25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Rumah Mewah Itu Dikontrak Warga Jakarta, Dikelilingi CCTV

Foto: Riadi/PM Sebanyak 31 WNA asal Taiwan dan Cina, 17 di antaranya laki-laki, diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).
Foto: Riadi/PM
Sebanyak 31 WNA asal Taiwan dan Cina, 17 di antaranya laki-laki, diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah mewah di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) Medan yang digunakan 31 warga negara Taiwan dan Cina untuk melakukan penipuan online itu dipasangi sejumlah kamera pengintai (CCTV). Mulai dari samping, belakang, depan rumah terpasang CCTV.

“Rumah itu dikelilingi CCTV. Makanya, kita sempat tertahan untuk masuk,” beber Direskrimsus Poldasu Kombes Ahmad Haydar.

“Sewaktu kita masuk, rumah tersebut sudah acak-acakan, namun masih ada barang bukti lainnya yang bagus sudah kita amankan. Intinya, para pekerja hanya menjalankan tugasnya sedangkan kebutuhan makan dan minum didrop oleh dua penjaga rumah dan seorang sopir. Jika bepergian, mereka selalu diantar, tetapi terkadang menggunakan taksi yang sudah di order. Mereka main dengan rapi, namun, tetap ketahuan juga,” pungkasnya.

Sementara, Jaya Rahma selaku pemilik rumah mengatakan, rumah tersebut disewa seorang warga Jakarta bernama William seharga Rp 120 juta. “Saya sewakan sejak tanggal 17 Juni lalu. Nah, untuk kasus ini, saya tidak terlibat, apalagi mereka baru sebulan mengontrak. Saya juga tidak mengira mereka terlibat kasus penipuan. Barusan saya memberikan keterangan kepada Polisi. Kan tidak mungkin saya cek tiap hari kemari,” ujarnya ketika keluar dari rumah tersebut.

Sembari melangkah ke luar gerbang, pria bertubuh tinggi itu menuturkan bahwa rumah miliknya sudah empat tahun kosong. “Kemudian, saya buat tulisan bahwa rumah itu disewakan. Nah, William pun mengontraknya. Apalagi, dia akan bisnis usaha impor barang-barang dari Tiongkok dan sayapun percaya. Saya sama sekali tidak diberitau soal pemasangan CCTV serta menara di bagian belakang rumah. William membawa peralatan kerjanya ke rumah saya,” ucapnya.

Terpisah, beberapa satpam Komplek Tasbi merasa kebobolan dengan penggerebekan tersebut. Pasalnya, mereka sama sekali tidak mengetahui soal kegiatan di rumah itu. Apalagi, rumah bermodel Eropa tersebut baru sebulan dikontrakkan. “Kami juga baru tahu ini,” ucap Suhardi, salah seorang Satpam.

Ditanya pengawasan mereka, pria berkulit hitam itu mengaku, sehari-hari aktifitas di rumah itu tidak terlihat. “Dari luar kelihatan sunyi, apalagi mereka cuek dengan sekitar. Mereka juga rata-rata WNA. Kalau keamanan luarnya, kami terus pantau dan lakukan patroli. Apalagi, rata-rata yang tinggal di sini adalah pejabat dan pengusaha. Kami akan bantu polisi sebisa kami,” tegasnya.

Kepling: Mereka Bisa Bahasa Indonesia
Sementara, kepling setempat yang mengaku bernama Ucok, menuturkan kalau penghuni rumah itu bisa berbahasa Indonesia. Sebab, baru-baru ini, sebelum penggerebekan, dia pernah mendatangi rumah tersebut. Saat itu, sejumlah pria berwajah oriental, mengaku mengontrak rumah itu.

“Bisa bahasa Indonesia waktu itu orang itu. Ngakunya ngontrak di rumah itu. Ini rumah kalau siang sepi, tapi malam ramai. Penghuninya Cina semua. Pernah juga aku datangi, rupanya dia bilang ngontrak. Tapi aku gak tau siapa pemilik rumahnya sekarang,” ujar Ucok.

Dulu, sambung pria berdarah India itu, pemilik rumah sebelumnya telah menjual rumah tersebut kepada Kazarudin, seorang pengusaha asal Aceh. “Namun Kazarudin menjualnya lagi entah kepada siapa karena belum ada laporan yang masuk,” terangnya.

