26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Aduh, Ibu Ini Tewas Tarik-tarikan Tas dengan Pejambret

Foto: AMRI/PM Foto korban Posmar boru Marpaung semasa hidup. Ibu ini tewas setelah terjatuh dari betor yang ditumpanginya, akibat mempertahankan tasnya yang dijambret.
Foto: AMRI/PM
Foto korban Posmar boru Marpaung semasa hidup. Ibu ini tewas setelah terjatuh dari betor yang ditumpanginya, akibat mempertahankan tasnya yang dijambret.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kejahatan jalanan di Kota Medan kembali menelan korban. Kali ini Posmar Boru Marpaung (62) warga Jalan Menteng II Gang Bestari Kec. Medan Denai tewas setelah mengalami penjambretan.

Peristiwa nahas itu dialami Posmar, Jumat (20/2) sekira pukul 06.00 Wib. Pagi itu korban baru saja berbelanja sayur mayur di Pasar Sambu bersama anaknya Topan Butarbutar. Rencananya sayuran tersebut akan mereka jual kembali di Pajak Malpinas, Mandala.

Dengan dua betor, barang dagangan itu mereka angkut menuju lokasi pajak Malpinas. Topan mengendarai becak berisi sayuran, tomat, serta semangka dan berjalan lebih dahulu. Sementara korban yang membawa jagung dua goni berada di belakang.

Karena lambatnya betor yang ditumpangi korban sehingga tertinggal jauh. Sesampainya di Jalan Wahidin tepatnya di depan toko Uero Bakery, dua pengendara sepeda motor Vixion warna Merah, memakai helm dan jaket datang dari arah bersamaan langsung menjambret tas yang disandang korban.

Sadar kalau sedang dijambret, korban pun mencoba mempertahankanya dan tarik-tarikan pun tak terhindarkan. Karena kalah tenaga, wanita tua itu pun terjatuh dan menbentur aspal. Sedangkan tasnya berhasil diambil pelaku. Saat itu juga korban tak sadarkan diri.

Parbetor yang belum diketahui namanya ini langsung membawa tubuh korban yang tak sadarkan diri menuju pajak Malpinas. Sampai di pajak parbetor langsung memberitahukan kepada anak korban kalau ibunya pingsan setelah terjatuh dari betor.

Selanjutnya, Topan dan parbetor membawa korban ke RS Muhamadiyah di Jalan Mandala By Pass, namun ditolak. Alhasil korban dilarikan ke RS Permata Bunda. Malangnya, ketika diperjalanan menuju rumah sakit yang berada di Jalan SM Raja itu, Posmar menghembuskan nafas terakhirnya.

“Sempat dibawa ke RS Muhammadiyah bang, tapi ditolak, hingga akhirnya di bawa ke RS Permata Bunda. Kalau tau aku siapa pelakunya, kuhabisi dia bang dengan tanganku sendiri,” ungkap Markus putra bungsu dari 8 bersaudara saat ditemui di RS. Bhayangkara.

Dilanjutkan Topan, dirinya tak menyangka jika ibunya meninggal setelah menjadi korban penjambretan, padahal selang setengah jam saja mereka terpisah. “Mamak ku bilang kau duluan ya, aku nyusul, tapi batin ku tak tenang kok lama kali mamak sampai. Perasaan ku tak tenang, rupanya itu pertanda kalau sesuatu telah terjadi kepada ibu ku,” terang Topan lagi.

Sebelum kepergian korban, Markus menjelaskan sempat mendapatkan tanda-tanda berupa susah tidur dan mendapatkan ucapan-ucapan yang aneh dari orang-orang pajak, bahkan sempat terbawa mimpi olehnya dan abang-abangnya.

“Beberapa hari ini kami susah tidur bang dan sering mimpi aneh. Dalam mimpi itu mama cerita-cerita sama orang pajak ‘Udah tenang hidupku, udah berhasil anak – anakku semua. Kalau mati pun nanti aku, udah ada asuransi ku,’ semua kami bermimpi seperti itu bang,” beber Markus.

