26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Super Moon Tertutup Awan

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Ribuan jamaah khusuk melaksanakan salat sunat gerhana bulan di halaman Kampus Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Medan, rabu (31/1) malam. Sayang gerhana bulan total tak terlihat jelas di Sumatera Utara.

Sementara Prof DR H Nawir Yuslem MA, Wakil Ketua PWM Sumut dalam khutbah salat sunat gerhana bulan di Kampus Pascasarjana UMSU mengatakan, sesungguhnya matahari dan bulan, adalah 2 tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak terjadi gerhana pada keduanya, karena meninggalnya seseorang atau karena lahirnya seseorang. Oleh karena itu, ketika melihat terjadinya peristiwa gerhana, maka hendaklah mengingat Allah SWT, pencipta Matahari dan Bulan. ” Berdoalah pada Allah, Agungkan Allah, Tegakkan Shalat dan Bersedakah. Itulah tuntunan dari Rasulullah SAW ketika kita menyaksikan gerhana, ” ujarnya.

Sementara, masyarakat Kota Tebingtinggi harus menelan kekecewaan. Pasalnya, mereka tidak bisa menyaksikan kejadian langka tersebut karena langit Kota Tebingtinggi tertutup awan mendung. Warga yang sempat berkumpul di Lapangan Merdeka, Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi pun membubarkan diri karena gerhana bulan total dan Super Blue Blood Moon yang diharapkan tidak tampak hingga pukul 19.30 WIB.

Seorang pelajar SMP Negeri 1 Kota Tebingtinggi, Miladdia (14), mengaku kecewa karena gerhana bulan tidak bisa dilihat. Padahal fenomena alam seperti ini terjadi terakhir kali 150 tahun lalu. “Mendung, yang terlihat di langit cuma awan gelap,” kata Miladdia.

Lain halnya penuturan ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi, Lasimah (45), yang datang bersama anak serta keluarga menggunakan sepeda motor. Dia juga mengaku kecewa tidak bisa melihat kejadian gerhana bulan total dan Super Blue Blood Moon yang diceritakan sangat fenomena, karena mendung, dirinya juga memutuskan untuk pulang kerumah.

Untuk di Kota Tebingtinggi, pelaksanaan sholat istikharah dan sholat gerhana bulan dilakukan di Masjid Syuhada di Jalan Iskandar Muda Kota Tebingtinggi selepas salat Isya, yang di imammi dan di tausiyah oleh Al Ustadz Ikrimah Azzam.

Kekecewaan juga dirasakan warga Deliserdang. Eriwayati Simatupang (34), warga Lubukpakam, terpaksa menahan rasa kecewa karena tidak bisa menyaksikan gerhana bulan total tadi malam. Padahal, niat menyekasikan fenomena alam yang jarang terjadi itu sudah sejak tiga hari lalu diidamkannya.

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Ribuan jamaah khusuk melaksanakan salat sunat gerhana bulan di halaman Kampus Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Medan, rabu (31/1) malam. Sayang gerhana bulan total tak terlihat jelas di Sumatera Utara.

Sementara Prof DR H Nawir Yuslem MA, Wakil Ketua PWM Sumut dalam khutbah salat sunat gerhana bulan di Kampus Pascasarjana UMSU mengatakan, sesungguhnya matahari dan bulan, adalah 2 tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak terjadi gerhana pada keduanya, karena meninggalnya seseorang atau karena lahirnya seseorang. Oleh karena itu, ketika melihat terjadinya peristiwa gerhana, maka hendaklah mengingat Allah SWT, pencipta Matahari dan Bulan. ” Berdoalah pada Allah, Agungkan Allah, Tegakkan Shalat dan Bersedakah. Itulah tuntunan dari Rasulullah SAW ketika kita menyaksikan gerhana, ” ujarnya.

Sementara, masyarakat Kota Tebingtinggi harus menelan kekecewaan. Pasalnya, mereka tidak bisa menyaksikan kejadian langka tersebut karena langit Kota Tebingtinggi tertutup awan mendung. Warga yang sempat berkumpul di Lapangan Merdeka, Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi pun membubarkan diri karena gerhana bulan total dan Super Blue Blood Moon yang diharapkan tidak tampak hingga pukul 19.30 WIB.

Seorang pelajar SMP Negeri 1 Kota Tebingtinggi, Miladdia (14), mengaku kecewa karena gerhana bulan tidak bisa dilihat. Padahal fenomena alam seperti ini terjadi terakhir kali 150 tahun lalu. “Mendung, yang terlihat di langit cuma awan gelap,” kata Miladdia.

Lain halnya penuturan ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi, Lasimah (45), yang datang bersama anak serta keluarga menggunakan sepeda motor. Dia juga mengaku kecewa tidak bisa melihat kejadian gerhana bulan total dan Super Blue Blood Moon yang diceritakan sangat fenomena, karena mendung, dirinya juga memutuskan untuk pulang kerumah.

Untuk di Kota Tebingtinggi, pelaksanaan sholat istikharah dan sholat gerhana bulan dilakukan di Masjid Syuhada di Jalan Iskandar Muda Kota Tebingtinggi selepas salat Isya, yang di imammi dan di tausiyah oleh Al Ustadz Ikrimah Azzam.

Kekecewaan juga dirasakan warga Deliserdang. Eriwayati Simatupang (34), warga Lubukpakam, terpaksa menahan rasa kecewa karena tidak bisa menyaksikan gerhana bulan total tadi malam. Padahal, niat menyekasikan fenomena alam yang jarang terjadi itu sudah sejak tiga hari lalu diidamkannya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/