27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Konflik di Timur Tengah Makin Meluas, Hizbullah Tingkatkan Serangan ke Israel

SUMUTPOS.CO – Suara sirene meraung di wilayah utara Israel Sabtu (6/1). Itu terjadi setelah Hizbullah menembakkan puluhan roket dari Lebanon ke pangkalan militer Israel di utara. Serangan roket itu terjadi sehari setelah pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, kelompoknya harus membalas pembunuhan wakil pemimpin politik Hamas, Saleh Al Arouri, Selasa (2/1) lalu.

SAYYED mengatakan, jika Hizbullah tidak melakukan pembalasan maka seluruh Lebanon akan rentan terhadap serangan Israel. ’’Sebagai bagian dari respons awal terhadap kejahatan pembunuhan pemimpin besar Sheikh Saleh Al Arouri, perlawanan Islam (Hizbullah) menargetkan pangkalan kendali udara Meron dengan 62 rudal dari berbagai jenis,’’ bunyi pernyataan yang dirilis Hizbullah seperti dikutip Agence France-Presse. Serangan Hizbullah tersebut berhasil menghantam 2 pos militer Israel.

Israel membalas dengan melakukan serangan udara di wilayah selatan Lebanon. Salah satu bom menghantam pinggiran Desa Kouthariyeh al-Siyad dan memakan korban jiwa. Serangan semacam ini jarang terjadi di wilayah Lebanon sejak konflik di perbatasan dimulai hampir tiga bulan lalu. Pasukan Israel juga menembaki daerah perbatasan lain termasuk kota Khiam. Enam orang anggota Hizbullah tewas dalam serangan balik Israel.

Menanggapi ulah Israel, pemimpin Hizbullah dalam pidatonya kemarin, memperingatkan Israel bahwa pihaknya akan merespons dengan cepat “di medan perang” terhadap pembunuhan Aruri. “Jika musuh melancarkan perang melawan Lebanon, pertempuran kita tidak akan terbatas, tanpa aturan. Jika perang diarahkan ke Lebanon, kepentingan Lebanon adalah perang terus-menerus tanpa kendali,” kata Nasrallah pada pidatonya, seperti dikutip New Arab.

Eskalasi lintas batas itu terjadi ketika Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell berkunjung ke Beirut, Lebanon. ’’Sangat penting untuk menghindari Lebanon terseret ke dalam konflik regional,’’ ujarnya.

Di saat yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga memulai tur diplomatiknya ke Timur Tengah dengan tujuan mencegah konflik meluas. Ini adalah lawatan ke Timur Tengah yang keempat sejak perang Israel-Hamas meletus.

Baik UE maupun AS ingin agar perang Israel-Hamas terkendali. Para pejabat AS khawatir bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin melihat meluasnya konflik dan pertempuran di Lebanon sebagai kunci kelanjutan kiprah politiknya di tengah kritik dalam negeri. Dia dinilai gagal mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Israel telah memperjelas pandangannya bahwa baku tembak rutin antara pasukannya dan Hizbullah tidak dapat dipertahankan dan mungkin akan segera melancarkan operasi militer besar-besaran di Lebanon. ’’Kami lebih memilih jalan penyelesaian kesepakatan diplomatik tetapi kami semakin dekat dengan titik di mana keadaan akan berubah,’’ ujar Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Jumat (5/1).

The Washington Post melaporkan, AS telah memperingatkan Israel terhadap peningkatan eskalasi yang signifikan di Lebanon. Badan Intelijen Pertahanan (DIA) menemukan bahwa akan sulit bagi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk berhasil menang jika menyerang Lebanon dan Gaza sekaligus. Itu karena aset dan sumber daya militernya akan tersebar.

