25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Kriminolog: Banyak yang Aneh dari Gerak-Gerik Jessica…

JessicaWongso saat sidang.
JessicaWongso saat sidang.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kriminolog dari Universitas Indonesia, Ronny Nitibaskara, menilai banyak hal yang aneh dari gerak gerik Jessica Kumala Wongso, saat terdakwa kasus pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin itu menjalani interviu.

Interviu atau wawancara yang dimaksud adalah saat Ronny membantu polisi dalam melengkapi berita acara pemeriksaan (BAP).

“Saya mengamati melalui komunikasi verbal adalah lewat kata-kata. Kalau non-verbal komunikasi lewat gerak gerik. Saya menguasai keduanya untuk menganalisis kasus tersebut,” Ronny dalam sidang perkara kematian Mirna, Kamis (1/9).

Ronny mengaku sering melakukan inverviu kepada Jessica‎, untuk melengkapi BAP. “Kemudian saya periksa sendiri dan memang ada BAP yang harus ditambahkan. Nah, pihak polisi bilang dilengkapi saja di hadapan Majelis Hakim,” ujar dia.

‎Berdasarkan analisis Guru Besar Kriminolog Universitas Indonesia ini, Jessica seakan membuat pagar saat sesi interviu digelar. Pagar ini terjadi ketika Ronny menanyakan hal-hal mengenai Mirna.

“Saat itu saya menelusuri. Dia melakukan gesture yang tidak sesuai (saat ditanya Mirna). Saya pindah ke pembicaraan kehidupan sehari-hari, dia biasa saja. Itu bisa diperhatikan dengan subtitusi fisiognomi (ilmu wajah) modern. Dari situ, bisa terlihat dari akurasi wajah. Penelitiannya pernah dilakukan dengan orang yang sembarangan,” kata dia.

Menurut dia, teori fisiognomi modern yang ia gunakan, tingkat akurasi dalam membaca seseorang sebanyak 95 persen.

“Saat saya memeriksa Jessica dari tahap-tahap tadi, ada ketidakserasian bahasa tubuh Jessica yang saya temukan dengan ucapan dalam wawancara itu. Sering blocking,” ungkap Ronny.

Dia juga menanyakan kegiatan apa yang Jessica lakukan berdasarkan CCTV. Saat ditanyakan itu, Jessica terlihat melakukan gerakan tidak lazim.

“Duduknya pindah-pindah. Saya melihat juga tidak ditemukan ketidaksesuaian dengan bahasa verbal dan nonverbal walaupun tidak banyak,” tandasnya.

MIRNA TAK NYAMAN DENGAN JESSICA
Ronny Nitibaskara juga mengklaim bahwa Wayan Mirna Salihin tidak nyaman dengan keberadaan Jessica Kumala Wongso.

Hal ini dikatakannya setelah dua kali melihat CCTV yang merekam pertemuan Jessica, Mirna, dan Hani Boon Juwita saat bertemu di Kafe Olivier Mall Grand Indonesia, 6 Januari silam.

“Perilaku nonverbal (Mirna) memberi jarak artinya tidak nyaman,” kata Ronny saat memberikan keterangan dalam sidang perkara kematian Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9).

Menurut Ronny, seharusnya pertemuan antara Mirna dan Jessica berlangsung akrab karena mereka bersahabat. Namun, Mirna seakan memberi jarak, menandakan ketidaknyamanan.

Sementara itu, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Hani. Hani saat itu langsung berlari kecil dan memeluk Jessica. “Jadi perbedaan ini sedikit memberikan gambaran terkait kedekatan masing-masing,” jelas Ronny.

Penasihat Kriminologi Kapolri Jenderal Tito Karnavian ini menerangkan, ada beberapa respons tubuh yang digerakkan oleh otak.

Otak neokorteks, kata Ronny, biasanya menyuruh seseorang untuk berbohong lewat kata-kata. Kemudian adapula otak limbik, yang biasanya lebih pada kejujuran. Otak limbik ini biasanya menghasilkan gerakan tubuh.

Dalam analisisnya, gerakan Mirna pada Jessica berasal dari otak limbik dan tak bisa berbohong bahwa tidak dalam kondisi nyaman. “Gerakan tertentu itu menjadi kunci orang itu berbohong atau tidak,” tandas Ronny.

