26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Dilindas Truk, Tubuh Boru Simanjuntak Terpotong Dua

Foto: Dhev Fretes Bakkara/Metro Siantar KTP Meyer Simanjuntak, korban tewas dilindas truk, Selasa (25/3).
Foto: Dhev Fretes Bakkara/Metro Siantar
KTP Meyer Simanjuntak, korban tewas dilindas truk, Selasa (25/3).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Malang betul nasib Meyer boru Simanjuntak (39). Saat melintas di Jl. Pane depan STM Persiapan, Pematang Siantar, sepeda motor Yamaha Mio BK 6874 WT yang dikendarainya disenggol mobil Daihatsu Terios yang melaju dengan kecepatan tinggi. Naas, korban malah terpental ke kolong truk Fuso BK 8348 XC yang melaju di sampingnya. Akibat kecelakaan ini, Meyer tewas di tempat dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya terpotong jadi dua bagian setelah dilindas ban truk.

Kepala hingga perut terletak lima meter dari sepeda motornya. Sementara pinggang sampai korban masih menempel pada roda truk yang berada sekitar 20 meter dari letak kepala korban. Pemandangan mengerikan itu sontak memacetkan jalan raya kurang lebih setengah jam. Pasalnya, ratusan warga dan para pengendara menyemuti lokasi untuk melihat potongan jenazah korban. Robert Hutauruk, saksi mata yang ditemui di lokasi menuturkan, kecelakaan ini berawal saat korban mendahuli truk pengangkut ikan yang berada di depannya.

Di saat bersamaan, dari arah berlawanan mobil Terios warna hitam yang belum diketahui platnya melaju dengan kecepatan tinggi. “Setelah menyenggol kereta korban, sopir mobil Terios itu langsung kabur ke arah Jl. Melanthon Siregar,” kata Robert. Sembari menunggu petugas forensik RSU Djasamen Saragih sampai di lokasi. Petugas Satlantas Polres Siantar langsung menutup potongan jasad korban menggunakan kertas koran. Hal ini yang membuat warga tetap bertahan di lokasi kejadian, untuk melihat langsung wajah korban.

Berselang 30 menit kemudian, beberapa petugas pegawai forensik turun ke lokasi dengan membawa kantong jenazah. Potongan tubuh korban kemudian dibawa ke kamar mayat menggunakan mobil Satlantas. Selain wartawan yang menyusul ke kamar mayat, ratusan masyarakat juga ikut datang ingin mengetahui identitas korban. Sebagian mereka ada juga yang ingin melihat jelas potongan-potongan tubuh korban yang habis di seret truk pengangkut ikan tersebut.

Setiba di kamar mayat, pada tubuh korban terdapat beberapa alat bukti antara lain, dua buah hape, kalung emas, uang pecahan Rp50 ribu, Rp10 ribu dan Rp5 ribu masing-masing satu lembar.

Kemudian dompet berwarna coklat susu berisi dua buah KTP. Pada kartu tanda pengenal korban terdapat kejanggalan, karena masa berlakunya sampai tahun 2017, sedang kelahiran korban tertera tahun 1975. Sementara pada KTP yang masa berlakunya habis pada bulan Juli tahun 2013 lalu, tahun kelahiran korban tertulis 1983.

Mengenai alamat atau tempat tinggal korban, sempat menjadi pertanyaan. Pasalnya, satu KTP menyebutkan korban tinggal di Jl. Brigjen Kataamso No.273, Kampung Baru, Kec. Medan Maimun. Sedang KTP satrunya lagi tercatat korban tinggal di Tiga Bolon Pane, Keb. Simalungun. Untuk menginformasikan keluarga korban, pihak forensik, Muktar Efendi mencoba menghubungi beberapa nomer kontak yang ada di dalam hape korban.

