30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

‘Kerja Polisi pun Gak Betul, Mana Ada Patroli Kemari’

Foto: Amri/PM Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.
Foto: Amri/PM
Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi sadis warga Jalan Sukarela Barat, Kec. Percut Seituan yang menewaskan Agus Meliau Manao, dipastikan bisa terulang lagi. Bahkan, warga menggelar penjagaan 24 jam di kawasan itu. “Kami terus siaga 24 jam untuk menjaga lingkungan kami ini,” ungkap warga, minta namanya dirahasiakan.

Pria beruban memakai baju biru ini mengatakan, warga tidak akan segan-segan jika ada maling yang tertangkap di daerah tersebut. “Kalau ada dapat kami lagi maling, kami gak akan segan-segan menghakiminya. Karena kami para warga di sini sudah geram,” jelasnya.

Menurutnya, penyebab warga bringas karena dari depan jalan sampai ke ujung jalan Sukarela Barat, sudah sering terjadi kemalingan. “Warga seperti itu kan karena ada sebab, makanya tiba ketangkap ya kami lampiaskan lah kekesalan kami sama tersangka itu,” ungkapnya.

Pria beruban ini juga menyesalkan atas pemberitaan yang menyebutkan jika kepling yang di daerah tersebut bodoh. “Kenapa kepling kami dibilang bodoh, sementara kepling kami tahu kejadian langsung menelpon pihak kepolisian, tapi gak nyambung-nyambung. Jadi gara-gara itu langsung dibilang kepling kami bodoh,” jelasnya dengan kesal.

“Kerja polisi pun gak betul, mana ada mereka patroli kemari, ya maling makin merajalela lah,” ungkapnya. Pria beruban ini mengatakan demi keamanan tempat tinggal mereka, warga sekitar tidak akan takut untuk melakukan hal yang lebih nekat lagi. “Demi keamanan daerah kami, kami tidak akan takut. Kalau bisa lebih parah lagi kami buat,” jelasnya.

Menurutnya, tersangka tersebut diikat di pohon sawo yang tertanam di atas tanah milik Boru Sinaga, warga Jalan Bromo, yang akan dibangun rumah kos. “Itu tanah milik Boru Sinaga, mau dibangun rumah kos-kosan,” ujarnya.

Terpisah, jenazah Agus yang sering disapa Ama Mentari dibawa pulang oleh keluarganya dari kamar mayat RSUD Pirngadi, Selasa (21/4) pagi.

Namun, ketika kru koran ini menyambangi rumah keluarganya, Ofazokhi Wa’u yang tinggal tak jauh dari rumah lamanya di Jalan Sampe Cita Baru No. 12 A, Dusun XVI, Pasar 6, Desa Sei Semayang Kec. Sunggal, Deliserdang, terlihat sepi. Ketika ditanyai di tetangga sekitar, Viktor Nehe (44) yang juga merupakan sahabat karibnya mengaku bahwa sejak pukul 11.00 WIB, jenazah dibawa ke rumah saudaranya di Jl Kalianda, Medan, tepat didepan Thamrin Plaza, di rumah saudaranya yang diketahui bernama Lilik.

“Dari tadi siang dek, jenazahnya dibawa ke Jl Kalianda. Kayaknya itu dimakamkan di Medan. Karena gak bisa dibawa ke Nias atas keterbatasan biaya dan juga karena jenazahnya udah gak bisa diformalin lagi,” beber Viktor.(mag3/trg)

Foto: Amri/PM Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.
Foto: Amri/PM
Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi sadis warga Jalan Sukarela Barat, Kec. Percut Seituan yang menewaskan Agus Meliau Manao, dipastikan bisa terulang lagi. Bahkan, warga menggelar penjagaan 24 jam di kawasan itu. “Kami terus siaga 24 jam untuk menjaga lingkungan kami ini,” ungkap warga, minta namanya dirahasiakan.

Pria beruban memakai baju biru ini mengatakan, warga tidak akan segan-segan jika ada maling yang tertangkap di daerah tersebut. “Kalau ada dapat kami lagi maling, kami gak akan segan-segan menghakiminya. Karena kami para warga di sini sudah geram,” jelasnya.

Menurutnya, penyebab warga bringas karena dari depan jalan sampai ke ujung jalan Sukarela Barat, sudah sering terjadi kemalingan. “Warga seperti itu kan karena ada sebab, makanya tiba ketangkap ya kami lampiaskan lah kekesalan kami sama tersangka itu,” ungkapnya.

Pria beruban ini juga menyesalkan atas pemberitaan yang menyebutkan jika kepling yang di daerah tersebut bodoh. “Kenapa kepling kami dibilang bodoh, sementara kepling kami tahu kejadian langsung menelpon pihak kepolisian, tapi gak nyambung-nyambung. Jadi gara-gara itu langsung dibilang kepling kami bodoh,” jelasnya dengan kesal.

“Kerja polisi pun gak betul, mana ada mereka patroli kemari, ya maling makin merajalela lah,” ungkapnya. Pria beruban ini mengatakan demi keamanan tempat tinggal mereka, warga sekitar tidak akan takut untuk melakukan hal yang lebih nekat lagi. “Demi keamanan daerah kami, kami tidak akan takut. Kalau bisa lebih parah lagi kami buat,” jelasnya.

Menurutnya, tersangka tersebut diikat di pohon sawo yang tertanam di atas tanah milik Boru Sinaga, warga Jalan Bromo, yang akan dibangun rumah kos. “Itu tanah milik Boru Sinaga, mau dibangun rumah kos-kosan,” ujarnya.

Terpisah, jenazah Agus yang sering disapa Ama Mentari dibawa pulang oleh keluarganya dari kamar mayat RSUD Pirngadi, Selasa (21/4) pagi.

Namun, ketika kru koran ini menyambangi rumah keluarganya, Ofazokhi Wa’u yang tinggal tak jauh dari rumah lamanya di Jalan Sampe Cita Baru No. 12 A, Dusun XVI, Pasar 6, Desa Sei Semayang Kec. Sunggal, Deliserdang, terlihat sepi. Ketika ditanyai di tetangga sekitar, Viktor Nehe (44) yang juga merupakan sahabat karibnya mengaku bahwa sejak pukul 11.00 WIB, jenazah dibawa ke rumah saudaranya di Jl Kalianda, Medan, tepat didepan Thamrin Plaza, di rumah saudaranya yang diketahui bernama Lilik.

“Dari tadi siang dek, jenazahnya dibawa ke Jl Kalianda. Kayaknya itu dimakamkan di Medan. Karena gak bisa dibawa ke Nias atas keterbatasan biaya dan juga karena jenazahnya udah gak bisa diformalin lagi,” beber Viktor.(mag3/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/