25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Pengusaha Rusia Hargai Kepala Putin Rp14 Miliar

MOSKOW, SUMUTPOS.CO – Seorang pengusaha Rusia menawarkan imbalan dalam jumlah fantastis kepada setiap petugas yang berhasil menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin, hidup atau mati. Alex Konanykhin, berjanji akan memberi imbalan sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 14,3 miliar. Hadiah ditawarkan karena menurut Konanykhin, Putin telah melakukan kejahatan perang dalam Rusia invasi Ukraina.

“Saya berjanji untuk membayar US$ 1.000.000 kepada petugas yang sesuai dengan tugas konstitusional mereka menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional,” ujar Konanykhin di akun Facebooknya.

Alex Konanykhin adalah seorang pengusaha dan mantan bankir. Ia mengunggah pengumuman itu di media sosial setelah satu minggu perang Rusia Ukraina.

Hadiah yang ditawarkan oleh Konanykhin, yang sekarang bermukim di AS, menempatkan target langsung ke pemimpin Rusia karena serangan balasan atas invasi terus meningkat.

Konanykhin mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook pada Selasa lalu, 1 Maret 2022. Ia berjanji untuk membayar petugas untuk menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional.

“Sebagai seorang etnis Rusia dan warga negara Rusia, saya melihatnya sebagai kewajiban moral saya untuk memfasilitasi denazifikasi Rusia,” kata Konanykhin dalam postingan tersebut.

Putin berusaha membenarkan Rusia invasi Ukraina dengan mengatakan pasukan Rusia akan mendenazifikasi negara tersebut. Namun pernyataan Putin dibantah oleh negara-negara Barat.

Konanykhin mengunggah foto profilnya di Facebook dengan mengenakan kemeja berwarna kuning dan biru seperti bendera nasional Ukraina. Dia mengatakan akan melanjutkan bantuannya ke Ukraina dalam upaya menahan serangan gencar orda Putin. Dalam bahasa Rusia, orda adalah gerombolan.

Versi sebelumnya, Konanykhin memposting di LinkedIn foto Putin dengan kata-kata “Dicari: Mati atau hidup. Vladimir Putin untuk pembunuhan massal,” menurut The Jerusalem Post. Postingan tersebut tampaknya telah dihapus.

Konanykhin, meraih kekayaannya dan menjadi terkenal setelah runtuhnya Uni Soviet. Dia mengatakan dalam Putin berkuasa karena dari operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia. Putin juga disebutnya melanggar Konstitusi dengan menghilangkan kebebasan pemilu dan membunuh lawan-lawannya.

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa pasukan militer Rusia telah menandai dia sebagai target nomor satu dan keluarganya sebagai target nomor dua Rusia. “Musuh menandai saya sebagai target nomor satu, dan keluarga saya sebagai target nomor dua,” kata Zelensky pekan lalu.

Konanykhin merintis bisnis di usia 25 tahun setelah jatuhnya komunisme Uni Soviet. Kini perusahaannya lebih dari 100 buah, menurut artikel 1996 di The Washington Post.

Menurut situs webnya, Konanykhin saat ini berbasis di New York City dan merupakan CEO dari TransparentBusiness, sebuah platform kerja digital. Newsweek telah menghubungi Konanykhin untuk memberikan komentar namun belum dijawab.

Orang Kaya Rusia Mulai Kesal

Orang Kaya Rusia pendukung Presiden Vladimir Putin, diyakini mulai kesal dan lelah terhadap sang pemimpin. Apalagi mereka ikut terseret sanksi yang dijatuhkan Barat kepada mereka atas tindakan Putin menyerang Ukraina. Selain itu, Rusia juga gagal memenuhi target untuk menyelesaikan serangan ke Ukraina untuk 72 jam ke depan, yang sebelumnya diharapkan bisa terjadi.

Menurut Analisis Pertahanan, Profesor Michael Clarke hal itu membuat Putin berpeluang dikhianati atau banyak yang tak mempedulikannya lagi. “Banyak dari orang-orang bekuasa di lingkaran terdalam Putin kini menghadapi penghinaan, dikucilkan dari panggung dunia dan kekayaan besar mereka dalam bahaya serius,” tulisnya di The Sun.

“Setidaknya ada 200 oligarki yang menjadi kaya berkat Putin dan dari korupsi pendahulunya, tetapi mereka akan mulai mempertanyakan kesetiaan mereka,” tambahnya.

