26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Curi Beo Majikan, Budi Tato Babak-Belur

Budi Tato, maling burung beo yang dihakimi massa.
Budi Tato, maling burung beo yang dihakimi massa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dikasih hati malah minta jantung. Setidaknya pribahasa ini pantas menggambarkan perilaku Budiansyah alias Budi Tato (31), warga Jl. Pancasila, Gang Sapta ini. Betapa tidak, sudah diberi pekerjaan sebagai sopir angkot, Budi Tato malah mencuri burung Beo Nias kesayangan majikannya H Sardi (63). Sial baginya, aksi itu ketahuan hingga ia pun babak belur dihakimi massa di Jl. Rawa Cangkuk II, Kamis (16/1) sekira pukul 13.00 WIB.

Pencurian itu dilakukan Budi Tato pada Selasa (13/1) malam. Kala itu, usai narik pelaku berniat mengembalikan angkot ke kediaman Sardi tokenya. Saat itulah, pelaku melihat burung beo tuannya digantung dalam sarang di luar rumah.

Tanpa mengulur waktu, diam-diam pelaku langsung menyikat burung dilindungi seharga Rp 2,6 juta tersebut. Apesnya, ternyata aksinya dilihat oleh Sardi. Merasa aksinya tak ketahuan, dengan berlagak bodoh Budi Tato kembali mendatangi kediaman majikannya.

Melihat Budi Tato, sang majikan yang kesal langsung berteriak maling. Tak pelak, dalam hitungan menit, warga sekitar langsung menanangkap dan menghakiminya hingga babak belur. Tak hanya itu, pelaku juga sempat diikat di pohon hingga jadi perhatian warga. Kepada kru koran ini, Budi Tato mengaku rekannya berinisial T yang mengambil burung tersebut. Sedang ia hanya bertuga membonceng T yang memegang burung beo berikut sarang yang terbuat dari bambu itu.

“Bukan aku yang ambil pak, kawankunya. Aku hanya bawa kereta sajanya pak,” katanya membela diri. Masih kata Budi Tato, burung beo tersebut mereka gadaikan pada seseorang bernama Nani seharga Rp 650 ribu. “Digadaikan pak setahuku sama si Nani,” tambahnya seraya meringis menahan perih di wajahnya.

Akibat ulah pelaku, Sardi mengalami kerugian Rp 2,6 juta. “Burung Beo Nias itu kalau dilatih, bisa bicara. Kalau dijual harganya sekitar Rp 2,6 juta sampai Rp 10 juta. Saya sudah percayakan dia bawa angkot, tapi malah tega mencuri di rumah saya,” kesal Sardi yang memilih menyerahkan pelaku ke Polsek Medan Area.

Berdasarkan pengakuan Budi pula, H Sardi memilih menebus burung beo miliknya yang digadaikan kepada Nani. “Ya saya sudah tebus burungnya, tapi ini tetap diselesaikan secara hukumlah,” katanya.

Kapolsek Medan Area Kompol Rama S Putra, SIK yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Saat ini pihaknya masih memeriksa tersangka. “Benar ada kita amankan, masih kita periksa dulu ya. Barang bukti juga kita amankan,” katanya. (wel/deo)

Budi Tato, maling burung beo yang dihakimi massa.
Budi Tato, maling burung beo yang dihakimi massa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dikasih hati malah minta jantung. Setidaknya pribahasa ini pantas menggambarkan perilaku Budiansyah alias Budi Tato (31), warga Jl. Pancasila, Gang Sapta ini. Betapa tidak, sudah diberi pekerjaan sebagai sopir angkot, Budi Tato malah mencuri burung Beo Nias kesayangan majikannya H Sardi (63). Sial baginya, aksi itu ketahuan hingga ia pun babak belur dihakimi massa di Jl. Rawa Cangkuk II, Kamis (16/1) sekira pukul 13.00 WIB.

Pencurian itu dilakukan Budi Tato pada Selasa (13/1) malam. Kala itu, usai narik pelaku berniat mengembalikan angkot ke kediaman Sardi tokenya. Saat itulah, pelaku melihat burung beo tuannya digantung dalam sarang di luar rumah.

Tanpa mengulur waktu, diam-diam pelaku langsung menyikat burung dilindungi seharga Rp 2,6 juta tersebut. Apesnya, ternyata aksinya dilihat oleh Sardi. Merasa aksinya tak ketahuan, dengan berlagak bodoh Budi Tato kembali mendatangi kediaman majikannya.

Melihat Budi Tato, sang majikan yang kesal langsung berteriak maling. Tak pelak, dalam hitungan menit, warga sekitar langsung menanangkap dan menghakiminya hingga babak belur. Tak hanya itu, pelaku juga sempat diikat di pohon hingga jadi perhatian warga. Kepada kru koran ini, Budi Tato mengaku rekannya berinisial T yang mengambil burung tersebut. Sedang ia hanya bertuga membonceng T yang memegang burung beo berikut sarang yang terbuat dari bambu itu.

“Bukan aku yang ambil pak, kawankunya. Aku hanya bawa kereta sajanya pak,” katanya membela diri. Masih kata Budi Tato, burung beo tersebut mereka gadaikan pada seseorang bernama Nani seharga Rp 650 ribu. “Digadaikan pak setahuku sama si Nani,” tambahnya seraya meringis menahan perih di wajahnya.

Akibat ulah pelaku, Sardi mengalami kerugian Rp 2,6 juta. “Burung Beo Nias itu kalau dilatih, bisa bicara. Kalau dijual harganya sekitar Rp 2,6 juta sampai Rp 10 juta. Saya sudah percayakan dia bawa angkot, tapi malah tega mencuri di rumah saya,” kesal Sardi yang memilih menyerahkan pelaku ke Polsek Medan Area.

Berdasarkan pengakuan Budi pula, H Sardi memilih menebus burung beo miliknya yang digadaikan kepada Nani. “Ya saya sudah tebus burungnya, tapi ini tetap diselesaikan secara hukumlah,” katanya.

Kapolsek Medan Area Kompol Rama S Putra, SIK yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Saat ini pihaknya masih memeriksa tersangka. “Benar ada kita amankan, masih kita periksa dulu ya. Barang bukti juga kita amankan,” katanya. (wel/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/