25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Gesit Bersama Mie Pansit

Chandra ‘Asiong’ Djohan

Chandra Djohan (28) memang hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun bukan berarti pria ini tak mampu berbuat banyak untuk diri dan keluarga. Buktinya, usaha mie pansit ‘AWAI’ yang ditanganinya terus berkembang.

Ya, dengan semangat tanpa menyerah untuk belajar dan mencoba hal-hal baru,  Chandra Djohan berhasil menunaikan tanggung jawab besar di keluarga. Keberhasilan yang diraih menjawab pandangan sebelah mata yang ditujukan kepadanya.

Ditemui di salah satu outlet Pansit A WAI Jalan S Parman Medan, Kamis (5/5) Chandra yang mengenakan kaos oblong hitam, celana jeans pendek terlihat sibuk dengan aktivitasnya di bagian dapur. Beberapa buah coba dieksperimenkan untuk membuat ramuan minuman segar (juice). “Coba-coba buat juice,” ucap Chandra sambil tertawa.

Seperti yang disampaikan Chandra, sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, berbagai terobosan diperlukan untuk kelangsungan usaha. Baik itu dalam hal menu yang dapat memuaskan konsumen begitu juga di bidang managemen. Seperti menu Soto Surabaya yang baru diluncurkan, Kamis (5/5) itu. Dengan keunikan yaitu tanpa santan membuat konsumen yang datang mimiliki banyak pilihan untuk dinikmati.

Terobosan lain yang dilakukan Chandra adalah di bidang manajemen. Terobosan yang membuktikan kemampuannya untuk melanjutkan usaha warisan keluarga selama tiga generasi. Setelah mengantar ekspansi ke Kota Medan 2002 silam, kini Chandra mengembangkan usaha tersebut dengan caranya sendiri. Yaitu sistem waralaba, cara mengembangan usaha melalui sistem bagi hasil dengan penanam saham yang dimulai pada Mie Pansit A WAI di Simpang Perumnas Simalingkar Medan Januari 2011.

“Sudah tidak saatnya lagi pemilik usaha itu terlihat menerima dan mengembalikan uang pembelian dari konsumen. Kalau terus curiga kapan mau berkembang. Pencurian itu dapat diantisipasi dengan memberi kepercayaan kepada pegawai juga dari manajemen yang baik. Bahwa untuk membuka usaha juga tidak selamanya harus dengan uang pribadi,” tutur pria yang akrab disapa Asiong ini.

Begitu pun, budaya yang melekat sempat menjadi hambatan bagi ide sulung dari dua bersaudara ini. Terlebih lagi latar pendidikan yang hanya sebatas SMP. Ide-ide segarnya pun kerap berbenturan dengan pemikiran sang ayah yang masih konvensional. Namun dari pertemanan yang dijalin, Asiong pun belajar mengenai manajemen. Hingga, perlahan semua itu dibuktikan dari kerja yang diperlihatkannya.

Pengenalan terhadap masakan Tionghoa ini dimulai sejak duduk di bangku SMP. Namun seperti remaja pada umumnya, tugas mencuci piring menimbulkan rasa malu bagi Chandra. Hal itu menjadikannya ogah-ogahan untuk menjalankan tugas-tugas dari sang ayah meskipun di belakang hari semua itu merupakan proses penempaan yang harus dijalani.

Meskipun harus memakan waktu lama, ayah dari empat anak ini akhirnya menyadari besarnya tanggung jawab yang dipikul sebagai anak sulung. Apalagi usaha yang dirintis sang kakek sejak 1948 silam membutuhkan sentuhan untuk dapat berkembang. Tepatnya 2002 Asiong kembali untuk mengelola usaha di Pematang Siantar. Tidak hanya mempertahankan, dirinya mencoba mengembangkan usaha tersebut dengan penerapan manajemen yang baik.
Setelah sistem berjalan dengan baik, pada 2009 Asiong melakukan terobosan baru dengan membuka cafe di lantai II ruang usahanya. Sebagai hiburan, setiap Sabtu malam digelar live musik dengan konsep akustik. Di tangannya pula banyak artis dan tokoh yang sudah singgah di Pansit A WAI Pematang Siantar itu. Seperti Delon Idol, Tika Panggabean, Jack Marpaung, Rinto Harahap, Joy Tobing, Vicky Sianipar, dan sebagainya.