Clarke mengatakan, para orang kaya ini mulai pergi meninggalkan Eropa jika kekayaan mereka akhirnya di sita. “Mereka akan mulai berpikir apa gunanya kekayaan jika terperangkap seperti orang buangan di Rusia yang terisolasi dengan kota-kota dunia seperti New York dan London,” tuturnya.

“Terlarang dari perairan Mediterania, restoran berbintang Michelin dan juga meja judi di Monako,” pungkasnya.

PBB Tuntut Rusia Hentikan Invasi

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengadopsi sebuah resolusi yang menuntut Rusia untuk segera mengakhiri invasi Rusia di Ukraina. “Resolusi Majelis Umum PBB hari ini mencerminkan kebenaran yang sesungguhnya,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterrres melalui akun Twitter resminya, Rabu (2/3).

Berdasarkan data tentang negara-negara anggota PBB yang memberikan suaranya dalam resolusi tersebut, 193 negara anggota tercatat mendukung agar operasi militer Rusia di Ukraina segera diakhiri. Sementara itu, lima negara anggota memilih untuk menolak resolusi dan 34 memilih abstain.”Masyarakat dunia ingin agar penderitaan yang dialami oleh korban dari serangan di Ukraina tersebut segera berakhir,” kata Guterres.

Oleh karena itu, dia bertekad dengan segala daya upayanya untuk berusaha menghentikan aksi permusuhan yang terjadi dan mengupayakan negosiasi darurat demi terciptanya perdamaian di Ukraina. “Saya akan terus melakukan segala daya upaya untuk menghentikan permusuhan dan mengupayakan negosiasi dengan segera sehingga perdamaian segera terwujud,” katanya.

Sementara itu, Presiden Majelis Umum PBB Abdullah Shahid menegaskan bahwa resolusi tersebut menuntut agar Rusia segera, sepenuhnya, dan tanpa syarat menarik semua pasukan militer dari wilayah Ukraina di dalam perbatasan yang diakui secara internasional.

“Saya bersama dengan negara-negara anggota (PBB) ingin menyuarakan kekhawatiran kami terhadap ‘laporan tentang serangan di sejumlah fasilitas sipil seperti permukiman, sekolah dan rumah sakit, serta serangan terhadap warga sipil, termasuk perempuan, lansia, dan penderita disabilitas serta anak-anak’,” katanya, mengutip teks yang ia baca pada Rabu, berdasarkan laporan di situs resmi PBB. (tmp/kps/jpc)

MOSKOW, SUMUTPOS.CO – Seorang pengusaha Rusia menawarkan imbalan dalam jumlah fantastis kepada setiap petugas yang berhasil menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin, hidup atau mati. Alex Konanykhin, berjanji akan memberi imbalan sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 14,3 miliar. Hadiah ditawarkan karena menurut Konanykhin, Putin telah melakukan kejahatan perang dalam Rusia invasi Ukraina.

“Saya berjanji untuk membayar US$ 1.000.000 kepada petugas yang sesuai dengan tugas konstitusional mereka menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional,” ujar Konanykhin di akun Facebooknya.

Alex Konanykhin adalah seorang pengusaha dan mantan bankir. Ia mengunggah pengumuman itu di media sosial setelah satu minggu perang Rusia Ukraina.

Hadiah yang ditawarkan oleh Konanykhin, yang sekarang bermukim di AS, menempatkan target langsung ke pemimpin Rusia karena serangan balasan atas invasi terus meningkat.

Konanykhin mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook pada Selasa lalu, 1 Maret 2022. Ia berjanji untuk membayar petugas untuk menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional.

“Sebagai seorang etnis Rusia dan warga negara Rusia, saya melihatnya sebagai kewajiban moral saya untuk memfasilitasi denazifikasi Rusia,” kata Konanykhin dalam postingan tersebut.

Putin berusaha membenarkan Rusia invasi Ukraina dengan mengatakan pasukan Rusia akan mendenazifikasi negara tersebut. Namun pernyataan Putin dibantah oleh negara-negara Barat.

Konanykhin mengunggah foto profilnya di Facebook dengan mengenakan kemeja berwarna kuning dan biru seperti bendera nasional Ukraina. Dia mengatakan akan melanjutkan bantuannya ke Ukraina dalam upaya menahan serangan gencar orda Putin. Dalam bahasa Rusia, orda adalah gerombolan.

Versi sebelumnya, Konanykhin memposting di LinkedIn foto Putin dengan kata-kata “Dicari: Mati atau hidup. Vladimir Putin untuk pembunuhan massal,” menurut The Jerusalem Post. Postingan tersebut tampaknya telah dihapus.

