28.4 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Status Zero Suspect Diragukan, Presiden Diminta Jelaskan

SUMUTPOS.CO – INDONESIA menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih nihil kasus penyebaran virus Corona (COVID-19). Banyak negara meragukan, Indonesia belum terdampak COVID-2019, salah satunya Australia. Bahkan, Arab Saudi menganggap, Indonesia telah terkena wabah tersebut dengan membatalkan penerbitan visa dan penerbangan ke negaranya.

Anggota DPR Komisi VIII Fraksi PKS, Bukhori Yusuf pun meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjelaskan status zero suspect di Indonesia. Pasalnya, selama ini hanya pejabat setingkat menteri yang melakukan sosialisasi akan hal tersebut. Sebab, untuk kasus COVID-2019, telah banyak negara yang mempublikasikan data-datanya, tidak seperti kasus penyebaran wabah sebelumnya.

“Jangan kemudian pernyataan menteri, Presiden sampaikan ‘Saya sebagai Presiden RI sampai saat ini saya nyatakan bahwa Indonesia masih zero’ karena ini situasinya bukan porsi menteri lagi,” katanya di acara Cross Check, Jakarta, Minggu (1/3).

Kekhawatiran seluruh dunia akan wabah ini membuat Indonesia harus lebih meyakinkan dan tegas lagi dalam memberikan suatu pernyataan. Pasalnya, hal ini merupakan suatu kejadian yang serius. “Kalau Arab Saudi dan juga Singapura memposisikan Indonesia setara dengan negara-negara ini. Kita harus bicara lebih dalam lagi, apakah betul bahwa kita masih zero atau kemudian sebenarnya kita tidak cepat menanggap satu gejala. Jangan sampai nanti ketinggalan. Tiba-tiba sudah mewabah baru kita nyatakan. Itu yang kita khawatirkan,” jelas Bukhori.

Pernyataan yang masih kurang kuat, ia meminta agar kasus ini jangan dikaitkan dengan aspek politik. Pasalnya, hal ini menyangkut keselamatan masyarakat Indonesia. “Kalau memang ini masih zero, pemerintah harus mengumumkannya secara transparan. Supaya masyarakat yakin (Jokowi yang mengumumkan-red), kalau hanya pejabat seperti Menteri Kesehatan, saya kira hanya menjadi wacana publik,” ungkapnya.

Sebelumnya disebutkan, satu penyebab Indonesia belum terjangkit Corona karena memiliki iklim tropis. Padahal menurut Pakar Virus Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo, tidak demikian. Menurutnya, iklim tropis tidak menjamin sebuah negara bebas dari penyakit virus yang bernama COVID-2019. Bahkan, negara yang beriklim sama seperti Indonesia, yaitu Malaysia terdampak.

Virus memang lemah terhadap suhu yang panas. Namun, suhu panas yang dimaksud harus benar-benar tinggi. “Sampai sekarang belum ada penelitian mengenai peran dari suhu terhadap mati atau hidupnya virus korona,” kata Herawati Sudoyo di Upnormal Wahid Hasyim, Jakarta, Minggu (1/3).

Ia menjelaskan, suhu tropis yang ada di Indonesia kurang untuk membunuh virus korona. Sebab, panas di Indonesia hanya berkisar diangka 30 derajat saja, sedangkan yang dibutuhkan di atas 56 derajat celcius. “Kalau kita panasin dia dalam suhu 56 derajat, dia (virus korona) akan mati dalam waktu 30 menit, tapi kan enggak 56 derajat lingkungan kita,” kata dia.

Menurutnya, suhu belum bisa dipastikan dapat mengurangi kekuatan sebuah virus. Pasalnya, pengertian tersebut masih hanya sebatas teori. “Jadi itu sangat spekulatif yang bilang bahwa temperatu akan mengurangi. Itu adalah teori yang memang kita anut bahwa dalam musim dingin respon imun tubuh menurun sehingga kita mudah sekali terjangkit,” tandasnya.

