26.7 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Berguru Pada Alam

Drs Ilham Prasetio MSi

Setiap orang punya cara berbeda menikmati hidup. Demikian pula Drs Ilham Prasetio MSi (39) yang berjalan sesuai dengan kata hati. Ilham senang mengenal dan belajar dari kemurahan alam yang berada di sekitarnya.

Tubuh yang dibalut kulit sawo matang dan bandana di kepala kian mempertegas penampilan Ilham- sapaan akrabnya, sebagai ceaf fasilitator pada kegiatan alam terbuka yang dikenal dengan outbond. Sebuah aktivitas yang sarat dengan nilai-nilai positif bagi pengembangan diri maupun perusahaan melalui sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.

Dengan jabatan yang ada, jebolan ilmu Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) ini ikut terlibat langsung pada kegiatan outbond. Tidak jarang dirinya berdiskusi dengan fasilitator lain mengenai agenda apa yang ingin digelar. Sementara di sisi lain mengamati peserta kegiatan untuk membuat penilaian dalam kertas yang selalu dipegang. Seperti di awal kegiatan, Ilham juga tampil saat kegiatan berakhir untuk memberi penjelasan dari seluruh kegiatan juga wejangan. Bagaimana kegiatan itu mengajak peserta menjadi pribadi yang lebih bagus ke depan.

“Kita harus punya semangat pagi, optimisme yang akan dibangun selama satu hari ke depan. Belajarlah dari proses yang tengah dijalani bukan dari nilai sebagai akhir perjalanan. Untuk itu jangan pernah belajar dari orang yang kita anggap lebih, karena pelajaran berharga banyak pada hal-hal yang biasa,” ucap Ilham saat menutup kegiatan pada salah satu wadah outbond di Kota Medan beberapa waktu lalu.

Bagi Ilham, alam selalu menyediakan apa yang menjadi kebutuhan manusia. Tidak cuma kebutuhan materi juga jasmani seperti pengembangan mental, konsentrasi, dan motivasi. Apa yang paling dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Terlebih di era globalisasi atau persaingan bebas yang dimulai 2014 mendatang. Kepribadian dengan mental juang dan motivasi tinggi juga akan menentukan masa depan sebuah perusahaan.

Namun semua itu hanya bisa didapat dengan terlebih dahulu memahami alam atau lingkungan sekitar. “Tanpa mengenal kondisi alam dan lingkungan di mana kita berada, kita tidak akan dapat mengelola potensi yang ada. Kita hanya akan menjadi penonton,” tegasnya. Untuk itu, Ilham yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Experiental Learning Indonesia Sumatera Utara (AELI Sumut) untuk masa jabatan 2011-2014 itu, turut mengajak seluruh insan outbond khususnya fasilitator, bekerja dengan pemahaman yang benar dan professional.

Persahabatan Ilham dengan alam sudah dimulai sejak kecil. Sebagai anak dari seorang prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopasus), Ilham kecil kerap dibawa bermain di alam. Tanpa disadari hal itu menempa dirinya untuk pantang menyerah meski harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk bersekolah. Begitu juga ketika sang ayah pergi kala ia masih duduk di bangku SMA. Saat itu ekonomi keluarga mengancam kelanjutan pendidikannya. “Waktu itu saya buat kerajinan tangan dari barang bekas seperti enceng gondok, pasir, bubuk teh, dan limbah lainnya.  Dari situ lah ada uang untuk sekolah,” kenangnya.

Semua itu memperkuat hubungan emosionalnya dengan alam. Alumni Ilmu Psikologi UGM ini bahkan tak ragu melepas kepegawaiannya di Bappenas RI yang sempat dijalani selama tiga tahun. Keyakinan dan kemauan tinggi yang terbentuk dalam diri menghantar Ilham ke Sumatera Utara 2007. “Tidak perlu minder atau kecil hati. Yang penting yakin dan mau. Alam yang menyediakan segalanya bagi manusia,” tegasnya. (jul)

Drs Ilham Prasetio MSi

Setiap orang punya cara berbeda menikmati hidup. Demikian pula Drs Ilham Prasetio MSi (39) yang berjalan sesuai dengan kata hati. Ilham senang mengenal dan belajar dari kemurahan alam yang berada di sekitarnya.

