Samiun-red) berantam lagi. Dipukul dan dimaki-makinya mamakku. Kubela, malah ditamparnya aku bang,” tandasnya sembari mengatakan bahwa dia sudah mempunyai dua adik tiri.
Setelah pertengkaran di Jl. Sunggal itu, dengan menggunakan sepedamotor, ia dan ibunya pergi makan mie Aceh di Titi Bobrok Jl. Setia budi. Ternyata, korban mengikuti mereka. “Melihatnya aku pun emosi dan menikamnya. Memang selama nikah sama mamakku, dia (korban Samiun-red) baik sekali sama kami. Entah kenapa berapa minggu ini dia jadi emosian. Mau bilang apa lagi, kalau sudah begini,” pungkasnya.
RENCANA PINDAH DIBAWA KE LIANG LAHAT
Tewasnya Serma Samiun (41) anggota Kodim 0212 Tapanuli Selatan ditangan Abdul Khalik (21), anak kandung Latifah Hanum (37), wanita yang diduga memiliki hubungan khusus dengannya, meninggalkan luka dan kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Karena itu, mereka minta polisi menghukum berat pelaku.
Hal ini ditegaskan keluarga korban saat ditemui di rumah duka, Jl. Setia Bangun, Pasar III, Dusun IV, Sunggal Kanan, Senin (6/1) siang. “Permintaan kami, pelaku itu harus dihukum berat karena telah menghabisi nyawa abang saya,” tegas Briptu Hendrik, adik kandung korban.
Info lain yang dihimpun kru koran ini, Serma Samiun adalah bintara TNI yang lama bertugas di Pulau Jawa. Ia pindah tugas ke Sumatera Utara setelah menikahi Kamiati (40), wanita berdarah Jawa tahun 2004 lalu. Di Sumut, Serma Samiun bertugas di Kodim 0212 Tapanuli Selatan dengan jabatan Gabinas Ramil 06 Dim 0212/TS. Bahkan, sebelum tewas ditikam, Serma Saimun berencana pindah ke tugas Langkat.
“Rencananya mendiang ini mau pindah tugas ke Langkat. Kepindahannya masih dalam proses. Cuma ya begini lah, sudah kayak gini kejadiannya. Rencana itu dia bawa ke liang lahat,” lirih Hendrik dengan mata berkaca-kaca. Disinggung apakah pihak keluarga mengetahui kedekatan Serma Samiun dengan Latifah? Hendrik mengaku tak tau mengetahuinya.
Namun ia tak menyangkal kalau Latifah pernah tinggal tak jauh dari rumah abang kandungnya. Bahkan, Latifah juga kerap belanja di warung yang terletak tepat di sebelah rumah Serma Samiun.”Kalau masalah hubungan khusus, kita tak tau ya. Tapi kalau kenal memang ia, soalnya Latifah pernah tinggal di sini. Dia juga sering belanja di kedai samping rumah abang saya itu. Mungkin kenalnya di situlah,” beber Hendrik.
Selain itu, pihak keluarga korban juga mengapresiasi penangkapan pelaku, Abdul Khalik. “Iya sudah ditangkap jam 3 pagi tadi dari kawasan Jl. Karya IV Helvetia sana. Dan bagus karena polisi bertindak cepat,” beber Hendrik, diamini keluarganya yang lain. Masih menurut Hendrik, semula ia bersama rekannya berniat memburu pelaku yang terakhir kali diketahui berada di kawasan Lubukpakam.
“Kalau belum tertangkap kian, saya sama kawan-kawan pun mau turun langsung. Karena kami dapat info dia sempat kabur ke Pakam. Tapi karena kebingungan tak pegang uang dan tak punya handphone, jadi dia balik lagi, sembunyilah dia ke Karya IV sana. Di situlah langsung ditangkap personel dari Polsek Sunggal sana dia. Tapi pagi tadi langsung dibawa ke Polresta,” terang anggota Brimob Binjai ini.
Sementara itu, sosok Latifah yang disebut-sebut memiliki hubungan khusus dengan Serma Samiun dikenal warga dengan sebutan Bunda. Latifah pun dikabarkan sudah tak lagi tinggal di sekitar lokasi, karena diusir warga setahun lalu. “Dia itu biasa dipanggil Bunda sama anak-anak sini. Dia sering kumpulin anak-anak gadis sini di rumahnya itu dulu,” Kata Julia (35), salah seorang warga sekitar.
Masih menurut wanita yang jualan di sekitar Jl. Setia Bangun ini, sehari-hari Latifah kerap berpenampilan minim hingga kerap ditegur oleh warga. Tak hanya itu, Latifah pun pernah digerebek di kontrakannya karena mengumpulkan gadis-gadis belia di rumahnya. “Pernah digerebek itu rumahnya, disitulah dia diusir dulu. Dia sering bawa cewek-cewek muda di rumahnya itu. Kami warga sini pun nggak tau ngapain saja orang itu. Cuma karena dianggap meresahkan, ya kami gerebek ,” Kata wanita bertubuh gemuk ini.
Pernyataan warga tak disangkal Kadus IV Sunggal Kanan, D Ginting (50). “Memang warga sini dulu dia, tapi sekarang kita nggak tau dia tinggal dimana. Karena waktu disini dulu pun dia jarang-jarang juga nampak,” kata Ginting.
Dandim 0212/TS, Letkol Inf Antonius Totok Chrishardjoko membenarkan bahwa Serma Samiun yang tewas ditikam di warung mi Aceh adalah anggotanya. Sebelum meninggal, Serma Samiun bertugas di Koramil Sipiongot.
“Almarhum selama bertugas dikenal baik. Selama ini almarhum bertugas di Koramil Sipiongot, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta),” kata Antonius Totok Chrishardjoko, Senin (6/1).
Menurut Chrishardjoko, sebelum kejadian, almarhum masih bertemu langsung dengannya dan meminta izin untuk melihat keluarganya di Medan. “Almarhum tidak menunjukkan hal-hal negatif. Saya masih sempat bertemu dengannya. Ia meminta izin untuk menemui keluarganya di Kota Medan,” tambah Chrishardjoko.
Chrishardjoko menambahkan, Sabtu (4/1) sekitar pukul 23.30 WIB, ia langsung melihat korban di RS Bunda Thamrin Medan. “Kebetulan saat itu saya sedang berada di Medan, begitu mengetahui kejadian, saya langsung menjenguk korban di Rumah Sakit Bunda Thamrin. Namun, nyawanya tidak dapat tertolong lagi,” tukasnya.
Dandim juga menyampaikan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kejadian yang merenggut nyawa anggotanya. Ia juga mengharapkan pihak berwajib dapat memproses kasus tersebut. Dan, anggota keluarga yang ditinggalkan untuk tetap bersabar dan tabah menghadapi musibah itu. (wel/yza/smg/deo)