WHO: Semua Negara Bisa Terserang Virus Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menegaskan, semua negara di dunia harus selalu waspada terkait penyebara virus Korona jenis baru atau Covid-19. WHO menyebut, virus tersebut bisa menyerang semua negara.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, penularan Covid-19 masuk kejadian luar biasa dan sudah sampai di titik yang menentukan. Virus tersebut berpotensi menjadi pandemi. Dia meminta pemerintah di negara masing-masing bertindak secara agresif untuk mencegah persebaran virus.

Dia juga meminta semua negara untuk bersiap jika Covid-19 datang sewaktu-waktu. Jangan membuat keputusan fatal dengan meyakini bahwa suatu negara tidak akan tertular. Sangat mungkin tidak akan ada satu negara pun yang lolos dari penularan virus tersebut.

Hingga saat ini, Minggu (1/3), virus tersebut sudah menyerang 62 negara termasuk Tiongkok yang merupakan sumber dari virus Korona. Secara global ada 87.116 kasus penularan dan 2.983 kematian. Virus mematikan itu bahkan sudah sampai di Afrika. Masing-masing satu orang positif terkena di Mesir dan Aljazair. Selain itu, Nigeria menyatakan bahwa ada satu kasus muncul di negaranya.

Pria asal Milan, Italia, yang membawa Covid-19 itu tiba 24 Februari. Saat masuk Nigeria, dia tidak mengalami tanda apa pun dan lolos deteksi. Namun, setelah beberapa hari, dia mulai sakit. “Kondisi pasien stabil secara klinis. Tidak ada gejala yang serius,” ujar Menteri Kesehatan Nigeria Osagie Ehanire.

Begitu berita tersebut menyebar, warga Lagos membeli masker dan barang-barang lainnya dalam jumlah besar. Kota berpenduduk 20 juta jiwa itu panik. Sebab, 2014 lalu negara tersebut diserang wabah Ebola. Di seluruh Afrika, Ebola merenggut lebih dari 11 ribu nyawa.

WHO sebelumnya sempat menyatakan kekhawatirannya jika Covid-19 sampai di Afrika. Sebab, mayoritas negara di benua tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Virus itu menyerang sistem pernapasan. Pasien membutuhkan alat bantu napas. Padahal, rata-rata rumah sakit di Afrika tak memilikinya dalam jumlah besar. (sha/c10/dos/jpc/jpg)

SUMUTPOS.CO – INDONESIA menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih nihil kasus penyebaran virus Corona (COVID-19). Banyak negara meragukan, Indonesia belum terdampak COVID-2019, salah satunya Australia. Bahkan, Arab Saudi menganggap, Indonesia telah terkena wabah tersebut dengan membatalkan penerbitan visa dan penerbangan ke negaranya.

Anggota DPR Komisi VIII Fraksi PKS, Bukhori Yusuf pun meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjelaskan status zero suspect di Indonesia. Pasalnya, selama ini hanya pejabat setingkat menteri yang melakukan sosialisasi akan hal tersebut. Sebab, untuk kasus COVID-2019, telah banyak negara yang mempublikasikan data-datanya, tidak seperti kasus penyebaran wabah sebelumnya.

“Jangan kemudian pernyataan menteri, Presiden sampaikan ‘Saya sebagai Presiden RI sampai saat ini saya nyatakan bahwa Indonesia masih zero’ karena ini situasinya bukan porsi menteri lagi,” katanya di acara Cross Check, Jakarta, Minggu (1/3).

Kekhawatiran seluruh dunia akan wabah ini membuat Indonesia harus lebih meyakinkan dan tegas lagi dalam memberikan suatu pernyataan. Pasalnya, hal ini merupakan suatu kejadian yang serius. “Kalau Arab Saudi dan juga Singapura memposisikan Indonesia setara dengan negara-negara ini. Kita harus bicara lebih dalam lagi, apakah betul bahwa kita masih zero atau kemudian sebenarnya kita tidak cepat menanggap satu gejala. Jangan sampai nanti ketinggalan. Tiba-tiba sudah mewabah baru kita nyatakan. Itu yang kita khawatirkan,” jelas Bukhori.

Pernyataan yang masih kurang kuat, ia meminta agar kasus ini jangan dikaitkan dengan aspek politik. Pasalnya, hal ini menyangkut keselamatan masyarakat Indonesia. “Kalau memang ini masih zero, pemerintah harus mengumumkannya secara transparan. Supaya masyarakat yakin (Jokowi yang mengumumkan-red), kalau hanya pejabat seperti Menteri Kesehatan, saya kira hanya menjadi wacana publik,” ungkapnya.