Mendengar kejadian tersebut, petugas Polsek Medan Area menjemput laporan ke rumah duka. Sesampainya di sana polisi meminta pihak keluarga untuk melakukan visum dan membuat laporan ke polisi. Akhirnya jenazah dibawa ke RS Bhayangkara untuk divisum.

“Laporannya sudah kita jemput ke rumah korban dan kita sarankan agar keluarga korban untuk melakukan visum dan membuat laporan,” ujar AKP Agus Sobarba Praja selaku Kanit Reskrim Polsek Medan Area.

 

ANAK KORBAN TAK PERCAYA POLISI

Rencana pihak kepolisian untuk melakukan visum pada jenazah korban batal, lantaran anak-anak korban tak percaya dengan kinerja polisi. Hal itu juga diakui AKP Agus Sobarna Praja.

Penolakan tersebut dilakukan pihak keluarga dengan menyuntikkan formalin ke tubuh Posmar. Alhasil polisi tak dapat berbuat apa-apa. “Keluarganya sudah menyuntikan formalin ke tubuh mayat, jadi pihak rumah sakit tak mengotopsi jenazah Posmar. Kita juga sudah kasih rekomendasi agar diotopsi ke RS Pirngadi Medan tapi pihak keluarganya keberatan,” ujar AKP Agus Sobarna Praja.

Alasan anak-anak korban menolak visum lantaran tak menginginkan tubuh ibu mereka dibelah-belah. “Kami selaku anak tak mengizinkan kalau jasad ibu kami diotopsi, karena nanti pasti dibelah. Kami tidak percaya sama polisi, pasti pelakunya tak bakal tertangkap,” ujar Topan diamini anak korban yang lainnya.

Keluarga korban juga mengatakan kalau untuk saat ini mereka masih konsentrasi pada pemakaman jenazah. Setelah selesai mereka baru akan melapor kepolisi. “Kami mau konsen dulu bang untuk pemakaman ibu kami, setelah itu baru lapor polisi,” ujar Hotma Butar-Butar, anak korban.

Bagi anak-anaknya, Posmar boru Marpaung merupakan wanita tangguh yang tak kenal lelah. Sejak ditinggal suaminya di tahun 2007, Posmar berjuang membesarkan anak-anaknya sebagai ibu merangkap bapak. Dengan kegigihannya, ia membesarkan keenam anaknya dengan keringat dan air mata.

“Mamak kami ini gak mau minta minta minta sama orang walau dah tua dia tetap usaha cari makan berjualan,” kenang anak-anak korban kompak.

Hal tersebut juga dibenarkan jiran tetangga mereka. “Dia baik, ramah dan kalau ada yang berduka pasti cepat datang,” ujar tetangga korban yang datang melayat.

 

POLISI JARANG PATROLI

Aksi kejahatan di seputaran Jalan Wahidin, terbilang rawan. Sebelum tewasnya Posmar, pengguna jalan lainnya juga pernah mengalami perampokan. Hal tersebut disyaki karena minimnya patroli yang dilakukan pihak kepolisian.

Seperti penuturan Akmal (40), petugas security di kawasan Jalan Wahidin yang ditemui. Menurutnya, selama bekerja dirinya kerap menyaksikan pelaku kejahatan jalanan, seperti jambret dan rampok.

Saat penjambretan yang diamali Posmar, Akmal mengaku menyaksikannya dan sempat berencana mengejar kedua pelaku yang mengendarai sepeda motor vixion. “Aku lihat ibu itu, tasnya ditarik dan dia berteriak tolong. Tukang becaknya diam aja aku lihat, pas mau kukejar minyak kreta ku habis pulak,” ujar Akmal.

Namun keterangan security itu langsung dibantah AKP Agus Sobarna Praja yang mengatakan kalau selama ini anggotanya kerap melakukan patroli di kawasan tersebut. “Ah gak betul itu, kami sering patroli. Memang penjahatnya saja yang tidak mau menampakan diri,” ujar Kanit Reskrim Polsek Medan Area.

