29.2 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Sabar Menjalankan Peran

H Muhammad Afan SS

Usia bukan alasan untuk tidak memiliki kamauan dan tujuan. Berbagai kegagalan justru menjadi pelajaran berharga untuk terus maju menggapai setiap peluang.

Demikianlah, di usia memasuki tiga puluh lima tahun, H Muhammad Afan SS sudah duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2009 lalu. Menjadi yang termuda dari empat wakil partai pemenang lainnya; Demokrat, Golkar, PKS, dan PAN.
Namun seperti yang dipaparkan kepada Sumut Pos, posisi itu tidak diraih dengan mudah. Tapi dengan beberapa kegagalan dan melalui proses pembelajaran yang terus menerus. “Kegagalan adalah konsekuensi untuk sebuah usaha. Tak ada kemudahan dalam dunia organisasi sebesar partai politik. Harus ada kesabaran dan ketulusan dalam menjalankan peran,” ucap HM Afan yang ditemui di kediamannya Jalan Amaliun Gang Kesatuan No 6A Medan, Minggu (13/3).

Proses pembelajaran itu sendiri sampai sekarang terus dilakoninya. Bahkan sudut pandang akan partai politik sebagai satu proses pembelajaran berorganisasi justru memberinya tanggungjawab yang besar. Bagaimana melibatkan semua unsur partai sebagai oposan pemerintah dalam setiap pengambilan keputusan. Terlebih memimpin 95 wakil rakyat yang memiliki wawasan dan pengalaman lebih darinya.

Begitu juga dengan beberapa kegagalan yang dialami tetap dilihat dengan sudut pandang positif oleh suami dari Rahmayani Sinaga ini. Sebut saja gagal maju sebagai utusan Konfrensi Cabang dengan tawaran konsep akan situasi pragmatis di level bawah partai. Juga saat dirinya ditolak maju pada Pemilu Legislatif Kota Medan 2004 silam dengan Daerah Pemilihan I dan oleh partai dicalonkan untuk Dapil V (Medan Labuhan).

Posisi saat ini pun diawali dengan kegagalan saat dicalonkan dari Labuhan Batu dengan nomor urut tiga bersama Efendi Naibaho dan Oka Azhari di urutan satu dan dua. “Saya lihat itu semua pelajaran berharga demi keingintahuan rasanya menjadi seorang anggota legislatif. Saya lalu kembali ke Kota Medan untuk bantu kawan-kawan menghadapi Pilpres,” kenang Afan.

Ketertarikan terhadap organisasi sendiri sudah ada sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Kemampuan itu kian terasah saat melanjutkan pendidikan di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) 1994 dan menjadi pengurus di musholah dan Wakil Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan. Bahkan di semester III bontot dari empat bersaudara ini sudah bergabung di Senat Mahasiswa dan turut mengawal peralihannya ke sistem pemerintahan saat ini.

Terjun ke partai politik pun tidak dilakukan begitu saja. “Banyak tawaran dari partai politik. Tapi kita harus paham betul Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga partai. Apakah sesuai dengan harapan yang dulu diperjuangkan yaitu belajar untuk mengatasi masalah di internal dan memberi solusi terhadap masalah di tengah-tengah masyarakat. Dan dari semua itu saya pun memilih berjuang di PDIP,” tegasnya.

Affan mengawali karir sebagai Wakil Ketua Ranting Kelurahan Kota Matsum III. Dua kegagalan pada pemilu legislatif justru membuka jalan ke jabatan di Dewan Pimpinan Daerah. Ketika Konfrensi Daerah 2006 kembali memilih Rudolf Pardede jadi Ketua DPD PDIP Sumut, HM Afan pun ditunjuk sebagai Wakil Ketua bidang Organisasi Kemasyarakatan. Pengabdian yang diperlihatkan pun mendapat imbalan kepercayaan sebagai Sekretaris Pelaksana Harian secara penuh mendampingi Panda Nababan yang ditugaskan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP saat kisruh calon gubernur Sumut 2008 silam.

