MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebelum dibunuh, Amran Parulian Simanjuntak (39) sempat menerima ancaman. Baik secara langsung maupun via telepon. Hal paling dikhawatirkannya, si pengancam melibat-libatkan anaknya.
Renova Simanjuntak (37), kakak kandung Amran mengatakan, mereka tak tahu pasti siapa pelaku. Namun mereka menduga para pelaku kenal dengan korban. “Mungkin sudah diikuti juga adik kami ini,” kata Renova.
“Dari penuturan isterinya, Senin (27/3) lalu, adik kami (Amran) ini dapat ancaman dari telepon. Tapi isterinya tidak tahu siapa yang mengancam,” lanjut wanita berambut pendek ini.
Selain mendapat ancaman, korban juga sempat dihadang ketika hendak melaksanakan peliputan. Namun, lagi-lagi, korban tak mau menceritakan masalahnya pada keluarga.
“Dia ini enggak mau cerita mengenai masalahnya. Kalau ada terima telpon pun, dia sembunyi-sembunyi,” imbuh Renova sesenggukan. Di rumah sakit, Manteria br Panjaitan, istri Amran sama sekali belum bisa diwawancarai karena masih shock berat.
Karena ancaman itulah, kemarin pagi korban meminta abangnya, Roland mengantar dua anaknya ke sekolah. Dan untuk memastikan keselamatan kedua anaknya, Amran mengikuti dari belakang saat Roland bergegas.
Nahas, pelaku ternyata hanya mengincar nyawa Amran. Terbukti, saat kedua anaknya di antar Roland, sama sekali tidak ada hal mencurigakan. Namun begitu korban lengah, pelaku langsung menyerang dengan menghujamkan 6 tikaman ke tubuhnya.
Roland sendiri mengaku sudah menduga ada hal buruk yang akan menimpa adiknya (Amran). Itu tersirat dari cara korban meminta tolong kepadanya.
“Pagi tadi Dia (Amran) menghubungi aku. Jumpa lah kami di SPBU Jalan Binjai. Dititipkan anaknya si Jeremiah (TK) dan Sarah (SD Kelas 2) sama aku,” kenang Roland.
“Pas kutanya, disuruhnya aku ngantar anaknya. Dia bilang dia ada masalah dan nggak mau anak-anaknya ikut terlibat,” tambah Roland.
“Anaknya (Amran) 3 orang. 1 perempuan dan 2 laki-laki. Anak paling kecil namanya Willy. Dia ada masalah kira-kira sebulan lalu. Tapi gak tau masalah apa,” tutupnya.