JessicaWongso saat sidang.
JessicaWongso saat sidang.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kriminolog dari Universitas Indonesia, Ronny Nitibaskara, menilai banyak hal yang aneh dari gerak gerik Jessica Kumala Wongso, saat terdakwa kasus pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin itu menjalani interviu.

Interviu atau wawancara yang dimaksud adalah saat Ronny membantu polisi dalam melengkapi berita acara pemeriksaan (BAP).

“Saya mengamati melalui komunikasi verbal adalah lewat kata-kata. Kalau non-verbal komunikasi lewat gerak gerik. Saya menguasai keduanya untuk menganalisis kasus tersebut,” Ronny dalam sidang perkara kematian Mirna, Kamis (1/9).

Ronny mengaku sering melakukan inverviu kepada Jessica‎, untuk melengkapi BAP. “Kemudian saya periksa sendiri dan memang ada BAP yang harus ditambahkan. Nah, pihak polisi bilang dilengkapi saja di hadapan Majelis Hakim,” ujar dia.

‎Berdasarkan analisis Guru Besar Kriminolog Universitas Indonesia ini, Jessica seakan membuat pagar saat sesi interviu digelar. Pagar ini terjadi ketika Ronny menanyakan hal-hal mengenai Mirna.

“Saat itu saya menelusuri. Dia melakukan gesture yang tidak sesuai (saat ditanya Mirna). Saya pindah ke pembicaraan kehidupan sehari-hari, dia biasa saja. Itu bisa diperhatikan dengan subtitusi fisiognomi (ilmu wajah) modern. Dari situ, bisa terlihat dari akurasi wajah. Penelitiannya pernah dilakukan dengan orang yang sembarangan,” kata dia.

Menurut dia, teori fisiognomi modern yang ia gunakan, tingkat akurasi dalam membaca seseorang sebanyak 95 persen.

“Saat saya memeriksa Jessica dari tahap-tahap tadi, ada ketidakserasian bahasa tubuh Jessica yang saya temukan dengan ucapan dalam wawancara itu. Sering blocking,” ungkap Ronny.

Dia juga menanyakan kegiatan apa yang Jessica lakukan berdasarkan CCTV. Saat ditanyakan itu, Jessica terlihat melakukan gerakan tidak lazim.

“Duduknya pindah-pindah. Saya melihat juga tidak ditemukan ketidaksesuaian dengan bahasa verbal dan nonverbal walaupun tidak banyak,” tandasnya.

MIRNA TAK NYAMAN DENGAN JESSICA
Ronny Nitibaskara juga mengklaim bahwa Wayan Mirna Salihin tidak nyaman dengan keberadaan Jessica Kumala Wongso.

Hal ini dikatakannya setelah dua kali melihat CCTV yang merekam pertemuan Jessica, Mirna, dan Hani Boon Juwita saat bertemu di Kafe Olivier Mall Grand Indonesia, 6 Januari silam.

“Perilaku nonverbal (Mirna) memberi jarak artinya tidak nyaman,” kata Ronny saat memberikan keterangan dalam sidang perkara kematian Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9).

Menurut Ronny, seharusnya pertemuan antara Mirna dan Jessica berlangsung akrab karena mereka bersahabat. Namun, Mirna seakan memberi jarak, menandakan ketidaknyamanan.

Sementara itu, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Hani. Hani saat itu langsung berlari kecil dan memeluk Jessica. “Jadi perbedaan ini sedikit memberikan gambaran terkait kedekatan masing-masing,” jelas Ronny.

Penasihat Kriminologi Kapolri Jenderal Tito Karnavian ini menerangkan, ada beberapa respons tubuh yang digerakkan oleh otak.

Otak neokorteks, kata Ronny, biasanya menyuruh seseorang untuk berbohong lewat kata-kata. Kemudian adapula otak limbik, yang biasanya lebih pada kejujuran. Otak limbik ini biasanya menghasilkan gerakan tubuh.

Dalam analisisnya, gerakan Mirna pada Jessica berasal dari otak limbik dan tak bisa berbohong bahwa tidak dalam kondisi nyaman. “Gerakan tertentu itu menjadi kunci orang itu berbohong atau tidak,” tandas Ronny.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/