Hal itu juga yang siap dilakukan di Mie Pansit A WAI cabang S Parman. “Dalam bulan ini cafe di atas sudah bisa jalan. Ya, cuma kecil tapi bisa memberi suasana lain bagi konsumen. Jadi A WAI tidak lagi hanya sebatas mie pansit juga bisa jadi ajang bersantai,” bebernya.

Sistem yang terbukti efektif itu pun perlahan coba diterapkan di keempat cabang Mie Pansit A WAI yaitu di Jalan S Parman Medan, Jalan Wahidin Medan, Kompleks Cemara Asri, dan Simpang Perumnas Simalingkar Medan. Semua itu merupakan persiapan untuk obsesi yang siap diwujudkan yaitu membuka cabang di Bali. (jul)

Putus Sekolah karena Narkoba
Seperti manusia kebanyakan, Chandra Johan pun tak lepas dari kisah buram. Keterlibatan dengan narkoba bahkan membuatnya harus putus di tingkat SMP dan nyaris kehilangan banyak hal.

Bagaimana tidak, sejumlah besar uang sudah dikeluarkan untuk pengobatan yang nyatanya hanya penyembuhan sesaat di Malaysia hingga Australia. Begitu juga ketertarikannya di bidang musik khususnya rock membuat Asiong memiliki rambut panjang. “Saya delapan tahun gondrong dan sempat gimbal sampai sepinggang,” kenangnya.
Hingga dirinya memutuskan untuk berhenti berkenalan dengan narkotik10 tahun silam, Asiong benar-benar lahir baru. Demi kelangsungan usaha, Asiong pun memangkas rambut gimbal sebagai hadiah untuk sang ibu pada perayaan Imlek. Begitu juga dengan hasil jerih payah selama ini, Asiong membelikan anting berlian untuk sang ibu.(jul)

Chandra ‘Asiong’ Djohan

Chandra Djohan (28) memang hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun bukan berarti pria ini tak mampu berbuat banyak untuk diri dan keluarga. Buktinya, usaha mie pansit ‘AWAI’ yang ditanganinya terus berkembang.

Ya, dengan semangat tanpa menyerah untuk belajar dan mencoba hal-hal baru,  Chandra Djohan berhasil menunaikan tanggung jawab besar di keluarga. Keberhasilan yang diraih menjawab pandangan sebelah mata yang ditujukan kepadanya.

Ditemui di salah satu outlet Pansit A WAI Jalan S Parman Medan, Kamis (5/5) Chandra yang mengenakan kaos oblong hitam, celana jeans pendek terlihat sibuk dengan aktivitasnya di bagian dapur. Beberapa buah coba dieksperimenkan untuk membuat ramuan minuman segar (juice). “Coba-coba buat juice,” ucap Chandra sambil tertawa.

Seperti yang disampaikan Chandra, sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, berbagai terobosan diperlukan untuk kelangsungan usaha. Baik itu dalam hal menu yang dapat memuaskan konsumen begitu juga di bidang managemen. Seperti menu Soto Surabaya yang baru diluncurkan, Kamis (5/5) itu. Dengan keunikan yaitu tanpa santan membuat konsumen yang datang mimiliki banyak pilihan untuk dinikmati.

Terobosan lain yang dilakukan Chandra adalah di bidang manajemen. Terobosan yang membuktikan kemampuannya untuk melanjutkan usaha warisan keluarga selama tiga generasi. Setelah mengantar ekspansi ke Kota Medan 2002 silam, kini Chandra mengembangkan usaha tersebut dengan caranya sendiri. Yaitu sistem waralaba, cara mengembangan usaha melalui sistem bagi hasil dengan penanam saham yang dimulai pada Mie Pansit A WAI di Simpang Perumnas Simalingkar Medan Januari 2011.

