25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Omak-omak Geruduk Mapolres Belawan

Foto: Fachril/Posmetro Medan/JPNN Omak-omak yang demo Polres Pelabuhan Belawan. Mereka memprotes penggunaan gas airmata oleh polisi.
Foto: Fachril/Posmetro Medan/JPNN
Omak-omak yang demo Polres Pelabuhan Belawan. Mereka memprotes penggunaan gas airmata oleh polisi.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Bentrok kelompok warga Gudang Arang dan Lorong Papan, Lorong Melati atau Belawan Lama yang menewaskan Muklis (20) di Jl. TM Pahlawan, areal taman pemakaman umum (TPU), Kec. Medan Belawan, Minggu (5/1) malam, berbuah protes. Senin (6/1) siang, puluhan ibu-ibu yang tak terima polisi membubarkan massa yang perang menggunakan gas air mata mendemo Polres Pelabuhan Belawan.

Dengan membawa umbul-umbul berisi kecaman, para omak-omak yang berasal dari Gudang Arang itu tak terima polisi menembakkan gas air mata ke lingkungan mereka.

Ya, di malam maut itu, kedua kelompok yang sudah berseteru sejak tahun 1960 itu kembali terlibat perang. Karena bentrok berlanjut hingga malam hari, petugas Polres Pelabuhan Belawan dibantu Brimobdasu pun melakukan pembubaran paksa dengan menembakkkan gas air mata. Tak hanya itu, karena situasi sulit dikendalikan, polisi juga menyisir ke lorong lingkungan penduduk, sehingga gas air mata yang ditembakkan mengganggu kenyamanan masyarakat yang menghirup. “Bayangkan saja, tadi malam kami lagi tidur ditembak gas air mata, anak-anak kami banyak yang sesak nafas dan nyaris mati,” kata para ibu-ibu dengan wajah garang.

Kedatangan mereka disikapi petugas dengan perundingan. Satu jam bermusyawarah, utusan masyarakat yang ikut menegaskan, polisi sudah berjanji tak akan lagi mengulangi hal yang sama.

“Pihak kepolisian dalam hal ini mengakui kelalaian mereka, bagi warga yang ada sesak atau sakit akibat gas air mata itu akan segera dibawa ke rumah sakit. Biayanya akan ditanggulangi polisi,” kata Azwar Anis di hadapan masyarakat yang jadi massannya.

Mendengar penjelasan itu, sejumlah omak-omak merasa senang dan menerima sikap polisi yang mengakui kelalainnya. Tak lama berselang, massa memilih membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Terpisah, Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Aswin Sipayung yang dikonfirmasi kru koran ini mengatakan, kasus bentrok yang menewaskan satu orang warga itu masih mereka tangani. Sejauh ini, sudah tiga orang saksi diperiksa.

Menurut saksi, Muklis tewas terkena mercon sendiri alias senjata makan tuan saat hendak menyerang lawannya. Meski begitu, pihaknya masih melakukan penyelidikan di lapangan, karena para saksi belum ada yang ingin memberikan keterangan mengenai kejadian itu.

“Yang jelas kasus ini masih kita dalami, untuk penyebab korban tewas karena mercon sendiri. Karena pihak keluarga tak mau divisum sehingga pembuktian secara medis tidak dapat kita ketahui,” kata Aswin. Disinggung adanya pernyataan dari warga korban ditembak mercon? Aswin belum bisa menjawab. Karena warga yang mengatakan itu tak ada mau menjadi saksi. “Inilah sulitnya kita, mereka tak mau bersaksi, yang jelas kasus ini masih kita tangani,” jelas Aswin.

Sekedar mengingatkan, keributan kedua belah pihak kelompok warga yang sudah jadi tradisi itu terjadi secara tiba-tiba. Kedua kelompok pemuda saling lempar batu dan bersenjatakan parang saling serang di areal pemakaman umum. Keributan berlangsung dengan ratusan batu melayang di udara. Perang makin memanas ketika kelompok pemuda Gudang Arang berhasil melakukan penyerang ke lokasi persimpangan Lorong Pahlawan dimanfaatkan kelompok dari Belawan Lama melakukan penyerangan menggunakan mercon SOS.

