25.6 C
Medan
Wednesday, May 8, 2024

Menguras Harta Rayakan Lebaran

seorang petani yang sedang membajak sawah dengan menggunakan traktor
seorang petani yang sedang membajak sawah dengan menggunakan traktor

Merayakan lebaran, tak sedikit warga yang menguras harta bendanya. Perilaku ini terjadi sepanjang tahun. Pantaskah??

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, tingkat kebutuhan masyarakat melonjak tajam. Alhasil banyak yang menguras tabungannya agar bisa merayakan hari kemenangan itu. Itu jika memiliki tabungan, tapi bagaimana dengan warga yang hidup pas-pasan?

Tak sedikit pula masyarakat yang nekad menggadai harta bendanya loh. Terutama bagi para pedagang makanan dan minuman. Menggadaikan harta benda dilakukan agar mendapat keuntungan saat lebaran berlangsung. Berharap, usai lebaran harta benda yang digadai bisa ditebus dengan memperoleh keuntungan tersebut.

Itu bagi para pedagang yang berharap keuntungan dengan datangnya lebaran. Bagaimana dengan masyarakat biasa yang bukan pedagang?  Ani, salah seorang warga Medan, mengungkapkan, dalam menyambut hari raya Idul Fitri, ia tidak pernah sampai menggadaikan barang miliknya untuk belanja keperluan Lebaran.

Dari penghasilan yang didapat setiap bulannya, sudah mencukupi untuk mempersiapkan hari raya suci umat Islam tersebut. “Gaji aja udah cukup kok. Tidak sampai gadai baranglah,” tutur perempuan berusia 63 tahun itu saat ditemui di Kantor Pegadaian di Jalan Pegadaian Medan.

Dituturkannya, ia baru akan menggadaikan barang miliknya apabila benar-benar membutuhkan uang untuk keperluan yang sangat mendesak, Misalnya, bayar kuliah. Ia telah beberapa kali menggadaikan emas miliknya untuk keperluan pembayaran kuliah keempat anaknya dulu.
“Kalau untuk Lebaran enggak sampai gadai barang. Yang penting apa yang ada saja. Ibadah tambah itu yang penting,” tutur perempuan yang pada saat itu hendak menggadaikan emas untuk pembelian tanah.

Pendapat serupa juga banyak dikemukakan oleh warga lainnya. Mereka mengungkapkan bahwa untuk menyambut hari Lebaran, mereka tidak pernah sampai menggadaikan harta benda milik mereka.
Sudarwis, misalnya. Lelaki itu mengungkapkan bahwa meskipun ia setiap kali pulang mudik ke Jakarta dengan pesawat, ia tidak pernah sampai menggadaikan barang miliknya untuk mudik. “Ya kalau tidak ada uang, saya tidak mungkin mudik. Enggak sampai gadai baranglah untuk Lebaran,” lanjutnya.

Berbeda dengan para petani di Labuhan Batu. Mereka rela menggadaikan peralatan pertaniannya berupa traktor ke pengusaha. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Itu dilakukan sejak 4 tahun silam. Parno Hadi, contohnya.

‘’Uangnya saya pakai untuk memenuhi kebutuhan selama lebaran. Sisanya dipakai untuk musim tanam mendatang,’’kata Parno Hadi. Dia mengaku, dengan menggadaikan traktor, para petani bisa mengantongi Rp3 juta hingga Rp10 juta. Besaran pinjaman disesuaikan dengan kondisi traktor.

‘’Tahun ini saya dapat Rp7 juta dengan kententuan pengembalian pinjaman sekitar 3 sampai 4 bulanan. Itu karena traktor saya kondisinya masih bagus sekali,’’tambah Parno Hadi. Dia mengaku, terpaksa menggadaikan traktornya karena kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak saat lebaran tiba.

Parno Hadi mengungkap, warga lain juga menggadaikan barang-barang miliknya, seperti emas, sepedamotor maupun barang elektronik.  ‘’Ini sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya,’’katanya. (wk/smg)

seorang petani yang sedang membajak sawah dengan menggunakan traktor
seorang petani yang sedang membajak sawah dengan menggunakan traktor

Merayakan lebaran, tak sedikit warga yang menguras harta bendanya. Perilaku ini terjadi sepanjang tahun. Pantaskah??