Salah satu yang berhasil dihubungi adalah Dewi Simanjuntak, pemilik rumah makan Hijau Daun di Tiga Dolok, Kec. Dolok Panribuan. Menurut Dewi, sebulan terakhir ini korban tinggal bersamanya. Sehari-hari, korban bekerja di salah satu salon Gedung I Pasar Horas Lantas I, Jl. Sutomo. Malam harinya, selesai dari salon, korban juga bekerja sebagai pelayanan di rumah makan Hijau Daun miliknya.

“Kalau siang dia kerja salon di Pasar Horas, kalau malam kerja samaku di rumah makan,” kata Dewi.  Dewi menerangkan, awalnya Meyer datang ke tempatnya meminta pekerjaan. Karena dinilai baik, Dewi pun menerimanya. Selama tinggal di rumah makan Hijau Daun, korban tidur bersama Dewi. “Selama kerja di rumah makan, aku tidur sama dengan korban. Karena aku menilai dia orangnya baik, berbeda dengan pelayanan-pelayanan sebelumnya,” aku Dewi.

Selain itu, Dewi mengaku, korban juga pernah bercerita sedikit tentang latar belakangnya, waktu itu korban mengaku sudah menikah dengan Monang Siallagan, dan sudah memiliki empat orang anak. Keempat anaknya tinggal bersma orangtuanya di Tiga Bolon. Anak paling besar sudah duduk di bangku SMA. Setelah pisah dengan suami, korban sempat kos di Siantar bersama temannya ada boru Lubis dan boru Manik. Belakangan katanya, korban tidak cocok tinggal dengan kedua temannya, dan memilih untuk tinggal bersama Dewi.

“Katanya, dia (korban,red) sudah pisah sama suaminya. Anak sudah empat orang, dan tinggal sama oppung di kampung,” kata Dewi Mengulangi perkataan korban sebelum kejadian.  Sehari sebelum dilindas truk, Senin (24/3) korban meminta Dewi membelikannya kaos tangan, supaya ketika berkendara tanganya tidak kasar.

“Kak belikan dulu sarung tangan, supaya tidak kasar telapak tanganku,” pinta korban kepada Dewi. Selain meminta dibelikan sarung tangan, korban juga meminta dibelikan kaos blong. “Kemarin dia meminta dibelikan sarung tangan sama koas. Aku tidak menyangka, setelah itu, dia tewas kecelakaan. Padahal orangnya baik kali,” sedih Dewi mengingat kebaikan korban selama ini.

Lingga Simanjuntak, abang ketiga korban, kepada METRO mengatakan, adik bungsu dari tujuh saudaranya itu akan disemayamkan di rumah mereka di Tiga Bolon Pane. Ditanya apakah benar, korban sudah cerai dengan suaminya, Lingga menjawab tidak tau. “Aku tidak tau dimana suaminya, yang pasti malam ini kami mau bawa pulang ke Tiga Bolon,” kata Lingga singkat disela-sela mengurus administrasi rumah sakit.

Selesai ditangani pihak forensik, sekitar pukul 20.00 WIB, korban kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Tiga Bolon Pane dengan mengendarai mobil ambulan milik rumah sakit B 7252 QK. Sementara, alat bukti kecelakaan, Mio BK 6874 WT warna biru milik korban dan truk BK 8348 XC, dengan tulisan dikaca depan PASKO sudah diamankan petugas Satlantas Polres Siantar untuk diproses lebih lanjut.

Sementara itu, saat ditemui kru koran ini, sopir truk pengangkut ikan, Maruli Nainggolan mengaku baru mengetahui kecelakaan itu setelah korban tewas terlindas ban bagian kanan belakang truk yang dikemudikannya. “Aku baru tau saat dia (korban) sudah telindas ban,” kata Maruli yang merupakan warga yang tak jauh dari lokasi kejadian. Tubuh korban sempat terseret karena ia langsung menginjak rem. “Aku tau, aku hanya memperhitungkan, karena mulanya aku tau cewek itu mau memotongku, namun disaat bersamaan mobil Terios melaju dari depan,” ujarnya. (smg/deo)

