26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Erdogan Tangkap 34 Jenderal dan 6 Ribu Orang

AFP PHOTO / ARIS MESSINIS  Seorang wanita memeluk seorang pria sambil menangis di dekat peti mati yang dibungkus bendera, karena berkabung di Istanbul pada 17 Juli, 2016, pada pemakaman tujuh korban upaya kudeta 15 Juli. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membersihkan "virus" dalam badan-badan negara, pada pidatonya di pemakaman para korban tewas. Ia menyalahkan pada musuhnya Fethullah Gulen.
AFP PHOTO / ARIS MESSINIS
Seorang wanita memeluk seorang pria sambil menangis di dekat peti mati yang dibungkus bendera, karena berkabung di Istanbul pada 17 Juli, 2016, pada pemakaman tujuh korban upaya kudeta 15 Juli. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membersihkan “virus” dalam badan-badan negara, pada pidatonya di pemakaman para korban tewas. Ia menyalahkan pada musuhnya Fethullah Gulen.

ISTANBUL, SUMUTPOS.CO – Kegagalan kudeta oleh militer pada Jumat malam (15/7) membuat Pemerintah Turki sah melakukan ’’bersih-bersih’’ kelompok anti pemerintah. Sampai Minggu (17/7), mereka menangkapi sekitar 6 ribu orang yang diduga terlibat dalam aksi kudeta.

Sudah ada 34 jenderal yang diringkus. Termasuk sosok senior seperti Komandan Pasukan Ketiga Erdal Ozturk dan Komandan Pasukan Kedua di Malatya Adem Huduti. Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag menegaskan, jumlah itu akan terus bertambah.

’’Operasi bersih-bersih masih berlangsung,’’ ujarnya sebagaimana dilansir Anadolu kemarin.

Komandan garnisun di Kota Denizli, Ozhan Ozbakir, juga ditahan beserta 51 prajurit lain. Jenderal pasukan udara Brigjen Bekir Ercan Van turut ditangkap bersama para pejabat militer di tubuh angkatan udara. Beberapa hakim agung juga ikut diciduk.

Pemerintah Turki benar-benar memanfaatkan momen tersebut untuk menyingkirkan sebanyak-banyaknya oposisi. Mereka, tampaknya, tidak akan mengampuni siapa pun yang ditengarai ikut terlibat dalam aksi kudeta tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan bakal mengajukan rancangan undang-undang agar para pelaku bisa dijatuhi hukuman mati.

Dia juga menerbitkan perintah penangkapan kepada ajudan militernya, Kolonel Ali Yazici. Beberapa pihak menyerukan agar prajurit yang masih berusia sekitar 20 tahun diberi pengampunan karena mungkin hanya salah mengikuti perintah. Penahanan besar-besaran itu membuat dunia internasional waswas. Sebagian yang ditangkap tersebut sangat mungkin tidak tahu apa-apa.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Turki menghormati hukum pascatragedi kudeta pada Jumat malam lalu. Hal senada diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault. Dia meminta Turki tidak menggunakan kudeta gagal tersebut sebagai senjata untuk membungkam oposisi.

Namun, Turki bergeming. Kudeta itu bahkan mengakibatkan hubungan Turki dengan AS panas. Erdogan sekali lagi meminta AS mengembalikan ulama Fethullah Gulen ke Turki. ’’Setelah upaya kudeta yang terjadi, saya meminta sekali lagi. Ekstradisi pria di Pennsylvania ini (Gulen, Red) ke Turki! Jika kita memang mitra strategis, lakukan apa yang diperlukan,’’ tegas Erdogan kepada Obama.

Mayoritas dari 6 ribu orang yang ditahan memang merupakan pendukung Gulen dan gerakan Hizmet. Turki menyebut mereka sebagai Fethullah Terrorist Organisation alias FETO. Menteri Ketenagakerjaan Turki Suleyman Soylu malah membuat situasi lebih panas dengan menuding AS ikut menyokong kudeta tersebut.

Pernyataan itu langsung dibantah Menteri Luar (Menlu) Negeri AS John Kerry. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengungkapkan, Kerry telah menghubungi Menlu Turki Mevlut Cavusoglu. Kerry berjanji AS membantu mengungkap pemberontakan tersebut. ’’Klaim bahwa AS memiliki peranan dalam usaha kudeta yang gagal ini benar-benar salah dan melukai hubungan bilateral kami,’’ tutur Kirby.

Sejauh ini belum ada pernyataan tentang AS bakal mengekstradisi Gulen atau tidak. Pemeintah AS juga mengimbau warganya untuk tidak pergi ke Turki lebih dulu.

