27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Warga Medan Amplas Keluhkan Buruknya Drainase

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir merupakan persoalan klasik di Kota Medan. Tak ubah seperti yang dialami warga Garu VI Lingkungan IX, Kelurahan Harjosari I, Medan Amplas. Acap kali hujan turun mayoritas rumah warga kebanjiran.

“Kondisi ini sudah berlangsung dalam sepuluh tahun terakhir. Tapi sedikit pun tidak pernah ada sikap dari Pemko Medan dalam hal ini Dinas Bina Marga,” kata Rudi Hartono, Muhazir dan Iwan, warga setempat saat berbincang dengan Sumut Pos, belum lama ini.

Rudi mengatakan sekarang ini kondisinya semakin parah. Bahkan ketika turun hujan dalam skala tinggi, air menggenangi rumah hingga satu meter lebih. “Volume air bisa dibilang mencapai satu meter. Kalau dulu hanya setapak kaki saja, sekarang sudah sepinggang orang dewasa,” katanya.

Hal ini disebabkan buruknya saluran drainase/pembuangan. Rudi menyebut ada tiga titik sumber datangnya air yang membuat warga Lingkungan IX jadi tempat pembuangan. Pertama saluran parit dari Jalan SM Raja depan Garu VII, atau persis di depan Showroom Suzuki. Kedua aliran air dari parit Bajak IV, Bajak III dan Bajak II, Kel. Harjosari II. Kemudian selanjutnya berasal dari parit Suriraja yang masuk ke Garu VI depan. “Ketiga titik ini pelimpahan airnya masuk ke Lingkungan IX, Lingkungan VIII dan sekitarnya,” ungkap Rudi.

Keluhan serupa dikatakan Muhazir dan Iwan. Bahkan Iwan mengaku, bila hujan turun rumahnya yang notabene berada dalam posisi rendah, debit air sudah sampai pinggang. “Terpaksa perabot seperti televisi saya gantung didinding. Airnya sudah segini (sambil menunjuk pinggang),” bebernya.

Azir menambahkan kondisi ini sebelumnya sudah disampaikan warga ke lurah dan camat setempat. Namun hingga hari ini tidak ada tanda-tanda akan terealisasi. Mereka menilai aparatur setempat seolah tutup mata melihat kondisi yang dialami warga ini.

“Sudah banyak surat kita ajukan ke camat maupun lurah. Tapi hingga sekarang tidak ada tindak lanjutnya sama sekali. Bahkan kalau mau diajak gotong royong pun, camat dan lurah juga tak mau datang,” kesal Azir.

Tutup
Tak hanya itu, sekitar 150 kepala keluarga (KK) di lingkungan tersebut ancam akan menutup saluran di tiga pembuangan, bila dalam dua bulan ke depan Dinas Bina Marga tidak memperbaiki drainase. “Ini kita tidak main-main. Warga sebelumnya sudah menandatangani kesepakatan akan menutup saluran pembuangan kearah Garu VI ini. Biar sekalian jalan raya tergenang air, daripada rumah kami terus yang kebanjiran,” ucap Rudi.

Warga berharap Wali Kota Medan memperhatikan kondisi tersebut. Karena dengan buruknya drainase di lingkungan itu, warga kerap menguras air dari dalam rumah. Apalagi saat kondisi hujan sekarang ini, tentu membuat warga was-was karena rumah mereka tergenang air.

“Hujan deras satu jam saja, air sudah masuk ke rumah kami. Kalau yang dibelakang sana (berbatasan dengan Garu III) bisa tambah parah lagi, bisa sampai satu meter lebih volume airnya,” ungkap Rudi.

Camat Medan Amplas Zulfakhri Ahmadi mengamini kondisi yang dialami warga setempat. Bahkan disebut dia, tidak hanya warga Garu VI, musibah serupa juga dialami warga Garu III dan Garu IV kala hujan deras turun. “Warga Garu III, Garu IV mengalami hal demikian. Jadi memang persoalan ini sudah lama,” katanya saat dikonfirmasi.

Zulfakhri mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan perbaikan drainase ini ke dinas terkait pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Tahun Anggaran 2016. Namun memang diakuinya, sampai hari ini usulan dimaksud belum terealisasi. “Setiap tahunnya itu kita usulkan, baik Musrembang ataupun ada keluhan warga. Tapi ya memang sampai hari ini belum terealisasi,” ucapnya.

Namun dirinya menepis kalau pihaknya tutup mata alias tidak pernah mengakomodir persoalan ini. Termasuk soal anggapan dirinya tidak pernah mau datang saat diundang warga untuk bergotong-royong.