“Sudah tidak saatnya lagi pemilik usaha itu terlihat menerima dan mengembalikan uang pembelian dari konsumen. Kalau terus curiga kapan mau berkembang. Pencurian itu dapat diantisipasi dengan memberi kepercayaan kepada pegawai juga dari manajemen yang baik. Bahwa untuk membuka usaha juga tidak selamanya harus dengan uang pribadi,” tutur pria yang akrab disapa Asiong ini.

Begitu pun, budaya yang melekat sempat menjadi hambatan bagi ide sulung dari dua bersaudara ini. Terlebih lagi latar pendidikan yang hanya sebatas SMP. Ide-ide segarnya pun kerap berbenturan dengan pemikiran sang ayah yang masih konvensional. Namun dari pertemanan yang dijalin, Asiong pun belajar mengenai manajemen. Hingga, perlahan semua itu dibuktikan dari kerja yang diperlihatkannya.

Pengenalan terhadap masakan Tionghoa ini dimulai sejak duduk di bangku SMP. Namun seperti remaja pada umumnya, tugas mencuci piring menimbulkan rasa malu bagi Chandra. Hal itu menjadikannya ogah-ogahan untuk menjalankan tugas-tugas dari sang ayah meskipun di belakang hari semua itu merupakan proses penempaan yang harus dijalani.

Meskipun harus memakan waktu lama, ayah dari empat anak ini akhirnya menyadari besarnya tanggung jawab yang dipikul sebagai anak sulung. Apalagi usaha yang dirintis sang kakek sejak 1948 silam membutuhkan sentuhan untuk dapat berkembang. Tepatnya 2002 Asiong kembali untuk mengelola usaha di Pematang Siantar. Tidak hanya mempertahankan, dirinya mencoba mengembangkan usaha tersebut dengan penerapan manajemen yang baik.
Setelah sistem berjalan dengan baik, pada 2009 Asiong melakukan terobosan baru dengan membuka cafe di lantai II ruang usahanya. Sebagai hiburan, setiap Sabtu malam digelar live musik dengan konsep akustik. Di tangannya pula banyak artis dan tokoh yang sudah singgah di Pansit A WAI Pematang Siantar itu. Seperti Delon Idol, Tika Panggabean, Jack Marpaung, Rinto Harahap, Joy Tobing, Vicky Sianipar, dan sebagainya.

Hal itu juga yang siap dilakukan di Mie Pansit A WAI cabang S Parman. “Dalam bulan ini cafe di atas sudah bisa jalan. Ya, cuma kecil tapi bisa memberi suasana lain bagi konsumen. Jadi A WAI tidak lagi hanya sebatas mie pansit juga bisa jadi ajang bersantai,” bebernya.

Sistem yang terbukti efektif itu pun perlahan coba diterapkan di keempat cabang Mie Pansit A WAI yaitu di Jalan S Parman Medan, Jalan Wahidin Medan, Kompleks Cemara Asri, dan Simpang Perumnas Simalingkar Medan. Semua itu merupakan persiapan untuk obsesi yang siap diwujudkan yaitu membuka cabang di Bali. (jul)

Putus Sekolah karena Narkoba
Seperti manusia kebanyakan, Chandra Johan pun tak lepas dari kisah buram. Keterlibatan dengan narkoba bahkan membuatnya harus putus di tingkat SMP dan nyaris kehilangan banyak hal.

Bagaimana tidak, sejumlah besar uang sudah dikeluarkan untuk pengobatan yang nyatanya hanya penyembuhan sesaat di Malaysia hingga Australia. Begitu juga ketertarikannya di bidang musik khususnya rock membuat Asiong memiliki rambut panjang. “Saya delapan tahun gondrong dan sempat gimbal sampai sepinggang,” kenangnya.
Hingga dirinya memutuskan untuk berhenti berkenalan dengan narkotik10 tahun silam, Asiong benar-benar lahir baru. Demi kelangsungan usaha, Asiong pun memangkas rambut gimbal sebagai hadiah untuk sang ibu pada perayaan Imlek. Begitu juga dengan hasil jerih payah selama ini, Asiong membelikan anting berlian untuk sang ibu.(jul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/