26 C
Medan
Friday, December 6, 2024
spot_img

Jaga Budaya Minum Teh

Tak kenal menyerah Endar Hadi Purwanto (46) mensosialisasikan budaya minum teh di tengah-tengah masyarakat Kota Medan. Dengan cara itu dirinya membangun kesadaran akan manfaat dari sebuah proses.

Dari kebiasaan meminum teh pada 1996 lalu, Endar dengan dukungan  penikmat teh Kota Medan lainnya mendirikan Ho Teh Tiam di Jalan Mongonsidi No 33 Medan 2008 lalu.

Lebih dari sekadar warung teh yang berorientasi kepada bisnis, Endar justru menerapkan konsep edukasi di dalamnya. Bagaimana memahami fenomena minum teh yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Di Tiongkok porsi masyarakatnya meminum teh 90 persen setiap harinya. Artinya, ada hal baik dari meminum teh ini karena pengenalan yang dangkal terhadap hal itu membuat banyak yang bilang bisa mengganggu ginjal dan lain sebagainya,” buka Endar yang ditemui di Ho Teh Tiam SPBU Brigjen Katamso beberapa waktu lalu.

Endar pun menjelaskan bila meminum teh pada dasarnya merupakan budaya asli Timur. Hal itu terbukti dari bahan baku yaitu Camellia sinensis yang ditemukan Georg Kamel di Tiongkok beratus-ratus tahun lalu. Namun saat ini budaya itu malah terkesan berasal dari negara Barat dengan berbagai teknologi yang justru mengaburkan makna aslinya.

Pria bertubuh tambun ini pun menyiapkan segala perlengkapan untuk minum teh tadi seperti skoci dan teko yang terbuat dari keramik, gelas, kayu juga tungku memasak di setiap meja yang ada. Hal itu dilakukan agar pengunjung membuat sendiri teh sesuai dengan seleranya.

Waiters yang ada akan memandu bila dibutuhkan dan mereka tidak akan melayani pembuatan teh tadi. “Tak kenal maka tak sayang. Jadi dengan membuat teh sendiri masyarakat baru dapat menikmati minum teh sebagai budaya bangsa Timur.

Semakin sering kita membuat teh kita akan menemukan bahwa minum teh juga dapat melatih ketenangan dan emosional. Dengan demikian pula hidup lebih dapat dinikmati,” tambahnya.

Di samping memperkenalkan tradisi seduh teh, Endar juga ingin membumikan tradisi minum teh termasuk bahan-bahan yang terdapat di dalam negeri. Sehingga hal itu bisa memberdayakan para petani teh di dalam negeri. Bahkan dari pengalamannya, bahan baku teh terbaik justru terdapat di Indonesia. Hanya saja selama ini teh terbaik tadi lebih banyak dikirim ke luar negeri.

Untuk itu dirinya pun kerap menggelar beberapa kegiatan berupa kompetisi menyeduh teh untuk khalayak. Kegiatan yang cukup mendapat apresiasi tidak hanya dari masyarakat awam.

Bahkan dari kegiatan tersebut, salah satu lembaga pendidikan swasta di Kota Medan menjadikan kegiatan menyeduh teh sebagai kegiatan ekstrakulikuler para siswanya. Pasalnya kegiatan menyeduh teh yang ditujukan untuk orangtua dinilai memiliki pesan-pesan moral bagi siswa.

“Kita lahir di tanah ini. Dari cari makan sampai nanti dikubur juga di tanah ini. Saatnya kita menunjukkan bahwa kita memiliki Indonesia. Jadi kekayaan tradisi ini tidak akan bermanfaat bila disimpan. Tradisi yang baik sudah seharusnya kita sebar luaskan,” tegasnya.

Kesibukan Endar melestarikan budaya seduh teh ini sama sekali tidak berhubungan dengan silsilah keluarga. Bahkan kedua orangtua sama sekali tidak berhubungan dengan bisnis teh. Endar bahkan lama bergelut di bidang yang tidak berhubungan dengan teh seperti fotografi, percetakan, dan farmasi sebelum pemahaman pentingnya melestarikan kebiasaan itu di tengah-tengah masyarakat. (jul)

Endar Hadi Purwanto
Konsentrasi    :     Tradisi Sedu  Teh
Lahir    :     Medan, 20 Januari 1965
Istri    :     Nurlela
Anak    :
Junied Hadi Purwanto (22)
Dwigamal Hadi Purwanto (20)
Lasmaria Hadi Purwanto (18)
Alamat    :     Jalan Pertempuran No.14F Medan

Tak kenal menyerah Endar Hadi Purwanto (46) mensosialisasikan budaya minum teh di tengah-tengah masyarakat Kota Medan. Dengan cara itu dirinya membangun kesadaran akan manfaat dari sebuah proses.