Sebelumnya disebutkan, satu penyebab Indonesia belum terjangkit Corona karena memiliki iklim tropis. Padahal menurut Pakar Virus Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo, tidak demikian. Menurutnya, iklim tropis tidak menjamin sebuah negara bebas dari penyakit virus yang bernama COVID-2019. Bahkan, negara yang beriklim sama seperti Indonesia, yaitu Malaysia terdampak.

Virus memang lemah terhadap suhu yang panas. Namun, suhu panas yang dimaksud harus benar-benar tinggi. “Sampai sekarang belum ada penelitian mengenai peran dari suhu terhadap mati atau hidupnya virus korona,” kata Herawati Sudoyo di Upnormal Wahid Hasyim, Jakarta, Minggu (1/3).

Ia menjelaskan, suhu tropis yang ada di Indonesia kurang untuk membunuh virus korona. Sebab, panas di Indonesia hanya berkisar diangka 30 derajat saja, sedangkan yang dibutuhkan di atas 56 derajat celcius. “Kalau kita panasin dia dalam suhu 56 derajat, dia (virus korona) akan mati dalam waktu 30 menit, tapi kan enggak 56 derajat lingkungan kita,” kata dia.

Menurutnya, suhu belum bisa dipastikan dapat mengurangi kekuatan sebuah virus. Pasalnya, pengertian tersebut masih hanya sebatas teori. “Jadi itu sangat spekulatif yang bilang bahwa temperatu akan mengurangi. Itu adalah teori yang memang kita anut bahwa dalam musim dingin respon imun tubuh menurun sehingga kita mudah sekali terjangkit,” tandasnya.

WHO: Semua Negara Bisa Terserang Virus Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menegaskan, semua negara di dunia harus selalu waspada terkait penyebara virus Korona jenis baru atau Covid-19. WHO menyebut, virus tersebut bisa menyerang semua negara.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, penularan Covid-19 masuk kejadian luar biasa dan sudah sampai di titik yang menentukan. Virus tersebut berpotensi menjadi pandemi. Dia meminta pemerintah di negara masing-masing bertindak secara agresif untuk mencegah persebaran virus.

Dia juga meminta semua negara untuk bersiap jika Covid-19 datang sewaktu-waktu. Jangan membuat keputusan fatal dengan meyakini bahwa suatu negara tidak akan tertular. Sangat mungkin tidak akan ada satu negara pun yang lolos dari penularan virus tersebut.

Hingga saat ini, Minggu (1/3), virus tersebut sudah menyerang 62 negara termasuk Tiongkok yang merupakan sumber dari virus Korona. Secara global ada 87.116 kasus penularan dan 2.983 kematian. Virus mematikan itu bahkan sudah sampai di Afrika. Masing-masing satu orang positif terkena di Mesir dan Aljazair. Selain itu, Nigeria menyatakan bahwa ada satu kasus muncul di negaranya.

Pria asal Milan, Italia, yang membawa Covid-19 itu tiba 24 Februari. Saat masuk Nigeria, dia tidak mengalami tanda apa pun dan lolos deteksi. Namun, setelah beberapa hari, dia mulai sakit. “Kondisi pasien stabil secara klinis. Tidak ada gejala yang serius,” ujar Menteri Kesehatan Nigeria Osagie Ehanire.

Begitu berita tersebut menyebar, warga Lagos membeli masker dan barang-barang lainnya dalam jumlah besar. Kota berpenduduk 20 juta jiwa itu panik. Sebab, 2014 lalu negara tersebut diserang wabah Ebola. Di seluruh Afrika, Ebola merenggut lebih dari 11 ribu nyawa.

WHO sebelumnya sempat menyatakan kekhawatirannya jika Covid-19 sampai di Afrika. Sebab, mayoritas negara di benua tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Virus itu menyerang sistem pernapasan. Pasien membutuhkan alat bantu napas. Padahal, rata-rata rumah sakit di Afrika tak memilikinya dalam jumlah besar. (sha/c10/dos/jpc/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/