26.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Johanes Dimakamkan Di Samping Neneknya

Yohanes Gultom semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski masih ABG, semasa hidupnya, Johanes Gultom (15) punya cita-cita mulia. Dia mau jadi pendeta. Sayang, keinginannya kini tinggal kenangan bagi keluarga.

Seperti diketahui, putra dari pasangan Jamson Gultom (50) dan Christina br Sembiring (48) ini ditemukan tewas mengenaskan di lahan garapan Jalan Tambak Bayan, Desa Sampali Dusun 22, Percut Seituan, Rabu (10/5) sore lalu. Sekujur tubuhnya dipenuhi 37 luka tikam dan sabetan benda tajam.

Mulianya keinginan Johanes tersebut diungkap orangtuanya, usai menemui penyidik Polsek Percut Seituan pada Selasa (16/5) siang, guna mempertanyakan perkembangan kasus pembunuhan putra mereka.

“Saya dan istri menemui penyidik, Iwan Simarmata guna mempertanyakan perkembangan kasus pembunuhan anak saya. Tadi penyidik bilang kasusnya masih dalam proses penyelidikan. Semasa hidupnya, anak saya orangnya lugu, ceria dan sering berlawak. Dan cita-citanya kalau sudah besar ingin menjadi Pendeta,” kata Jamson tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya.

Disebutkan, Johanes dikebumikan pada Kamis sore di Kampung Pon, Serdang Bedagai (Sergai), tepat di samping makam oppung borunya (neneknya).

“Kami berharap polisi segera mengungkap kasus pembunuhan Johanes. Tidak hanya mengungkap, pelaku harus ditangkap agar mempertanggung jawabkan perbuatannya,” imbuh Jamson seraya meyakini jika korban kenal dengan pelaku.

Lanjutnya, belum lama ini putranya pernah mengalami luka pada mulut akibat dipukuli seorang anak polisi. Saat kejadian itu Johanes meneleponnya.

“Kejadiannya di Jalan Toba Nauli Desa Medan Estate, Percut Seituan. Pelakunya anak polisi. Setelah bertemu, saya memang mengatakan jika anak saya yang nakal. Waktu itu, saya berharap Johanes tidak main-main lagi kesana. Tapi Johanes sepertinya kecewa. Sejak itu, dia lebih memilih curhat sama kakaknya, Maria Teovani br Gultom (19) jika ada masalah,” kenang Jamson.

Soal kejanggalan yang terjadi sebelum kejadian, Jamson menyebutkan, Pada Senin (8/5) korban tidak menemuinya di warung kopi. Padahal, biasanya Johanes langsung menemuinya jika pulang sekolah untuk meminta uang.

“Karena tidak datang minta uang, sorenya saat pulang ke rumah, saya menanyakan keberadaan Johanes kepada adiknya, Theresia br Gultom (13). Adiknya hanya bilang jika abangnya pergi naik. Tapi tak disebut naik apa,” imbuh Jamson.

Yohanes Gultom semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski masih ABG, semasa hidupnya, Johanes Gultom (15) punya cita-cita mulia. Dia mau jadi pendeta. Sayang, keinginannya kini tinggal kenangan bagi keluarga.

Seperti diketahui, putra dari pasangan Jamson Gultom (50) dan Christina br Sembiring (48) ini ditemukan tewas mengenaskan di lahan garapan Jalan Tambak Bayan, Desa Sampali Dusun 22, Percut Seituan, Rabu (10/5) sore lalu. Sekujur tubuhnya dipenuhi 37 luka tikam dan sabetan benda tajam.

Mulianya keinginan Johanes tersebut diungkap orangtuanya, usai menemui penyidik Polsek Percut Seituan pada Selasa (16/5) siang, guna mempertanyakan perkembangan kasus pembunuhan putra mereka.

“Saya dan istri menemui penyidik, Iwan Simarmata guna mempertanyakan perkembangan kasus pembunuhan anak saya. Tadi penyidik bilang kasusnya masih dalam proses penyelidikan. Semasa hidupnya, anak saya orangnya lugu, ceria dan sering berlawak. Dan cita-citanya kalau sudah besar ingin menjadi Pendeta,” kata Jamson tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya.

Disebutkan, Johanes dikebumikan pada Kamis sore di Kampung Pon, Serdang Bedagai (Sergai), tepat di samping makam oppung borunya (neneknya).

“Kami berharap polisi segera mengungkap kasus pembunuhan Johanes. Tidak hanya mengungkap, pelaku harus ditangkap agar mempertanggung jawabkan perbuatannya,” imbuh Jamson seraya meyakini jika korban kenal dengan pelaku.

Lanjutnya, belum lama ini putranya pernah mengalami luka pada mulut akibat dipukuli seorang anak polisi. Saat kejadian itu Johanes meneleponnya.

“Kejadiannya di Jalan Toba Nauli Desa Medan Estate, Percut Seituan. Pelakunya anak polisi. Setelah bertemu, saya memang mengatakan jika anak saya yang nakal. Waktu itu, saya berharap Johanes tidak main-main lagi kesana. Tapi Johanes sepertinya kecewa. Sejak itu, dia lebih memilih curhat sama kakaknya, Maria Teovani br Gultom (19) jika ada masalah,” kenang Jamson.

Soal kejanggalan yang terjadi sebelum kejadian, Jamson menyebutkan, Pada Senin (8/5) korban tidak menemuinya di warung kopi. Padahal, biasanya Johanes langsung menemuinya jika pulang sekolah untuk meminta uang.

“Karena tidak datang minta uang, sorenya saat pulang ke rumah, saya menanyakan keberadaan Johanes kepada adiknya, Theresia br Gultom (13). Adiknya hanya bilang jika abangnya pergi naik. Tapi tak disebut naik apa,” imbuh Jamson.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/