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, tingkat kebutuhan masyarakat melonjak tajam. Alhasil banyak yang menguras tabungannya agar bisa merayakan hari kemenangan itu. Itu jika memiliki tabungan, tapi bagaimana dengan warga yang hidup pas-pasan?

Tak sedikit pula masyarakat yang nekad menggadai harta bendanya loh. Terutama bagi para pedagang makanan dan minuman. Menggadaikan harta benda dilakukan agar mendapat keuntungan saat lebaran berlangsung. Berharap, usai lebaran harta benda yang digadai bisa ditebus dengan memperoleh keuntungan tersebut.

Itu bagi para pedagang yang berharap keuntungan dengan datangnya lebaran. Bagaimana dengan masyarakat biasa yang bukan pedagang?  Ani, salah seorang warga Medan, mengungkapkan, dalam menyambut hari raya Idul Fitri, ia tidak pernah sampai menggadaikan barang miliknya untuk belanja keperluan Lebaran.

Dari penghasilan yang didapat setiap bulannya, sudah mencukupi untuk mempersiapkan hari raya suci umat Islam tersebut. “Gaji aja udah cukup kok. Tidak sampai gadai baranglah,” tutur perempuan berusia 63 tahun itu saat ditemui di Kantor Pegadaian di Jalan Pegadaian Medan.

Dituturkannya, ia baru akan menggadaikan barang miliknya apabila benar-benar membutuhkan uang untuk keperluan yang sangat mendesak, Misalnya, bayar kuliah. Ia telah beberapa kali menggadaikan emas miliknya untuk keperluan pembayaran kuliah keempat anaknya dulu.
“Kalau untuk Lebaran enggak sampai gadai barang. Yang penting apa yang ada saja. Ibadah tambah itu yang penting,” tutur perempuan yang pada saat itu hendak menggadaikan emas untuk pembelian tanah.

Pendapat serupa juga banyak dikemukakan oleh warga lainnya. Mereka mengungkapkan bahwa untuk menyambut hari Lebaran, mereka tidak pernah sampai menggadaikan harta benda milik mereka.
Sudarwis, misalnya. Lelaki itu mengungkapkan bahwa meskipun ia setiap kali pulang mudik ke Jakarta dengan pesawat, ia tidak pernah sampai menggadaikan barang miliknya untuk mudik. “Ya kalau tidak ada uang, saya tidak mungkin mudik. Enggak sampai gadai baranglah untuk Lebaran,” lanjutnya.

Berbeda dengan para petani di Labuhan Batu. Mereka rela menggadaikan peralatan pertaniannya berupa traktor ke pengusaha. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Itu dilakukan sejak 4 tahun silam. Parno Hadi, contohnya.

‘’Uangnya saya pakai untuk memenuhi kebutuhan selama lebaran. Sisanya dipakai untuk musim tanam mendatang,’’kata Parno Hadi. Dia mengaku, dengan menggadaikan traktor, para petani bisa mengantongi Rp3 juta hingga Rp10 juta. Besaran pinjaman disesuaikan dengan kondisi traktor.

‘’Tahun ini saya dapat Rp7 juta dengan kententuan pengembalian pinjaman sekitar 3 sampai 4 bulanan. Itu karena traktor saya kondisinya masih bagus sekali,’’tambah Parno Hadi. Dia mengaku, terpaksa menggadaikan traktornya karena kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak saat lebaran tiba.

Parno Hadi mengungkap, warga lain juga menggadaikan barang-barang miliknya, seperti emas, sepedamotor maupun barang elektronik.  ‘’Ini sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya,’’katanya. (wk/smg)

Artikel Terkait

Tragedi Akhir Tahun si Logo Merah

Incar Bule karena Hasil Lebih Besar

Baru Mudik Usai Lebaran

Terpopuler

Artikel Terbaru

/