Wahyudi SH
Angka kriminalitas yang makin tinggi membuat warga resah. Tidak hanya saat ini, sejak dulu pun tingkah tersebut membuat warga khawatir. Maka, tidak berlebihan jika seseorang membekali diri dengan ilmu bela diri sejak usia dini.
Hal ini dialami langsung oleh Wahyudi SH. Lelaki yang kini menjabat asisten II Pemko Binjai tersebut rupanya telah mempelajari taekwondo sejak muda.
Ya, pria berbadan tegap dan memakai kaca mata ini, pertama kali belajar taekwondo pada tahun 1973 saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Memang, pertama kali saya belajar taekwondo, disebabkan ketertarikan saya dengan teman saya. Waktu itu, teman saya bisa menangkap 3 orang pelaku perampok. Kebetulan yang menjadi korban adalah ibunya sendiri. Mulai dari situ, saya tertarik dan langsung belajar taekwondo,” ujar Wahyudi, Kamis (7/4) di ruang kerjanya.
Lucunya, alih-alih untuk menangkal kegiatan kriminal, selama Wahyudi belajar taekwondo ia malah pernah berhadapan dengan pelaku kriminal. Akhirnya, ilmu taekwondo yang dimilikinya ia alihkan untuk menjadi atlet. “Mudah-mudahan, sampai sekarang saya belum pernah berhadapan dengan pelaku kriminal,” ungkapnya.
Menjadi atlet ternyata Wahyudi mendulang prestasi juga. “Gini-gini saya sudah pernah juara dua di tingkat Jawa Tengah,” tambah Wahyudi sambil tersenyum.
Selain itu kata suami dari Hj Erma Idawati ini, selain meraih prestasi, belajar tekwondo juga dapat melatih kedisipilinan dan pikiran yang sehat. Namun, impiannya untuk menjadi seorang atlet terkenal akhirnya sirna. Pasalnya, ia memiliki kesibukan untuk mengurusi adik-adiknya. “Karena kesibukan itulah saya tak dapat meneruskan cita-cita sebagai atlet. Walapun begitu, saya tetap eksis merawat tubuh dengan angkat berat dan jalan santai bersama keluarga setiap Sabtu dan Minggu,” ucapnya.
Nah, setelah tak menggeluti dunia atlet, Wahyudi akhirnya bergelut ke dunia politik. Bahkan, saat di dunia politik, ia sempat diamankan petugas disebabkan selalu menentang peraturan yang dianggapnya tidak benar. “Akhirnya saya mencoba untuk masuk PNS dan akhirnya saya diterima menjadi PNS di Langkat pada tahun 1980-an,” cetusnya.
Wahyudi yang pernah kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) di Jogjakarta dan tamat SI di bidang hukum perdata di Panca Budi tahun 1987 ini, juga tak menyukai hidup berlebihan. Sebab menurutnya, hidup berlebihan dapat membuat kecemburuan sosial.
“Sekarang ini, prinsif hidup saya hanya satu, mensyukuri apa yang ada dan jangan terlalu ambisius. Buatlah orang lain senang agar kita dapat disenangi orang lain,”ungkapnya.Seiring berjalannya waktu, Wahyudi yang pernah aktif di berbagai organisasi kepemudaan di tempat ia tinggal, semakin lama karirnya terus meningkat. Kini, ia sudah menjadi asisten II di Pemko Binjai.
“Di dalam pemerintahan ini, saya paling tidak senang peraturan Asal Bapak Senang (ABS). Bahkan, saya juga tetap menentang siapa saja yang sudah menyimpang dari aturan yang ada,” ujarnya.
Menariknya, meski umur Wahyudi sudah terbilang tua, tetapi ia tetap menjaga tubuhnya dengan berbagai cara. Hal itu dilakukannya, agar kondisi tubuhnya tetap segar dan bersemangat.
“Terus terang saja, saya paling tak suka kalau perut laki-laki itu buncit. Makanya, saya sampai sekarang memakai pengikat perut agar tidak buncit,” ujar Wahyudi sambil memperlihatkan ikat perutnya. (dan)