Namun di lapangan Israel justru kian memperluas eskalasi. Mereka kembali menyerang wilayah pendudukan Tepi Barat dan membuat 6 orang tewas, 2 di antaranya jurnalis. Pertumpahan darah di wilayah pendudukan Tepi Barat telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hampir dua dekade. (sha/bay/jpg)

SUMUTPOS.CO – Suara sirene meraung di wilayah utara Israel Sabtu (6/1). Itu terjadi setelah Hizbullah menembakkan puluhan roket dari Lebanon ke pangkalan militer Israel di utara. Serangan roket itu terjadi sehari setelah pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, kelompoknya harus membalas pembunuhan wakil pemimpin politik Hamas, Saleh Al Arouri, Selasa (2/1) lalu.

SAYYED mengatakan, jika Hizbullah tidak melakukan pembalasan maka seluruh Lebanon akan rentan terhadap serangan Israel. ’’Sebagai bagian dari respons awal terhadap kejahatan pembunuhan pemimpin besar Sheikh Saleh Al Arouri, perlawanan Islam (Hizbullah) menargetkan pangkalan kendali udara Meron dengan 62 rudal dari berbagai jenis,’’ bunyi pernyataan yang dirilis Hizbullah seperti dikutip Agence France-Presse. Serangan Hizbullah tersebut berhasil menghantam 2 pos militer Israel.

Israel membalas dengan melakukan serangan udara di wilayah selatan Lebanon. Salah satu bom menghantam pinggiran Desa Kouthariyeh al-Siyad dan memakan korban jiwa. Serangan semacam ini jarang terjadi di wilayah Lebanon sejak konflik di perbatasan dimulai hampir tiga bulan lalu. Pasukan Israel juga menembaki daerah perbatasan lain termasuk kota Khiam. Enam orang anggota Hizbullah tewas dalam serangan balik Israel.

Menanggapi ulah Israel, pemimpin Hizbullah dalam pidatonya kemarin, memperingatkan Israel bahwa pihaknya akan merespons dengan cepat “di medan perang” terhadap pembunuhan Aruri. “Jika musuh melancarkan perang melawan Lebanon, pertempuran kita tidak akan terbatas, tanpa aturan. Jika perang diarahkan ke Lebanon, kepentingan Lebanon adalah perang terus-menerus tanpa kendali,” kata Nasrallah pada pidatonya, seperti dikutip New Arab.

Eskalasi lintas batas itu terjadi ketika Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell berkunjung ke Beirut, Lebanon. ’’Sangat penting untuk menghindari Lebanon terseret ke dalam konflik regional,’’ ujarnya.

Di saat yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga memulai tur diplomatiknya ke Timur Tengah dengan tujuan mencegah konflik meluas. Ini adalah lawatan ke Timur Tengah yang keempat sejak perang Israel-Hamas meletus.

Baik UE maupun AS ingin agar perang Israel-Hamas terkendali. Para pejabat AS khawatir bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin melihat meluasnya konflik dan pertempuran di Lebanon sebagai kunci kelanjutan kiprah politiknya di tengah kritik dalam negeri. Dia dinilai gagal mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Israel telah memperjelas pandangannya bahwa baku tembak rutin antara pasukannya dan Hizbullah tidak dapat dipertahankan dan mungkin akan segera melancarkan operasi militer besar-besaran di Lebanon. ’’Kami lebih memilih jalan penyelesaian kesepakatan diplomatik tetapi kami semakin dekat dengan titik di mana keadaan akan berubah,’’ ujar Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Jumat (5/1).

The Washington Post melaporkan, AS telah memperingatkan Israel terhadap peningkatan eskalasi yang signifikan di Lebanon. Badan Intelijen Pertahanan (DIA) menemukan bahwa akan sulit bagi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk berhasil menang jika menyerang Lebanon dan Gaza sekaligus. Itu karena aset dan sumber daya militernya akan tersebar.

Namun di lapangan Israel justru kian memperluas eskalasi. Mereka kembali menyerang wilayah pendudukan Tepi Barat dan membuat 6 orang tewas, 2 di antaranya jurnalis. Pertumpahan darah di wilayah pendudukan Tepi Barat telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hampir dua dekade. (sha/bay/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/