Tubuh yang dibalut kulit sawo matang dan bandana di kepala kian mempertegas penampilan Ilham- sapaan akrabnya, sebagai ceaf fasilitator pada kegiatan alam terbuka yang dikenal dengan outbond. Sebuah aktivitas yang sarat dengan nilai-nilai positif bagi pengembangan diri maupun perusahaan melalui sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.

Dengan jabatan yang ada, jebolan ilmu Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) ini ikut terlibat langsung pada kegiatan outbond. Tidak jarang dirinya berdiskusi dengan fasilitator lain mengenai agenda apa yang ingin digelar. Sementara di sisi lain mengamati peserta kegiatan untuk membuat penilaian dalam kertas yang selalu dipegang. Seperti di awal kegiatan, Ilham juga tampil saat kegiatan berakhir untuk memberi penjelasan dari seluruh kegiatan juga wejangan. Bagaimana kegiatan itu mengajak peserta menjadi pribadi yang lebih bagus ke depan.

“Kita harus punya semangat pagi, optimisme yang akan dibangun selama satu hari ke depan. Belajarlah dari proses yang tengah dijalani bukan dari nilai sebagai akhir perjalanan. Untuk itu jangan pernah belajar dari orang yang kita anggap lebih, karena pelajaran berharga banyak pada hal-hal yang biasa,” ucap Ilham saat menutup kegiatan pada salah satu wadah outbond di Kota Medan beberapa waktu lalu.

Bagi Ilham, alam selalu menyediakan apa yang menjadi kebutuhan manusia. Tidak cuma kebutuhan materi juga jasmani seperti pengembangan mental, konsentrasi, dan motivasi. Apa yang paling dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Terlebih di era globalisasi atau persaingan bebas yang dimulai 2014 mendatang. Kepribadian dengan mental juang dan motivasi tinggi juga akan menentukan masa depan sebuah perusahaan.

Namun semua itu hanya bisa didapat dengan terlebih dahulu memahami alam atau lingkungan sekitar. “Tanpa mengenal kondisi alam dan lingkungan di mana kita berada, kita tidak akan dapat mengelola potensi yang ada. Kita hanya akan menjadi penonton,” tegasnya. Untuk itu, Ilham yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Experiental Learning Indonesia Sumatera Utara (AELI Sumut) untuk masa jabatan 2011-2014 itu, turut mengajak seluruh insan outbond khususnya fasilitator, bekerja dengan pemahaman yang benar dan professional.

Persahabatan Ilham dengan alam sudah dimulai sejak kecil. Sebagai anak dari seorang prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopasus), Ilham kecil kerap dibawa bermain di alam. Tanpa disadari hal itu menempa dirinya untuk pantang menyerah meski harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk bersekolah. Begitu juga ketika sang ayah pergi kala ia masih duduk di bangku SMA. Saat itu ekonomi keluarga mengancam kelanjutan pendidikannya. “Waktu itu saya buat kerajinan tangan dari barang bekas seperti enceng gondok, pasir, bubuk teh, dan limbah lainnya.  Dari situ lah ada uang untuk sekolah,” kenangnya.

Semua itu memperkuat hubungan emosionalnya dengan alam. Alumni Ilmu Psikologi UGM ini bahkan tak ragu melepas kepegawaiannya di Bappenas RI yang sempat dijalani selama tiga tahun. Keyakinan dan kemauan tinggi yang terbentuk dalam diri menghantar Ilham ke Sumatera Utara 2007. “Tidak perlu minder atau kecil hati. Yang penting yakin dan mau. Alam yang menyediakan segalanya bagi manusia,” tegasnya. (jul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/