Didukung Surat Keputusan DPP, Ayah dari Anandita Marsila Afrah (4) dan Atta Syauki Afrah (8 bulan) ini pun maju sebagai Wakil Ketua DPRD SU dari PDIP dengan 11 anggota PDIP lainnya. “Itu setelah saya diskusi panjang dengan Pak Panda Nababan karena sebagai sekretaris saya harus tahu kemistri ketua yang maju di DPR RI. Pak Panda juga yang meyakinkan senior-senior di partai kalau saya representasi nasionalis,” tuturnya. (jul)

Tak Lupa Dunia Seni

Menjadi Wakil Ketua DPRD SU dari PDIP tak menghilangkan kerinduan HM Afan SS akan dunia seni yang pernah digeluti.

“Kalau ada undangan dari kawan-kawan teater, saya pasti turun,” ucap HM Afan.

Entah pengaruh sebagai putra tunggal di antara tiga saudari perempuannya, HM Afan memiliki ketertarikan akan dunia seni yang besar. Hal itu yang menjadi pertimbangan saat memilih USU dari IAIN untuk melanjutkan pendidikan 1994 silam. Di situ bergabung dengan Teater O, komunitas seni peran di Fakultas Sastra USU sejak 1990.
Selain seni akting, dirinya juga tertarik pada seni menulis dan pernah menjadi reporter di salah satu media cetak lokal di 1999. Pengalaman sebagai reporter tadi ternyata berlanjut saat menjadi penyiar honorer di Radio Republik Indonesia (RRI) 2005-2009 sebelum maju sebagai anggota legislatif.

Posisi saat ini pun dilihat sebagai salah satu cara berdakwah, kegiatan yang sudah dilakoninya sejak awal kuliah. “Sebagai seorang muslim berdakwah untuk memberikan pencerahan adalah hal yang harus kita lakukan. Kalau lagi jenuh saya pasti balik mengajar di Madrasah Ulfa Khairuna,” tuturnya.

Memberi ceramah di remaja masjid, remaja Muhammadiyah, pengajian mahasiswa, hingga pengajian orantua sudah tidak asing baginya.

Setelah bergabung di PDIP pun hal itu tetap dilakukan yaitu bersama Syamsul Hilam, Anwar Nur Siregar membentuk Baitul Muslimin 2007 lalu. (jul)

H Muhammad Afan SS

Usia bukan alasan untuk tidak memiliki kamauan dan tujuan. Berbagai kegagalan justru menjadi pelajaran berharga untuk terus maju menggapai setiap peluang.

Demikianlah, di usia memasuki tiga puluh lima tahun, H Muhammad Afan SS sudah duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2009 lalu. Menjadi yang termuda dari empat wakil partai pemenang lainnya; Demokrat, Golkar, PKS, dan PAN.
Namun seperti yang dipaparkan kepada Sumut Pos, posisi itu tidak diraih dengan mudah. Tapi dengan beberapa kegagalan dan melalui proses pembelajaran yang terus menerus. “Kegagalan adalah konsekuensi untuk sebuah usaha. Tak ada kemudahan dalam dunia organisasi sebesar partai politik. Harus ada kesabaran dan ketulusan dalam menjalankan peran,” ucap HM Afan yang ditemui di kediamannya Jalan Amaliun Gang Kesatuan No 6A Medan, Minggu (13/3).

Proses pembelajaran itu sendiri sampai sekarang terus dilakoninya. Bahkan sudut pandang akan partai politik sebagai satu proses pembelajaran berorganisasi justru memberinya tanggungjawab yang besar. Bagaimana melibatkan semua unsur partai sebagai oposan pemerintah dalam setiap pengambilan keputusan. Terlebih memimpin 95 wakil rakyat yang memiliki wawasan dan pengalaman lebih darinya.

Begitu juga dengan beberapa kegagalan yang dialami tetap dilihat dengan sudut pandang positif oleh suami dari Rahmayani Sinaga ini. Sebut saja gagal maju sebagai utusan Konfrensi Cabang dengan tawaran konsep akan situasi pragmatis di level bawah partai. Juga saat dirinya ditolak maju pada Pemilu Legislatif Kota Medan 2004 silam dengan Daerah Pemilihan I dan oleh partai dicalonkan untuk Dapil V (Medan Labuhan).