Seperti diketahui, bentrok tersebut adalah skenario para bandar sabu untuk mengelabui polisi. Menanggapi hal ini, Direktur Narkoba Polda Sumut Kombes Toga Panjaitan mengaku akan segera menurunkan anggotanya ke lokasi. “Kalau memang gitu, saya akan turunkan anggota ke sana,” tandasnya. (ril/eza/deo)

Foto: Fachril/Posmetro Medan/JPNN Omak-omak yang demo Polres Pelabuhan Belawan. Mereka memprotes penggunaan gas airmata oleh polisi.
Foto: Fachril/Posmetro Medan/JPNN
Omak-omak yang demo Polres Pelabuhan Belawan. Mereka memprotes penggunaan gas airmata oleh polisi.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Bentrok kelompok warga Gudang Arang dan Lorong Papan, Lorong Melati atau Belawan Lama yang menewaskan Muklis (20) di Jl. TM Pahlawan, areal taman pemakaman umum (TPU), Kec. Medan Belawan, Minggu (5/1) malam, berbuah protes. Senin (6/1) siang, puluhan ibu-ibu yang tak terima polisi membubarkan massa yang perang menggunakan gas air mata mendemo Polres Pelabuhan Belawan.

Dengan membawa umbul-umbul berisi kecaman, para omak-omak yang berasal dari Gudang Arang itu tak terima polisi menembakkan gas air mata ke lingkungan mereka.

Ya, di malam maut itu, kedua kelompok yang sudah berseteru sejak tahun 1960 itu kembali terlibat perang. Karena bentrok berlanjut hingga malam hari, petugas Polres Pelabuhan Belawan dibantu Brimobdasu pun melakukan pembubaran paksa dengan menembakkkan gas air mata. Tak hanya itu, karena situasi sulit dikendalikan, polisi juga menyisir ke lorong lingkungan penduduk, sehingga gas air mata yang ditembakkan mengganggu kenyamanan masyarakat yang menghirup. “Bayangkan saja, tadi malam kami lagi tidur ditembak gas air mata, anak-anak kami banyak yang sesak nafas dan nyaris mati,” kata para ibu-ibu dengan wajah garang.

Kedatangan mereka disikapi petugas dengan perundingan. Satu jam bermusyawarah, utusan masyarakat yang ikut menegaskan, polisi sudah berjanji tak akan lagi mengulangi hal yang sama.

“Pihak kepolisian dalam hal ini mengakui kelalaian mereka, bagi warga yang ada sesak atau sakit akibat gas air mata itu akan segera dibawa ke rumah sakit. Biayanya akan ditanggulangi polisi,” kata Azwar Anis di hadapan masyarakat yang jadi massannya.

Mendengar penjelasan itu, sejumlah omak-omak merasa senang dan menerima sikap polisi yang mengakui kelalainnya. Tak lama berselang, massa memilih membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Terpisah, Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Aswin Sipayung yang dikonfirmasi kru koran ini mengatakan, kasus bentrok yang menewaskan satu orang warga itu masih mereka tangani. Sejauh ini, sudah tiga orang saksi diperiksa.

Menurut saksi, Muklis tewas terkena mercon sendiri alias senjata makan tuan saat hendak menyerang lawannya. Meski begitu, pihaknya masih melakukan penyelidikan di lapangan, karena para saksi belum ada yang ingin memberikan keterangan mengenai kejadian itu.

“Yang jelas kasus ini masih kita dalami, untuk penyebab korban tewas karena mercon sendiri. Karena pihak keluarga tak mau divisum sehingga pembuktian secara medis tidak dapat kita ketahui,” kata Aswin. Disinggung adanya pernyataan dari warga korban ditembak mercon? Aswin belum bisa menjawab. Karena warga yang mengatakan itu tak ada mau menjadi saksi. “Inilah sulitnya kita, mereka tak mau bersaksi, yang jelas kasus ini masih kita tangani,” jelas Aswin.

Sekedar mengingatkan, keributan kedua belah pihak kelompok warga yang sudah jadi tradisi itu terjadi secara tiba-tiba. Kedua kelompok pemuda saling lempar batu dan bersenjatakan parang saling serang di areal pemakaman umum. Keributan berlangsung dengan ratusan batu melayang di udara. Perang makin memanas ketika kelompok pemuda Gudang Arang berhasil melakukan penyerang ke lokasi persimpangan Lorong Pahlawan dimanfaatkan kelompok dari Belawan Lama melakukan penyerangan menggunakan mercon SOS.

Seperti diketahui, bentrok tersebut adalah skenario para bandar sabu untuk mengelabui polisi. Menanggapi hal ini, Direktur Narkoba Polda Sumut Kombes Toga Panjaitan mengaku akan segera menurunkan anggotanya ke lokasi. “Kalau memang gitu, saya akan turunkan anggota ke sana,” tandasnya. (ril/eza/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/