Akan tetapi Agus tak membantah jika sebelumnya juga telah terjadi aksi penjambret di TKP yang sama. “Sudah empat bulan yang lalu itu kejadianya, ini baru terulang lagi berarti kan kita kerja selama ini,” kilahnya lagi. (mri/mag-2/bd)

Foto: AMRI/PM Foto korban Posmar boru Marpaung semasa hidup. Ibu ini tewas setelah terjatuh dari betor yang ditumpanginya, akibat mempertahankan tasnya yang dijambret.
Foto: AMRI/PM
Foto korban Posmar boru Marpaung semasa hidup. Ibu ini tewas setelah terjatuh dari betor yang ditumpanginya, akibat mempertahankan tasnya yang dijambret.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kejahatan jalanan di Kota Medan kembali menelan korban. Kali ini Posmar Boru Marpaung (62) warga Jalan Menteng II Gang Bestari Kec. Medan Denai tewas setelah mengalami penjambretan.

Peristiwa nahas itu dialami Posmar, Jumat (20/2) sekira pukul 06.00 Wib. Pagi itu korban baru saja berbelanja sayur mayur di Pasar Sambu bersama anaknya Topan Butarbutar. Rencananya sayuran tersebut akan mereka jual kembali di Pajak Malpinas, Mandala.

Dengan dua betor, barang dagangan itu mereka angkut menuju lokasi pajak Malpinas. Topan mengendarai becak berisi sayuran, tomat, serta semangka dan berjalan lebih dahulu. Sementara korban yang membawa jagung dua goni berada di belakang.

Karena lambatnya betor yang ditumpangi korban sehingga tertinggal jauh. Sesampainya di Jalan Wahidin tepatnya di depan toko Uero Bakery, dua pengendara sepeda motor Vixion warna Merah, memakai helm dan jaket datang dari arah bersamaan langsung menjambret tas yang disandang korban.

Sadar kalau sedang dijambret, korban pun mencoba mempertahankanya dan tarik-tarikan pun tak terhindarkan. Karena kalah tenaga, wanita tua itu pun terjatuh dan menbentur aspal. Sedangkan tasnya berhasil diambil pelaku. Saat itu juga korban tak sadarkan diri.

Parbetor yang belum diketahui namanya ini langsung membawa tubuh korban yang tak sadarkan diri menuju pajak Malpinas. Sampai di pajak parbetor langsung memberitahukan kepada anak korban kalau ibunya pingsan setelah terjatuh dari betor.

Selanjutnya, Topan dan parbetor membawa korban ke RS Muhamadiyah di Jalan Mandala By Pass, namun ditolak. Alhasil korban dilarikan ke RS Permata Bunda. Malangnya, ketika diperjalanan menuju rumah sakit yang berada di Jalan SM Raja itu, Posmar menghembuskan nafas terakhirnya.

“Sempat dibawa ke RS Muhammadiyah bang, tapi ditolak, hingga akhirnya di bawa ke RS Permata Bunda. Kalau tau aku siapa pelakunya, kuhabisi dia bang dengan tanganku sendiri,” ungkap Markus putra bungsu dari 8 bersaudara saat ditemui di RS. Bhayangkara.

Dilanjutkan Topan, dirinya tak menyangka jika ibunya meninggal setelah menjadi korban penjambretan, padahal selang setengah jam saja mereka terpisah. “Mamak ku bilang kau duluan ya, aku nyusul, tapi batin ku tak tenang kok lama kali mamak sampai. Perasaan ku tak tenang, rupanya itu pertanda kalau sesuatu telah terjadi kepada ibu ku,” terang Topan lagi.

Sebelum kepergian korban, Markus menjelaskan sempat mendapatkan tanda-tanda berupa susah tidur dan mendapatkan ucapan-ucapan yang aneh dari orang-orang pajak, bahkan sempat terbawa mimpi olehnya dan abang-abangnya.

“Beberapa hari ini kami susah tidur bang dan sering mimpi aneh. Dalam mimpi itu mama cerita-cerita sama orang pajak ‘Udah tenang hidupku, udah berhasil anak – anakku semua. Kalau mati pun nanti aku, udah ada asuransi ku,’ semua kami bermimpi seperti itu bang,” beber Markus.

Mendengar kejadian tersebut, petugas Polsek Medan Area menjemput laporan ke rumah duka. Sesampainya di sana polisi meminta pihak keluarga untuk melakukan visum dan membuat laporan ke polisi. Akhirnya jenazah dibawa ke RS Bhayangkara untuk divisum.

