25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Rezim Assad Tembaki Jaksa dan Hakim

DAMASKUS- Rencana referendum terhadap konstitusi yang dijanjikan Presiden Bashar al-Assad gagal meredam perlawanan oposisi dan unjuk rasa antipemerintahannya di Syria. Desakan agar oposisi dan pemerintah menghentikan pertikaian serta mencari penyelesaian lewat berdialog juga tidak mempan. Kekerasan di Syria terus menelan korban jiwa.

Seorang jaksa wilayah dan hakim dibunuh di Idlib, kota di barat laut Syria atau sekitar 330 km utara Damaskus, kemarin (19/2). Jaksa Nidal Ghazal dari Provinsi Idlib serta Hakim Mohammed Ziyadeh dan sopir mereka ditembak mati di dalam mobil saat dalam perjalanan menuju kantor.

Kantor berita pemerintah, Syrian Arab News Agency (SANA), menyebut pelaku penembakan adalah “kelompok teroris bersenjata”. Jaringan oposisi Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), membenarkan jatuhnya korban jiwa para pejabat pemerintahan Assad itu. Tetapi, mereka hanya menyatakan bahwa ketiganya tewas akibat dibunuh “para penyerang yang tak dikenal”.

PBB memerkirakan, saat ini sekitar 6 ribu tewas akibat kekerasan di Syria sejak pecah perlawanan anti-Assad pada Maret tahun lalu. Kelompok oposisi Komite Koordinasi Lokal (LCC) malah menyebut, hingga kini korban tewas di Syria telah mencapai lebih dari 8.500 jiwa.

Di tengah kekerasan yang tidak kunjung reda itu, muncul fakta lain yang dibeber para aktivis oposisi. Rezim Assad dilaporkan telah menangkap banyak dokter. Menurut LCC, sedikitnya 295 dokter diciduk selama 11 bulan terakhir. “Penangkapan itu sengaja dilakukan (rezim Assad) untuk memberikan efek takut kepada para dokter agar tidak lagi membantu para demonstran atau warga antipemerintah,” terang juru bicara organisasi itu dalam pernyataannya.
Dalam tiga hari terakhir, pasukan keamanan menangkap tiga dokter di Damaskus. Dua di antaranya dibawa paksa dari klinik mereka.(cnn/afp/cak/dwi/jpnn)

DAMASKUS- Rencana referendum terhadap konstitusi yang dijanjikan Presiden Bashar al-Assad gagal meredam perlawanan oposisi dan unjuk rasa antipemerintahannya di Syria. Desakan agar oposisi dan pemerintah menghentikan pertikaian serta mencari penyelesaian lewat berdialog juga tidak mempan. Kekerasan di Syria terus menelan korban jiwa.

Seorang jaksa wilayah dan hakim dibunuh di Idlib, kota di barat laut Syria atau sekitar 330 km utara Damaskus, kemarin (19/2). Jaksa Nidal Ghazal dari Provinsi Idlib serta Hakim Mohammed Ziyadeh dan sopir mereka ditembak mati di dalam mobil saat dalam perjalanan menuju kantor.

Kantor berita pemerintah, Syrian Arab News Agency (SANA), menyebut pelaku penembakan adalah “kelompok teroris bersenjata”. Jaringan oposisi Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), membenarkan jatuhnya korban jiwa para pejabat pemerintahan Assad itu. Tetapi, mereka hanya menyatakan bahwa ketiganya tewas akibat dibunuh “para penyerang yang tak dikenal”.

PBB memerkirakan, saat ini sekitar 6 ribu tewas akibat kekerasan di Syria sejak pecah perlawanan anti-Assad pada Maret tahun lalu. Kelompok oposisi Komite Koordinasi Lokal (LCC) malah menyebut, hingga kini korban tewas di Syria telah mencapai lebih dari 8.500 jiwa.

Di tengah kekerasan yang tidak kunjung reda itu, muncul fakta lain yang dibeber para aktivis oposisi. Rezim Assad dilaporkan telah menangkap banyak dokter. Menurut LCC, sedikitnya 295 dokter diciduk selama 11 bulan terakhir. “Penangkapan itu sengaja dilakukan (rezim Assad) untuk memberikan efek takut kepada para dokter agar tidak lagi membantu para demonstran atau warga antipemerintah,” terang juru bicara organisasi itu dalam pernyataannya.
Dalam tiga hari terakhir, pasukan keamanan menangkap tiga dokter di Damaskus. Dua di antaranya dibawa paksa dari klinik mereka.(cnn/afp/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/