Foto: Dhev Fretes Bakkara/Metro Siantar KTP Meyer Simanjuntak, korban tewas dilindas truk, Selasa (25/3).
Foto: Dhev Fretes Bakkara/Metro Siantar
KTP Meyer Simanjuntak, korban tewas dilindas truk, Selasa (25/3).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Malang betul nasib Meyer boru Simanjuntak (39). Saat melintas di Jl. Pane depan STM Persiapan, Pematang Siantar, sepeda motor Yamaha Mio BK 6874 WT yang dikendarainya disenggol mobil Daihatsu Terios yang melaju dengan kecepatan tinggi. Naas, korban malah terpental ke kolong truk Fuso BK 8348 XC yang melaju di sampingnya. Akibat kecelakaan ini, Meyer tewas di tempat dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya terpotong jadi dua bagian setelah dilindas ban truk.

Kepala hingga perut terletak lima meter dari sepeda motornya. Sementara pinggang sampai korban masih menempel pada roda truk yang berada sekitar 20 meter dari letak kepala korban. Pemandangan mengerikan itu sontak memacetkan jalan raya kurang lebih setengah jam. Pasalnya, ratusan warga dan para pengendara menyemuti lokasi untuk melihat potongan jenazah korban. Robert Hutauruk, saksi mata yang ditemui di lokasi menuturkan, kecelakaan ini berawal saat korban mendahuli truk pengangkut ikan yang berada di depannya.

Di saat bersamaan, dari arah berlawanan mobil Terios warna hitam yang belum diketahui platnya melaju dengan kecepatan tinggi. “Setelah menyenggol kereta korban, sopir mobil Terios itu langsung kabur ke arah Jl. Melanthon Siregar,” kata Robert. Sembari menunggu petugas forensik RSU Djasamen Saragih sampai di lokasi. Petugas Satlantas Polres Siantar langsung menutup potongan jasad korban menggunakan kertas koran. Hal ini yang membuat warga tetap bertahan di lokasi kejadian, untuk melihat langsung wajah korban.

Berselang 30 menit kemudian, beberapa petugas pegawai forensik turun ke lokasi dengan membawa kantong jenazah. Potongan tubuh korban kemudian dibawa ke kamar mayat menggunakan mobil Satlantas. Selain wartawan yang menyusul ke kamar mayat, ratusan masyarakat juga ikut datang ingin mengetahui identitas korban. Sebagian mereka ada juga yang ingin melihat jelas potongan-potongan tubuh korban yang habis di seret truk pengangkut ikan tersebut.

Setiba di kamar mayat, pada tubuh korban terdapat beberapa alat bukti antara lain, dua buah hape, kalung emas, uang pecahan Rp50 ribu, Rp10 ribu dan Rp5 ribu masing-masing satu lembar.

Kemudian dompet berwarna coklat susu berisi dua buah KTP. Pada kartu tanda pengenal korban terdapat kejanggalan, karena masa berlakunya sampai tahun 2017, sedang kelahiran korban tertera tahun 1975. Sementara pada KTP yang masa berlakunya habis pada bulan Juli tahun 2013 lalu, tahun kelahiran korban tertulis 1983.

Mengenai alamat atau tempat tinggal korban, sempat menjadi pertanyaan. Pasalnya, satu KTP menyebutkan korban tinggal di Jl. Brigjen Kataamso No.273, Kampung Baru, Kec. Medan Maimun. Sedang KTP satrunya lagi tercatat korban tinggal di Tiga Bolon Pane, Keb. Simalungun. Untuk menginformasikan keluarga korban, pihak forensik, Muktar Efendi mencoba menghubungi beberapa nomer kontak yang ada di dalam hape korban.

