28.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Guru SMA Tewas, 7 Penumpang Lain Luka

Foto: Hulman/PM Angkot Netis dievakuasi, usai terguling setelah bannya pecah, Jumat (27/2/2015).
Foto: Hulman/PM
Angkot Netis dievakuasi, usai terguling setelah bannya pecah, Jumat (27/2/2015).

GALANG, SUMUTPOS.CO – Canda dan tawa di angkot Netis jurusan Dolok Masihul-Medan, berubah jadi duka. Angkot terguling setelah pecah ban, Jumat (27/2) siang. Seorang guru SMAN 1 Dolok Masihul tewas dengan kondisi kepalanya seperti terbelah, 7 lain terluka.

Siang itu, sekira pukul 12.20, angkot BK 1142 GQ yang disopiri Wahid (38) membawa 16 penumpang. Ya, angkot yang dibawa warga Desa Jati Rejo, Kec. Pagar Merbau itu, full. Lalu lintas sepi di Dusun III Desa Timbang Deli, Kec. Galang, ditambah mulusnya jalan dan tak ada perkampungan hingga beberapa kilometer sebelum lokasi kejadian, membuat Wahid bebas tancap gas.

Selama dalam angkot, ada penumpang yang bercerita, tidur dan ada yang tertawa. Ini dibeber salah satu penumpang, Bordaleni br Siregar. Ibu beranak tiga itu naik dari Galang. Diantara penumpang lain, ada Roiya (40), guru SDN 102070 Pondok Hulu Kecamatan Dolok Masihul.

Wali kelas VI SD itu menetap di Dusun III Desa Pondok Hulu Kerapuh, Kec. Dolok Masihul, Sergai. Dia baru saja pulang mengajar. “Ibu itu duduk di sebelahku. Dia bercerita dengan temannya,” ujarnya. Diakuinya, sopir sudah diingatkan untuk tidak terlalu ngebut. “Walaupun diingatkan tidak ugal-ugalan, si sopir mengabaikannya,” ujarnya.

Benar saja. Nahas datang. Dhuarr..Ban belakang kanan pecah. Karena melaju kencang, Wahid tak bisa mengendalikan setir. Angkot oleng ke kanan dan berguling ke kanan jalan. Spontan seluruh penumpang histeris. Bahkan, semuanya menumpuk, saling menimpa. Teriakan kesakitan dan minta tolong terdengar dari angkot yang sudah dalam posisi miring itu.

Roiya sendiri sepertinya berada pada posisi paling bawah. Dia terhimpit. Bahkan tewas di dalam angkot dengan luka gores pada kepala belakang hingga depan seperti terbelah. “Aku tidak tahu kepalanya (Roiya) terantuk kemana. Karena kami semua menjerit dan tidak tahu kepala kami terantuk kemana aja,” tambah Bordaleni.

Foto: Hulman/PM Angkot Netis dievakuasi, usai terguling setelah bannya pecah, Jumat (27/2/2015).
Foto: Hulman/PM
Angkot Netis dievakuasi, usai terguling setelah bannya pecah, Jumat (27/2/2015).

GALANG, SUMUTPOS.CO – Canda dan tawa di angkot Netis jurusan Dolok Masihul-Medan, berubah jadi duka. Angkot terguling setelah pecah ban, Jumat (27/2) siang. Seorang guru SMAN 1 Dolok Masihul tewas dengan kondisi kepalanya seperti terbelah, 7 lain terluka.

Siang itu, sekira pukul 12.20, angkot BK 1142 GQ yang disopiri Wahid (38) membawa 16 penumpang. Ya, angkot yang dibawa warga Desa Jati Rejo, Kec. Pagar Merbau itu, full. Lalu lintas sepi di Dusun III Desa Timbang Deli, Kec. Galang, ditambah mulusnya jalan dan tak ada perkampungan hingga beberapa kilometer sebelum lokasi kejadian, membuat Wahid bebas tancap gas.

Selama dalam angkot, ada penumpang yang bercerita, tidur dan ada yang tertawa. Ini dibeber salah satu penumpang, Bordaleni br Siregar. Ibu beranak tiga itu naik dari Galang. Diantara penumpang lain, ada Roiya (40), guru SDN 102070 Pondok Hulu Kecamatan Dolok Masihul.

Wali kelas VI SD itu menetap di Dusun III Desa Pondok Hulu Kerapuh, Kec. Dolok Masihul, Sergai. Dia baru saja pulang mengajar. “Ibu itu duduk di sebelahku. Dia bercerita dengan temannya,” ujarnya. Diakuinya, sopir sudah diingatkan untuk tidak terlalu ngebut. “Walaupun diingatkan tidak ugal-ugalan, si sopir mengabaikannya,” ujarnya.

Benar saja. Nahas datang. Dhuarr..Ban belakang kanan pecah. Karena melaju kencang, Wahid tak bisa mengendalikan setir. Angkot oleng ke kanan dan berguling ke kanan jalan. Spontan seluruh penumpang histeris. Bahkan, semuanya menumpuk, saling menimpa. Teriakan kesakitan dan minta tolong terdengar dari angkot yang sudah dalam posisi miring itu.

Roiya sendiri sepertinya berada pada posisi paling bawah. Dia terhimpit. Bahkan tewas di dalam angkot dengan luka gores pada kepala belakang hingga depan seperti terbelah. “Aku tidak tahu kepalanya (Roiya) terantuk kemana. Karena kami semua menjerit dan tidak tahu kepala kami terantuk kemana aja,” tambah Bordaleni.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/