29.2 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Protes Putin, 60 Demonstran Ditangkap Polisi

Suhu Dingin, Politik Rusia Makin Panas

MOSKOW –   Sebanyak 60 demonstran anti-Pemerintah di Moskow ditangkap polisi. Aksi penangkapan itu terjadi, Sabtu setelah beberapa jam Perdana Menteri Vladimir Putin menyampaikan pesan perdamaian kepada oposisi dalam pidato malam menjelang Tahun Baru.

Informasi penangkapan itu, disaksikan sejumlah saksi mata Reuters. Mereka melihat polisi mengepung dan menahan para pemrotes yang meneriakkan slogan-slogan seperti “Putin harus mundur” dan “Bebaskan Tahanan Politik”.
Polisi mengatakan sekitar 200 orang ikut serta dalam aksi itu, akibatnya 60 orang ditahan akibat berunjuk rasa dalam temperatur yang hampir membeku di jalan utama di ibu kota itu, banyak pemrotes mengenakan pita putih menjadi simbol protes.

Putin menghadapi demonstrasi-demonstrasi besar-besaran setelah pemilihan parlemen 4 Desember yang para pemrotes dan pemantau internasional katakan dinodai oleh kecurangan dan pelanggaran-pelanggaran. Kendatipun tekanan meningkat,Putin diperkirakan akan dengan mudah menang dalam pemilihan presiden Maret dan kembali berkuasa di Kremlin.

“Tentu, saya menginginkan seluruh warga kita, bebas memilih kecenderungan politik mereka yang bersimpati dengan kekuatan kiri atau kanan, mereka yang memiliki jabatan tinggi atau rendah, seperti yang anda inginkan.  Saya ingin semua orang senang dan sejahtera,” katanya dalam pidato itu.

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa meneriakkan slogan ‘Rusia tanpa Putin’ dan ‘Kita Perlu Rusia Baru’. Selain di dua kota tersebut, 200 orang dikabarkan menggelar aksi serupa di Kota Nizhny Novgorod. Tidak ada pengunjuk rasa yang ditahan di kota tersebut.  “Ini adalah tindakan yang bodoh dan memalukan,” ujar seorang aktivis Lyudmila Alexeyeva.
Protes Sabtu itu dilakukan di Taman Triumfalnaya Moskow, satu tempat unjukrasa tradisional bagi oposisi yang juga sebagai tempat lahir unjukrasa yang melanda Rusia bulan ini. Aksi protes anti-Putin terus berlangsung menyusul pemilu parlemen Rusia yang dituding penuh dengan kecurangan yang dilakukan oleh PM Putin.

Protes itu diselenggarakan oleh gerakan “Strategi 31”, yang sejak tahun 2009 melakukan unjuk rasa untuk melaksanakan hak untuk berkumpul secara damai yang dijamin Pasal 31 konstitusi. Mereka berkumpul pada hari tearkhir dari setiap bulan. Unjukrasa-unjukrasa “Strategi 31” tidak mendapat izin resmi, dan para psertata jadi sasaran penahanan. Di antara mereka yang ditahan Sabtu itu adalah pemimpin Partai Bolshevik Nasional Eduard Limonov.
Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan pada Desember dalam demonstrasi oposisi terbesar sejak Putin berkuasa tahun 1999. Unjuk rasa besar terakhir diselenggarakan 24 Desember di Moskow tengah.

Pada Sabtu, satu protes terpisah yang dihadiri 100 orang di St.Petersburg, dengan polisi kota itu melaporkan 10 orang ditahan. Radio Echo Moskvy Rusia juga melaporkan sekitar 200 orang berunjuk rasa di kota Volga River, Nizhny Novgorod yang berlangsung tanpa insiden, demikian Reuters melaporkan. (bbs/jpnn)

Suhu Dingin, Politik Rusia Makin Panas

MOSKOW –   Sebanyak 60 demonstran anti-Pemerintah di Moskow ditangkap polisi. Aksi penangkapan itu terjadi, Sabtu setelah beberapa jam Perdana Menteri Vladimir Putin menyampaikan pesan perdamaian kepada oposisi dalam pidato malam menjelang Tahun Baru.

Informasi penangkapan itu, disaksikan sejumlah saksi mata Reuters. Mereka melihat polisi mengepung dan menahan para pemrotes yang meneriakkan slogan-slogan seperti “Putin harus mundur” dan “Bebaskan Tahanan Politik”.
Polisi mengatakan sekitar 200 orang ikut serta dalam aksi itu, akibatnya 60 orang ditahan akibat berunjuk rasa dalam temperatur yang hampir membeku di jalan utama di ibu kota itu, banyak pemrotes mengenakan pita putih menjadi simbol protes.

Putin menghadapi demonstrasi-demonstrasi besar-besaran setelah pemilihan parlemen 4 Desember yang para pemrotes dan pemantau internasional katakan dinodai oleh kecurangan dan pelanggaran-pelanggaran. Kendatipun tekanan meningkat,Putin diperkirakan akan dengan mudah menang dalam pemilihan presiden Maret dan kembali berkuasa di Kremlin.

“Tentu, saya menginginkan seluruh warga kita, bebas memilih kecenderungan politik mereka yang bersimpati dengan kekuatan kiri atau kanan, mereka yang memiliki jabatan tinggi atau rendah, seperti yang anda inginkan.  Saya ingin semua orang senang dan sejahtera,” katanya dalam pidato itu.

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa meneriakkan slogan ‘Rusia tanpa Putin’ dan ‘Kita Perlu Rusia Baru’. Selain di dua kota tersebut, 200 orang dikabarkan menggelar aksi serupa di Kota Nizhny Novgorod. Tidak ada pengunjuk rasa yang ditahan di kota tersebut.  “Ini adalah tindakan yang bodoh dan memalukan,” ujar seorang aktivis Lyudmila Alexeyeva.
Protes Sabtu itu dilakukan di Taman Triumfalnaya Moskow, satu tempat unjukrasa tradisional bagi oposisi yang juga sebagai tempat lahir unjukrasa yang melanda Rusia bulan ini. Aksi protes anti-Putin terus berlangsung menyusul pemilu parlemen Rusia yang dituding penuh dengan kecurangan yang dilakukan oleh PM Putin.

Protes itu diselenggarakan oleh gerakan “Strategi 31”, yang sejak tahun 2009 melakukan unjuk rasa untuk melaksanakan hak untuk berkumpul secara damai yang dijamin Pasal 31 konstitusi. Mereka berkumpul pada hari tearkhir dari setiap bulan. Unjukrasa-unjukrasa “Strategi 31” tidak mendapat izin resmi, dan para psertata jadi sasaran penahanan. Di antara mereka yang ditahan Sabtu itu adalah pemimpin Partai Bolshevik Nasional Eduard Limonov.
Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan pada Desember dalam demonstrasi oposisi terbesar sejak Putin berkuasa tahun 1999. Unjuk rasa besar terakhir diselenggarakan 24 Desember di Moskow tengah.

Pada Sabtu, satu protes terpisah yang dihadiri 100 orang di St.Petersburg, dengan polisi kota itu melaporkan 10 orang ditahan. Radio Echo Moskvy Rusia juga melaporkan sekitar 200 orang berunjuk rasa di kota Volga River, Nizhny Novgorod yang berlangsung tanpa insiden, demikian Reuters melaporkan. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/