“Laporannya sudah kita jemput ke rumah korban dan kita sarankan agar keluarga korban untuk melakukan visum dan membuat laporan,” ujar AKP Agus Sobarba Praja selaku Kanit Reskrim Polsek Medan Area.

 

ANAK KORBAN TAK PERCAYA POLISI

Rencana pihak kepolisian untuk melakukan visum pada jenazah korban batal, lantaran anak-anak korban tak percaya dengan kinerja polisi. Hal itu juga diakui AKP Agus Sobarna Praja.

Penolakan tersebut dilakukan pihak keluarga dengan menyuntikkan formalin ke tubuh Posmar. Alhasil polisi tak dapat berbuat apa-apa. “Keluarganya sudah menyuntikan formalin ke tubuh mayat, jadi pihak rumah sakit tak mengotopsi jenazah Posmar. Kita juga sudah kasih rekomendasi agar diotopsi ke RS Pirngadi Medan tapi pihak keluarganya keberatan,” ujar AKP Agus Sobarna Praja.

Alasan anak-anak korban menolak visum lantaran tak menginginkan tubuh ibu mereka dibelah-belah. “Kami selaku anak tak mengizinkan kalau jasad ibu kami diotopsi, karena nanti pasti dibelah. Kami tidak percaya sama polisi, pasti pelakunya tak bakal tertangkap,” ujar Topan diamini anak korban yang lainnya.

Keluarga korban juga mengatakan kalau untuk saat ini mereka masih konsentrasi pada pemakaman jenazah. Setelah selesai mereka baru akan melapor kepolisi. “Kami mau konsen dulu bang untuk pemakaman ibu kami, setelah itu baru lapor polisi,” ujar Hotma Butar-Butar, anak korban.

Bagi anak-anaknya, Posmar boru Marpaung merupakan wanita tangguh yang tak kenal lelah. Sejak ditinggal suaminya di tahun 2007, Posmar berjuang membesarkan anak-anaknya sebagai ibu merangkap bapak. Dengan kegigihannya, ia membesarkan keenam anaknya dengan keringat dan air mata.

“Mamak kami ini gak mau minta minta minta sama orang walau dah tua dia tetap usaha cari makan berjualan,” kenang anak-anak korban kompak.

Hal tersebut juga dibenarkan jiran tetangga mereka. “Dia baik, ramah dan kalau ada yang berduka pasti cepat datang,” ujar tetangga korban yang datang melayat.

 

POLISI JARANG PATROLI

Aksi kejahatan di seputaran Jalan Wahidin, terbilang rawan. Sebelum tewasnya Posmar, pengguna jalan lainnya juga pernah mengalami perampokan. Hal tersebut disyaki karena minimnya patroli yang dilakukan pihak kepolisian.

Seperti penuturan Akmal (40), petugas security di kawasan Jalan Wahidin yang ditemui. Menurutnya, selama bekerja dirinya kerap menyaksikan pelaku kejahatan jalanan, seperti jambret dan rampok.

Saat penjambretan yang diamali Posmar, Akmal mengaku menyaksikannya dan sempat berencana mengejar kedua pelaku yang mengendarai sepeda motor vixion. “Aku lihat ibu itu, tasnya ditarik dan dia berteriak tolong. Tukang becaknya diam aja aku lihat, pas mau kukejar minyak kreta ku habis pulak,” ujar Akmal.

Namun keterangan security itu langsung dibantah AKP Agus Sobarna Praja yang mengatakan kalau selama ini anggotanya kerap melakukan patroli di kawasan tersebut. “Ah gak betul itu, kami sering patroli. Memang penjahatnya saja yang tidak mau menampakan diri,” ujar Kanit Reskrim Polsek Medan Area.

Akan tetapi Agus tak membantah jika sebelumnya juga telah terjadi aksi penjambret di TKP yang sama. “Sudah empat bulan yang lalu itu kejadianya, ini baru terulang lagi berarti kan kita kerja selama ini,” kilahnya lagi. (mri/mag-2/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/