Dari kebiasaan meminum teh pada 1996 lalu, Endar dengan dukungan  penikmat teh Kota Medan lainnya mendirikan Ho Teh Tiam di Jalan Mongonsidi No 33 Medan 2008 lalu.

Lebih dari sekadar warung teh yang berorientasi kepada bisnis, Endar justru menerapkan konsep edukasi di dalamnya. Bagaimana memahami fenomena minum teh yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Di Tiongkok porsi masyarakatnya meminum teh 90 persen setiap harinya. Artinya, ada hal baik dari meminum teh ini karena pengenalan yang dangkal terhadap hal itu membuat banyak yang bilang bisa mengganggu ginjal dan lain sebagainya,” buka Endar yang ditemui di Ho Teh Tiam SPBU Brigjen Katamso beberapa waktu lalu.

Endar pun menjelaskan bila meminum teh pada dasarnya merupakan budaya asli Timur. Hal itu terbukti dari bahan baku yaitu Camellia sinensis yang ditemukan Georg Kamel di Tiongkok beratus-ratus tahun lalu. Namun saat ini budaya itu malah terkesan berasal dari negara Barat dengan berbagai teknologi yang justru mengaburkan makna aslinya.

Pria bertubuh tambun ini pun menyiapkan segala perlengkapan untuk minum teh tadi seperti skoci dan teko yang terbuat dari keramik, gelas, kayu juga tungku memasak di setiap meja yang ada. Hal itu dilakukan agar pengunjung membuat sendiri teh sesuai dengan seleranya.

Waiters yang ada akan memandu bila dibutuhkan dan mereka tidak akan melayani pembuatan teh tadi. “Tak kenal maka tak sayang. Jadi dengan membuat teh sendiri masyarakat baru dapat menikmati minum teh sebagai budaya bangsa Timur.

Semakin sering kita membuat teh kita akan menemukan bahwa minum teh juga dapat melatih ketenangan dan emosional. Dengan demikian pula hidup lebih dapat dinikmati,” tambahnya.

Di samping memperkenalkan tradisi seduh teh, Endar juga ingin membumikan tradisi minum teh termasuk bahan-bahan yang terdapat di dalam negeri. Sehingga hal itu bisa memberdayakan para petani teh di dalam negeri. Bahkan dari pengalamannya, bahan baku teh terbaik justru terdapat di Indonesia. Hanya saja selama ini teh terbaik tadi lebih banyak dikirim ke luar negeri.

Untuk itu dirinya pun kerap menggelar beberapa kegiatan berupa kompetisi menyeduh teh untuk khalayak. Kegiatan yang cukup mendapat apresiasi tidak hanya dari masyarakat awam.

Bahkan dari kegiatan tersebut, salah satu lembaga pendidikan swasta di Kota Medan menjadikan kegiatan menyeduh teh sebagai kegiatan ekstrakulikuler para siswanya. Pasalnya kegiatan menyeduh teh yang ditujukan untuk orangtua dinilai memiliki pesan-pesan moral bagi siswa.

“Kita lahir di tanah ini. Dari cari makan sampai nanti dikubur juga di tanah ini. Saatnya kita menunjukkan bahwa kita memiliki Indonesia. Jadi kekayaan tradisi ini tidak akan bermanfaat bila disimpan. Tradisi yang baik sudah seharusnya kita sebar luaskan,” tegasnya.

Kesibukan Endar melestarikan budaya seduh teh ini sama sekali tidak berhubungan dengan silsilah keluarga. Bahkan kedua orangtua sama sekali tidak berhubungan dengan bisnis teh. Endar bahkan lama bergelut di bidang yang tidak berhubungan dengan teh seperti fotografi, percetakan, dan farmasi sebelum pemahaman pentingnya melestarikan kebiasaan itu di tengah-tengah masyarakat. (jul)

Endar Hadi Purwanto
Konsentrasi    :     Tradisi Sedu  Teh
Lahir    :     Medan, 20 Januari 1965
Istri    :     Nurlela
Anak    :
Junied Hadi Purwanto (22)
Dwigamal Hadi Purwanto (20)
Lasmaria Hadi Purwanto (18)
Alamat    :     Jalan Pertempuran No.14F Medan

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/