Posisi saat ini pun diawali dengan kegagalan saat dicalonkan dari Labuhan Batu dengan nomor urut tiga bersama Efendi Naibaho dan Oka Azhari di urutan satu dan dua. “Saya lihat itu semua pelajaran berharga demi keingintahuan rasanya menjadi seorang anggota legislatif. Saya lalu kembali ke Kota Medan untuk bantu kawan-kawan menghadapi Pilpres,” kenang Afan.

Ketertarikan terhadap organisasi sendiri sudah ada sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Kemampuan itu kian terasah saat melanjutkan pendidikan di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) 1994 dan menjadi pengurus di musholah dan Wakil Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan. Bahkan di semester III bontot dari empat bersaudara ini sudah bergabung di Senat Mahasiswa dan turut mengawal peralihannya ke sistem pemerintahan saat ini.

Terjun ke partai politik pun tidak dilakukan begitu saja. “Banyak tawaran dari partai politik. Tapi kita harus paham betul Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga partai. Apakah sesuai dengan harapan yang dulu diperjuangkan yaitu belajar untuk mengatasi masalah di internal dan memberi solusi terhadap masalah di tengah-tengah masyarakat. Dan dari semua itu saya pun memilih berjuang di PDIP,” tegasnya.

Affan mengawali karir sebagai Wakil Ketua Ranting Kelurahan Kota Matsum III. Dua kegagalan pada pemilu legislatif justru membuka jalan ke jabatan di Dewan Pimpinan Daerah. Ketika Konfrensi Daerah 2006 kembali memilih Rudolf Pardede jadi Ketua DPD PDIP Sumut, HM Afan pun ditunjuk sebagai Wakil Ketua bidang Organisasi Kemasyarakatan. Pengabdian yang diperlihatkan pun mendapat imbalan kepercayaan sebagai Sekretaris Pelaksana Harian secara penuh mendampingi Panda Nababan yang ditugaskan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP saat kisruh calon gubernur Sumut 2008 silam.

Didukung Surat Keputusan DPP, Ayah dari Anandita Marsila Afrah (4) dan Atta Syauki Afrah (8 bulan) ini pun maju sebagai Wakil Ketua DPRD SU dari PDIP dengan 11 anggota PDIP lainnya. “Itu setelah saya diskusi panjang dengan Pak Panda Nababan karena sebagai sekretaris saya harus tahu kemistri ketua yang maju di DPR RI. Pak Panda juga yang meyakinkan senior-senior di partai kalau saya representasi nasionalis,” tuturnya. (jul)

Tak Lupa Dunia Seni

Menjadi Wakil Ketua DPRD SU dari PDIP tak menghilangkan kerinduan HM Afan SS akan dunia seni yang pernah digeluti.

“Kalau ada undangan dari kawan-kawan teater, saya pasti turun,” ucap HM Afan.

Entah pengaruh sebagai putra tunggal di antara tiga saudari perempuannya, HM Afan memiliki ketertarikan akan dunia seni yang besar. Hal itu yang menjadi pertimbangan saat memilih USU dari IAIN untuk melanjutkan pendidikan 1994 silam. Di situ bergabung dengan Teater O, komunitas seni peran di Fakultas Sastra USU sejak 1990.
Selain seni akting, dirinya juga tertarik pada seni menulis dan pernah menjadi reporter di salah satu media cetak lokal di 1999. Pengalaman sebagai reporter tadi ternyata berlanjut saat menjadi penyiar honorer di Radio Republik Indonesia (RRI) 2005-2009 sebelum maju sebagai anggota legislatif.

Posisi saat ini pun dilihat sebagai salah satu cara berdakwah, kegiatan yang sudah dilakoninya sejak awal kuliah. “Sebagai seorang muslim berdakwah untuk memberikan pencerahan adalah hal yang harus kita lakukan. Kalau lagi jenuh saya pasti balik mengajar di Madrasah Ulfa Khairuna,” tuturnya.

Memberi ceramah di remaja masjid, remaja Muhammadiyah, pengajian mahasiswa, hingga pengajian orantua sudah tidak asing baginya.

Setelah bergabung di PDIP pun hal itu tetap dilakukan yaitu bersama Syamsul Hilam, Anwar Nur Siregar membentuk Baitul Muslimin 2007 lalu. (jul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/