27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Anak Korban: Kubalas Kalau Aku Besar

Foto: Tuntun/PM/JPNN Desi Natalia, anak kedua korban, menjerit sepulang sekolah mengetahui ibunya tewas dibunuh sang ayah.
Foto: Tuntun/PM/JPNN
Desi Natalia, anak kedua korban, menjerit sepulang sekolah mengetahui ibunya tewas dibunuh sang ayah.

SUMUTPOS.CO – Roy Nababan tampak meneteskan air mata. Meskipun usianya masih 11 tahun, anak lelaki itu sudah bisa merasakan kepedihan yang dialami ibu dan juga kakak dan adiknya. Siswa kelas 5 SD itu pun sudah berencana membalas dendam terhadap ayahnya kelak dia dewasa.

“Pasti kubalas nanti kalau aku sudah besar,” ujarnya singkat kepada wartawan koran ini saat ditemui di depan rumahnya.

Terbunuhnya ibu kandung yang membesarkannya membuat Roy menaruh kebencian pada ayahnya. Ia tak menyangka ayahnya tega menghabisi nyawa ibunya. Padahal sebelum kejadian, Roy masih ingat saat kedua orangtuanya itu bersama adiknya Aldo yang masih kelas 1 SD berada di dalam rumah.

Kesedihan yang mendalam juga tampak di wajah anak kedua korban, yakni Desi Natalia. Belum lagi tiba di dalam rumah, setelah pulang dari sekolah, perempuan berusia 14 tahun itu langsung menjerit histeris setelah mendapat kabar bahwa ibunya telah tiada. “Mamaku mana… mamaku mana,” teriak perempuan yang masih mengenakan seragam SMP itu seraya meneteskan air mata.

Dari amatan kru koran ini, sejak awal hingga jenazah ibunya dibawa oleh pihak kepolisian. Siswi kelas 2 di SMP Brigjen Katamso itu masih terus saja menangis. Warga sekitar hanya bisa memeluknya seraya menyampaikan kata-kata sabar pasca kejadian yang menimpa keluarganya.

Atas kejadian tersebut, korban meninggalkan empat orang anak, yaitu Evi boru Nababan (16) yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Desi boru Nababan (14) duduk di bangku kelas 2 SMP. Roy Nababan (11) duduk di bangku kelas 5 SD dan terakhir Aldo Nababan (6) yang duduk di bangku kelas 1 SD.

Dan hingga berita ini diturunkan, warga sekitar masih ramai memadati depan rumah korban. Meskipun sudah tampak kosong lantaran semua keluarga beranjak ke RSUP H Adam Malik Medan untuk keperluan otopsi. Begitu juga pihak kepolisian, masih menyisir belakang rumah korban. Rawa-rawa di ujung gang dan juga sungai di seputaran lokasi kejadian untuk mencari suaminya yang sudah melarikan diri. (tun/wel/bd)

Foto: Tuntun/PM/JPNN Desi Natalia, anak kedua korban, menjerit sepulang sekolah mengetahui ibunya tewas dibunuh sang ayah.
Foto: Tuntun/PM/JPNN
Desi Natalia, anak kedua korban, menjerit sepulang sekolah mengetahui ibunya tewas dibunuh sang ayah.

SUMUTPOS.CO – Roy Nababan tampak meneteskan air mata. Meskipun usianya masih 11 tahun, anak lelaki itu sudah bisa merasakan kepedihan yang dialami ibu dan juga kakak dan adiknya. Siswa kelas 5 SD itu pun sudah berencana membalas dendam terhadap ayahnya kelak dia dewasa.

“Pasti kubalas nanti kalau aku sudah besar,” ujarnya singkat kepada wartawan koran ini saat ditemui di depan rumahnya.

Terbunuhnya ibu kandung yang membesarkannya membuat Roy menaruh kebencian pada ayahnya. Ia tak menyangka ayahnya tega menghabisi nyawa ibunya. Padahal sebelum kejadian, Roy masih ingat saat kedua orangtuanya itu bersama adiknya Aldo yang masih kelas 1 SD berada di dalam rumah.

Kesedihan yang mendalam juga tampak di wajah anak kedua korban, yakni Desi Natalia. Belum lagi tiba di dalam rumah, setelah pulang dari sekolah, perempuan berusia 14 tahun itu langsung menjerit histeris setelah mendapat kabar bahwa ibunya telah tiada. “Mamaku mana… mamaku mana,” teriak perempuan yang masih mengenakan seragam SMP itu seraya meneteskan air mata.

Dari amatan kru koran ini, sejak awal hingga jenazah ibunya dibawa oleh pihak kepolisian. Siswi kelas 2 di SMP Brigjen Katamso itu masih terus saja menangis. Warga sekitar hanya bisa memeluknya seraya menyampaikan kata-kata sabar pasca kejadian yang menimpa keluarganya.

Atas kejadian tersebut, korban meninggalkan empat orang anak, yaitu Evi boru Nababan (16) yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Desi boru Nababan (14) duduk di bangku kelas 2 SMP. Roy Nababan (11) duduk di bangku kelas 5 SD dan terakhir Aldo Nababan (6) yang duduk di bangku kelas 1 SD.

Dan hingga berita ini diturunkan, warga sekitar masih ramai memadati depan rumah korban. Meskipun sudah tampak kosong lantaran semua keluarga beranjak ke RSUP H Adam Malik Medan untuk keperluan otopsi. Begitu juga pihak kepolisian, masih menyisir belakang rumah korban. Rawa-rawa di ujung gang dan juga sungai di seputaran lokasi kejadian untuk mencari suaminya yang sudah melarikan diri. (tun/wel/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/