“Yang ngontrak bilang, mereka ngontraknya sama orang Cina juga tapi tak tahu nama, hanya wajah saja,” terangnya.(gib/mri/trg)

Foto: Riadi/PM Sebanyak 31 WNA asal Taiwan dan Cina, 17 di antaranya laki-laki, diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).
Foto: Riadi/PM
Sebanyak 31 WNA asal Taiwan dan Cina, 17 di antaranya laki-laki, diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah mewah di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) Medan yang digunakan 31 warga negara Taiwan dan Cina untuk melakukan penipuan online itu dipasangi sejumlah kamera pengintai (CCTV). Mulai dari samping, belakang, depan rumah terpasang CCTV.

“Rumah itu dikelilingi CCTV. Makanya, kita sempat tertahan untuk masuk,” beber Direskrimsus Poldasu Kombes Ahmad Haydar.

“Sewaktu kita masuk, rumah tersebut sudah acak-acakan, namun masih ada barang bukti lainnya yang bagus sudah kita amankan. Intinya, para pekerja hanya menjalankan tugasnya sedangkan kebutuhan makan dan minum didrop oleh dua penjaga rumah dan seorang sopir. Jika bepergian, mereka selalu diantar, tetapi terkadang menggunakan taksi yang sudah di order. Mereka main dengan rapi, namun, tetap ketahuan juga,” pungkasnya.

Sementara, Jaya Rahma selaku pemilik rumah mengatakan, rumah tersebut disewa seorang warga Jakarta bernama William seharga Rp 120 juta. “Saya sewakan sejak tanggal 17 Juni lalu. Nah, untuk kasus ini, saya tidak terlibat, apalagi mereka baru sebulan mengontrak. Saya juga tidak mengira mereka terlibat kasus penipuan. Barusan saya memberikan keterangan kepada Polisi. Kan tidak mungkin saya cek tiap hari kemari,” ujarnya ketika keluar dari rumah tersebut.

Sembari melangkah ke luar gerbang, pria bertubuh tinggi itu menuturkan bahwa rumah miliknya sudah empat tahun kosong. “Kemudian, saya buat tulisan bahwa rumah itu disewakan. Nah, William pun mengontraknya. Apalagi, dia akan bisnis usaha impor barang-barang dari Tiongkok dan sayapun percaya. Saya sama sekali tidak diberitau soal pemasangan CCTV serta menara di bagian belakang rumah. William membawa peralatan kerjanya ke rumah saya,” ucapnya.

Terpisah, beberapa satpam Komplek Tasbi merasa kebobolan dengan penggerebekan tersebut. Pasalnya, mereka sama sekali tidak mengetahui soal kegiatan di rumah itu. Apalagi, rumah bermodel Eropa tersebut baru sebulan dikontrakkan. “Kami juga baru tahu ini,” ucap Suhardi, salah seorang Satpam.

Ditanya pengawasan mereka, pria berkulit hitam itu mengaku, sehari-hari aktifitas di rumah itu tidak terlihat. “Dari luar kelihatan sunyi, apalagi mereka cuek dengan sekitar. Mereka juga rata-rata WNA. Kalau keamanan luarnya, kami terus pantau dan lakukan patroli. Apalagi, rata-rata yang tinggal di sini adalah pejabat dan pengusaha. Kami akan bantu polisi sebisa kami,” tegasnya.

Kepling: Mereka Bisa Bahasa Indonesia
Sementara, kepling setempat yang mengaku bernama Ucok, menuturkan kalau penghuni rumah itu bisa berbahasa Indonesia. Sebab, baru-baru ini, sebelum penggerebekan, dia pernah mendatangi rumah tersebut. Saat itu, sejumlah pria berwajah oriental, mengaku mengontrak rumah itu.

“Bisa bahasa Indonesia waktu itu orang itu. Ngakunya ngontrak di rumah itu. Ini rumah kalau siang sepi, tapi malam ramai. Penghuninya Cina semua. Pernah juga aku datangi, rupanya dia bilang ngontrak. Tapi aku gak tau siapa pemilik rumahnya sekarang,” ujar Ucok.

Dulu, sambung pria berdarah India itu, pemilik rumah sebelumnya telah menjual rumah tersebut kepada Kazarudin, seorang pengusaha asal Aceh. “Namun Kazarudin menjualnya lagi entah kepada siapa karena belum ada laporan yang masuk,” terangnya.

“Yang ngontrak bilang, mereka ngontraknya sama orang Cina juga tapi tak tahu nama, hanya wajah saja,” terangnya.(gib/mri/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/