Konanykhin, meraih kekayaannya dan menjadi terkenal setelah runtuhnya Uni Soviet. Dia mengatakan dalam Putin berkuasa karena dari operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia. Putin juga disebutnya melanggar Konstitusi dengan menghilangkan kebebasan pemilu dan membunuh lawan-lawannya.

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa pasukan militer Rusia telah menandai dia sebagai target nomor satu dan keluarganya sebagai target nomor dua Rusia. “Musuh menandai saya sebagai target nomor satu, dan keluarga saya sebagai target nomor dua,” kata Zelensky pekan lalu.

Konanykhin merintis bisnis di usia 25 tahun setelah jatuhnya komunisme Uni Soviet. Kini perusahaannya lebih dari 100 buah, menurut artikel 1996 di The Washington Post.

Menurut situs webnya, Konanykhin saat ini berbasis di New York City dan merupakan CEO dari TransparentBusiness, sebuah platform kerja digital. Newsweek telah menghubungi Konanykhin untuk memberikan komentar namun belum dijawab.

Orang Kaya Rusia Mulai Kesal

Orang Kaya Rusia pendukung Presiden Vladimir Putin, diyakini mulai kesal dan lelah terhadap sang pemimpin. Apalagi mereka ikut terseret sanksi yang dijatuhkan Barat kepada mereka atas tindakan Putin menyerang Ukraina. Selain itu, Rusia juga gagal memenuhi target untuk menyelesaikan serangan ke Ukraina untuk 72 jam ke depan, yang sebelumnya diharapkan bisa terjadi.

Menurut Analisis Pertahanan, Profesor Michael Clarke hal itu membuat Putin berpeluang dikhianati atau banyak yang tak mempedulikannya lagi. “Banyak dari orang-orang bekuasa di lingkaran terdalam Putin kini menghadapi penghinaan, dikucilkan dari panggung dunia dan kekayaan besar mereka dalam bahaya serius,” tulisnya di The Sun.

“Setidaknya ada 200 oligarki yang menjadi kaya berkat Putin dan dari korupsi pendahulunya, tetapi mereka akan mulai mempertanyakan kesetiaan mereka,” tambahnya.

Clarke mengatakan, para orang kaya ini mulai pergi meninggalkan Eropa jika kekayaan mereka akhirnya di sita. “Mereka akan mulai berpikir apa gunanya kekayaan jika terperangkap seperti orang buangan di Rusia yang terisolasi dengan kota-kota dunia seperti New York dan London,” tuturnya.

“Terlarang dari perairan Mediterania, restoran berbintang Michelin dan juga meja judi di Monako,” pungkasnya.

PBB Tuntut Rusia Hentikan Invasi

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengadopsi sebuah resolusi yang menuntut Rusia untuk segera mengakhiri invasi Rusia di Ukraina. “Resolusi Majelis Umum PBB hari ini mencerminkan kebenaran yang sesungguhnya,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterrres melalui akun Twitter resminya, Rabu (2/3).

Berdasarkan data tentang negara-negara anggota PBB yang memberikan suaranya dalam resolusi tersebut, 193 negara anggota tercatat mendukung agar operasi militer Rusia di Ukraina segera diakhiri. Sementara itu, lima negara anggota memilih untuk menolak resolusi dan 34 memilih abstain.”Masyarakat dunia ingin agar penderitaan yang dialami oleh korban dari serangan di Ukraina tersebut segera berakhir,” kata Guterres.

Oleh karena itu, dia bertekad dengan segala daya upayanya untuk berusaha menghentikan aksi permusuhan yang terjadi dan mengupayakan negosiasi darurat demi terciptanya perdamaian di Ukraina. “Saya akan terus melakukan segala daya upaya untuk menghentikan permusuhan dan mengupayakan negosiasi dengan segera sehingga perdamaian segera terwujud,” katanya.

Sementara itu, Presiden Majelis Umum PBB Abdullah Shahid menegaskan bahwa resolusi tersebut menuntut agar Rusia segera, sepenuhnya, dan tanpa syarat menarik semua pasukan militer dari wilayah Ukraina di dalam perbatasan yang diakui secara internasional.

“Saya bersama dengan negara-negara anggota (PBB) ingin menyuarakan kekhawatiran kami terhadap ‘laporan tentang serangan di sejumlah fasilitas sipil seperti permukiman, sekolah dan rumah sakit, serta serangan terhadap warga sipil, termasuk perempuan, lansia, dan penderita disabilitas serta anak-anak’,” katanya, mengutip teks yang ia baca pada Rabu, berdasarkan laporan di situs resmi PBB. (tmp/kps/jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/