26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Ratusan Aktivis Cina Ditangkap

BEIJING – Polisi Tiongkok bergerak lebih agresif untuk mencegah meledaknya revolusi rakyat ala Timur Tengah. Ratusan aktivis ditangkap. Langkah represif itu disebut-sebut sebagai penangkapan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.  Lebih dari 100 pegiat menjalani interogasi, dijatuhi hukuman tahanan rumah, serta larangan lainnya. Bahkan ada yang hilang sejak diserukannya “Revolusi Melati” pekan lalu.

Menurut lembaga Pembela Hak Asasi Manusia Tiongkok (CHRD) polisi mulai mengajukan tuntutan subversif kepada para aktivis. “Situasi semakin buruk,” terang Direktur CHRD Renee Xia.
“Dalam beberapa hari terakhir, kami mencatat beberapa kasus hilangnya sejumlah pengacara, tuntutan atas tuduhan kejahatan yang bisa berakibat hukuman kurungan dalam waktu lama, dan penggerebekan rumah untuk menangkapi aktivis,” ujarnya.

Dua penulis ternama Ran Yunfei dan Liang Haiyi berada di antara mereka yang dijerat tuduhan subversif. Sementara para pemberontak veteran, Ding Mao dan Chen Wei, yang pernah dipenjara setelah aksi demonstrasi demokrasi Tianamen 1989, dituntut atas tuduhan menghasut untuk melakukan tindakan subversif.

Pegiat lainnya, Hua Chunhui, ditangkap dengan dalih membocorkan rahasia negara. Tuduhan ini biasa digunakan untuk memberangus aktivis. “Tindakan keras pemerintah kali ini merupakan yang terparah sejak beberapa tahun terakhir,” papar lembaga yang berpusat di Hongkong tersebut.

Di Tiongkok, tuntutan atas tuduhan subversif, mengajak makar, dan membocorkan rahasia negara selalu berakhir dengan vonis bersalah. Mereka yang diputus bersalah langsung merasakan pengapnya bui dalam waktu cukup lama.  Organisasi perlindu ngan HAM New York, di Tiongkok menggambarkan, pemberangusan aktivis itu sebagai kebijakan yang sudah jarang terlihat sejak beberapa tahun terakhir.

Awal pekan ini, beberapa aktivis berkampanye di dunia maya mengajak masyarakat di 13 kota untuk melakukan demontrasi setiap hari Minggu. Tuntutannya adalah menekan pemerintah agar lebih transparan serta kebebasan berekspresi.

Seruan untuk menggelar aksi turun ke jalan Minggu lalu (20/2) membuat aparat keamanan berjaga ketat. Ribuan polisi dikerahkan di sejumlah titik di Beijing, Shanghai dan beberapa kota lain. Namun, ajakan tersebut tak banyak menarik perhatian warga setempat dan jauh dari insiden yang berarti. (cak/ami/jpnn)

BEIJING – Polisi Tiongkok bergerak lebih agresif untuk mencegah meledaknya revolusi rakyat ala Timur Tengah. Ratusan aktivis ditangkap. Langkah represif itu disebut-sebut sebagai penangkapan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.  Lebih dari 100 pegiat menjalani interogasi, dijatuhi hukuman tahanan rumah, serta larangan lainnya. Bahkan ada yang hilang sejak diserukannya “Revolusi Melati” pekan lalu.

Menurut lembaga Pembela Hak Asasi Manusia Tiongkok (CHRD) polisi mulai mengajukan tuntutan subversif kepada para aktivis. “Situasi semakin buruk,” terang Direktur CHRD Renee Xia.
“Dalam beberapa hari terakhir, kami mencatat beberapa kasus hilangnya sejumlah pengacara, tuntutan atas tuduhan kejahatan yang bisa berakibat hukuman kurungan dalam waktu lama, dan penggerebekan rumah untuk menangkapi aktivis,” ujarnya.

Dua penulis ternama Ran Yunfei dan Liang Haiyi berada di antara mereka yang dijerat tuduhan subversif. Sementara para pemberontak veteran, Ding Mao dan Chen Wei, yang pernah dipenjara setelah aksi demonstrasi demokrasi Tianamen 1989, dituntut atas tuduhan menghasut untuk melakukan tindakan subversif.

Pegiat lainnya, Hua Chunhui, ditangkap dengan dalih membocorkan rahasia negara. Tuduhan ini biasa digunakan untuk memberangus aktivis. “Tindakan keras pemerintah kali ini merupakan yang terparah sejak beberapa tahun terakhir,” papar lembaga yang berpusat di Hongkong tersebut.

Di Tiongkok, tuntutan atas tuduhan subversif, mengajak makar, dan membocorkan rahasia negara selalu berakhir dengan vonis bersalah. Mereka yang diputus bersalah langsung merasakan pengapnya bui dalam waktu cukup lama.  Organisasi perlindu ngan HAM New York, di Tiongkok menggambarkan, pemberangusan aktivis itu sebagai kebijakan yang sudah jarang terlihat sejak beberapa tahun terakhir.

Awal pekan ini, beberapa aktivis berkampanye di dunia maya mengajak masyarakat di 13 kota untuk melakukan demontrasi setiap hari Minggu. Tuntutannya adalah menekan pemerintah agar lebih transparan serta kebebasan berekspresi.

Seruan untuk menggelar aksi turun ke jalan Minggu lalu (20/2) membuat aparat keamanan berjaga ketat. Ribuan polisi dikerahkan di sejumlah titik di Beijing, Shanghai dan beberapa kota lain. Namun, ajakan tersebut tak banyak menarik perhatian warga setempat dan jauh dari insiden yang berarti. (cak/ami/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/