AFP PHOTO / ARIS MESSINIS  Seorang wanita memeluk seorang pria sambil menangis di dekat peti mati yang dibungkus bendera, karena berkabung di Istanbul pada 17 Juli, 2016, pada pemakaman tujuh korban upaya kudeta 15 Juli. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membersihkan "virus" dalam badan-badan negara, pada pidatonya di pemakaman para korban tewas. Ia menyalahkan pada musuhnya Fethullah Gulen.
AFP PHOTO / ARIS MESSINIS
Seorang wanita memeluk seorang pria sambil menangis di dekat peti mati yang dibungkus bendera, karena berkabung di Istanbul pada 17 Juli, 2016, pada pemakaman tujuh korban upaya kudeta 15 Juli. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membersihkan “virus” dalam badan-badan negara, pada pidatonya di pemakaman para korban tewas. Ia menyalahkan pada musuhnya Fethullah Gulen.

ISTANBUL, SUMUTPOS.CO – Kegagalan kudeta oleh militer pada Jumat malam (15/7) membuat Pemerintah Turki sah melakukan ’’bersih-bersih’’ kelompok anti pemerintah. Sampai Minggu (17/7), mereka menangkapi sekitar 6 ribu orang yang diduga terlibat dalam aksi kudeta.

Sudah ada 34 jenderal yang diringkus. Termasuk sosok senior seperti Komandan Pasukan Ketiga Erdal Ozturk dan Komandan Pasukan Kedua di Malatya Adem Huduti. Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag menegaskan, jumlah itu akan terus bertambah.

’’Operasi bersih-bersih masih berlangsung,’’ ujarnya sebagaimana dilansir Anadolu kemarin.

Komandan garnisun di Kota Denizli, Ozhan Ozbakir, juga ditahan beserta 51 prajurit lain. Jenderal pasukan udara Brigjen Bekir Ercan Van turut ditangkap bersama para pejabat militer di tubuh angkatan udara. Beberapa hakim agung juga ikut diciduk.

Pemerintah Turki benar-benar memanfaatkan momen tersebut untuk menyingkirkan sebanyak-banyaknya oposisi. Mereka, tampaknya, tidak akan mengampuni siapa pun yang ditengarai ikut terlibat dalam aksi kudeta tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan bakal mengajukan rancangan undang-undang agar para pelaku bisa dijatuhi hukuman mati.

Dia juga menerbitkan perintah penangkapan kepada ajudan militernya, Kolonel Ali Yazici. Beberapa pihak menyerukan agar prajurit yang masih berusia sekitar 20 tahun diberi pengampunan karena mungkin hanya salah mengikuti perintah. Penahanan besar-besaran itu membuat dunia internasional waswas. Sebagian yang ditangkap tersebut sangat mungkin tidak tahu apa-apa.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Turki menghormati hukum pascatragedi kudeta pada Jumat malam lalu. Hal senada diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault. Dia meminta Turki tidak menggunakan kudeta gagal tersebut sebagai senjata untuk membungkam oposisi.

Namun, Turki bergeming. Kudeta itu bahkan mengakibatkan hubungan Turki dengan AS panas. Erdogan sekali lagi meminta AS mengembalikan ulama Fethullah Gulen ke Turki. ’’Setelah upaya kudeta yang terjadi, saya meminta sekali lagi. Ekstradisi pria di Pennsylvania ini (Gulen, Red) ke Turki! Jika kita memang mitra strategis, lakukan apa yang diperlukan,’’ tegas Erdogan kepada Obama.

Mayoritas dari 6 ribu orang yang ditahan memang merupakan pendukung Gulen dan gerakan Hizmet. Turki menyebut mereka sebagai Fethullah Terrorist Organisation alias FETO. Menteri Ketenagakerjaan Turki Suleyman Soylu malah membuat situasi lebih panas dengan menuding AS ikut menyokong kudeta tersebut.

Pernyataan itu langsung dibantah Menteri Luar (Menlu) Negeri AS John Kerry. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengungkapkan, Kerry telah menghubungi Menlu Turki Mevlut Cavusoglu. Kerry berjanji AS membantu mengungkap pemberontakan tersebut. ’’Klaim bahwa AS memiliki peranan dalam usaha kudeta yang gagal ini benar-benar salah dan melukai hubungan bilateral kami,’’ tutur Kirby.

Sejauh ini belum ada pernyataan tentang AS bakal mengekstradisi Gulen atau tidak. Pemeintah AS juga mengimbau warganya untuk tidak pergi ke Turki lebih dulu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/