Salah satu yang berhasil dihubungi adalah Dewi Simanjuntak, pemilik rumah makan Hijau Daun di Tiga Dolok, Kec. Dolok Panribuan. Menurut Dewi, sebulan terakhir ini korban tinggal bersamanya. Sehari-hari, korban bekerja di salah satu salon Gedung I Pasar Horas Lantas I, Jl. Sutomo. Malam harinya, selesai dari salon, korban juga bekerja sebagai pelayanan di rumah makan Hijau Daun miliknya.

“Kalau siang dia kerja salon di Pasar Horas, kalau malam kerja samaku di rumah makan,” kata Dewi.  Dewi menerangkan, awalnya Meyer datang ke tempatnya meminta pekerjaan. Karena dinilai baik, Dewi pun menerimanya. Selama tinggal di rumah makan Hijau Daun, korban tidur bersama Dewi. “Selama kerja di rumah makan, aku tidur sama dengan korban. Karena aku menilai dia orangnya baik, berbeda dengan pelayanan-pelayanan sebelumnya,” aku Dewi.

Selain itu, Dewi mengaku, korban juga pernah bercerita sedikit tentang latar belakangnya, waktu itu korban mengaku sudah menikah dengan Monang Siallagan, dan sudah memiliki empat orang anak. Keempat anaknya tinggal bersma orangtuanya di Tiga Bolon. Anak paling besar sudah duduk di bangku SMA. Setelah pisah dengan suami, korban sempat kos di Siantar bersama temannya ada boru Lubis dan boru Manik. Belakangan katanya, korban tidak cocok tinggal dengan kedua temannya, dan memilih untuk tinggal bersama Dewi.

“Katanya, dia (korban,red) sudah pisah sama suaminya. Anak sudah empat orang, dan tinggal sama oppung di kampung,” kata Dewi Mengulangi perkataan korban sebelum kejadian.  Sehari sebelum dilindas truk, Senin (24/3) korban meminta Dewi membelikannya kaos tangan, supaya ketika berkendara tanganya tidak kasar.

“Kak belikan dulu sarung tangan, supaya tidak kasar telapak tanganku,” pinta korban kepada Dewi. Selain meminta dibelikan sarung tangan, korban juga meminta dibelikan kaos blong. “Kemarin dia meminta dibelikan sarung tangan sama koas. Aku tidak menyangka, setelah itu, dia tewas kecelakaan. Padahal orangnya baik kali,” sedih Dewi mengingat kebaikan korban selama ini.

Lingga Simanjuntak, abang ketiga korban, kepada METRO mengatakan, adik bungsu dari tujuh saudaranya itu akan disemayamkan di rumah mereka di Tiga Bolon Pane. Ditanya apakah benar, korban sudah cerai dengan suaminya, Lingga menjawab tidak tau. “Aku tidak tau dimana suaminya, yang pasti malam ini kami mau bawa pulang ke Tiga Bolon,” kata Lingga singkat disela-sela mengurus administrasi rumah sakit.

Selesai ditangani pihak forensik, sekitar pukul 20.00 WIB, korban kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Tiga Bolon Pane dengan mengendarai mobil ambulan milik rumah sakit B 7252 QK. Sementara, alat bukti kecelakaan, Mio BK 6874 WT warna biru milik korban dan truk BK 8348 XC, dengan tulisan dikaca depan PASKO sudah diamankan petugas Satlantas Polres Siantar untuk diproses lebih lanjut.

Sementara itu, saat ditemui kru koran ini, sopir truk pengangkut ikan, Maruli Nainggolan mengaku baru mengetahui kecelakaan itu setelah korban tewas terlindas ban bagian kanan belakang truk yang dikemudikannya. “Aku baru tau saat dia (korban) sudah telindas ban,” kata Maruli yang merupakan warga yang tak jauh dari lokasi kejadian. Tubuh korban sempat terseret karena ia langsung menginjak rem. “Aku tau, aku hanya memperhitungkan, karena mulanya aku tau cewek itu mau memotongku, namun disaat bersamaan mobil Terios melaju dari depan,” ujarnya. (smg/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/