“Justru saat ini upaya yang bisa kita lakukan adalah gotong-royong. Saya juga himbau warga tidak membuang sampah sembarangan. Karena saya melihat di Garu III dekat kantor camat yang ada parit kerap dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Jadi kita harapkan kesadaran warga lebih baik lagi,” pungkasnya. (prn/ije)

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir merupakan persoalan klasik di Kota Medan. Tak ubah seperti yang dialami warga Garu VI Lingkungan IX, Kelurahan Harjosari I, Medan Amplas. Acap kali hujan turun mayoritas rumah warga kebanjiran.

“Kondisi ini sudah berlangsung dalam sepuluh tahun terakhir. Tapi sedikit pun tidak pernah ada sikap dari Pemko Medan dalam hal ini Dinas Bina Marga,” kata Rudi Hartono, Muhazir dan Iwan, warga setempat saat berbincang dengan Sumut Pos, belum lama ini.

Rudi mengatakan sekarang ini kondisinya semakin parah. Bahkan ketika turun hujan dalam skala tinggi, air menggenangi rumah hingga satu meter lebih. “Volume air bisa dibilang mencapai satu meter. Kalau dulu hanya setapak kaki saja, sekarang sudah sepinggang orang dewasa,” katanya.

Hal ini disebabkan buruknya saluran drainase/pembuangan. Rudi menyebut ada tiga titik sumber datangnya air yang membuat warga Lingkungan IX jadi tempat pembuangan. Pertama saluran parit dari Jalan SM Raja depan Garu VII, atau persis di depan Showroom Suzuki. Kedua aliran air dari parit Bajak IV, Bajak III dan Bajak II, Kel. Harjosari II. Kemudian selanjutnya berasal dari parit Suriraja yang masuk ke Garu VI depan. “Ketiga titik ini pelimpahan airnya masuk ke Lingkungan IX, Lingkungan VIII dan sekitarnya,” ungkap Rudi.

Keluhan serupa dikatakan Muhazir dan Iwan. Bahkan Iwan mengaku, bila hujan turun rumahnya yang notabene berada dalam posisi rendah, debit air sudah sampai pinggang. “Terpaksa perabot seperti televisi saya gantung didinding. Airnya sudah segini (sambil menunjuk pinggang),” bebernya.

Azir menambahkan kondisi ini sebelumnya sudah disampaikan warga ke lurah dan camat setempat. Namun hingga hari ini tidak ada tanda-tanda akan terealisasi. Mereka menilai aparatur setempat seolah tutup mata melihat kondisi yang dialami warga ini.

“Sudah banyak surat kita ajukan ke camat maupun lurah. Tapi hingga sekarang tidak ada tindak lanjutnya sama sekali. Bahkan kalau mau diajak gotong royong pun, camat dan lurah juga tak mau datang,” kesal Azir.

Tutup
Tak hanya itu, sekitar 150 kepala keluarga (KK) di lingkungan tersebut ancam akan menutup saluran di tiga pembuangan, bila dalam dua bulan ke depan Dinas Bina Marga tidak memperbaiki drainase. “Ini kita tidak main-main. Warga sebelumnya sudah menandatangani kesepakatan akan menutup saluran pembuangan kearah Garu VI ini. Biar sekalian jalan raya tergenang air, daripada rumah kami terus yang kebanjiran,” ucap Rudi.

Warga berharap Wali Kota Medan memperhatikan kondisi tersebut. Karena dengan buruknya drainase di lingkungan itu, warga kerap menguras air dari dalam rumah. Apalagi saat kondisi hujan sekarang ini, tentu membuat warga was-was karena rumah mereka tergenang air.

“Hujan deras satu jam saja, air sudah masuk ke rumah kami. Kalau yang dibelakang sana (berbatasan dengan Garu III) bisa tambah parah lagi, bisa sampai satu meter lebih volume airnya,” ungkap Rudi.

Camat Medan Amplas Zulfakhri Ahmadi mengamini kondisi yang dialami warga setempat. Bahkan disebut dia, tidak hanya warga Garu VI, musibah serupa juga dialami warga Garu III dan Garu IV kala hujan deras turun. “Warga Garu III, Garu IV mengalami hal demikian. Jadi memang persoalan ini sudah lama,” katanya saat dikonfirmasi.

Zulfakhri mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan perbaikan drainase ini ke dinas terkait pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Tahun Anggaran 2016. Namun memang diakuinya, sampai hari ini usulan dimaksud belum terealisasi. “Setiap tahunnya itu kita usulkan, baik Musrembang ataupun ada keluhan warga. Tapi ya memang sampai hari ini belum terealisasi,” ucapnya.

Namun dirinya menepis kalau pihaknya tutup mata alias tidak pernah mengakomodir persoalan ini. Termasuk soal anggapan dirinya tidak pernah mau datang saat diundang warga untuk bergotong-royong.

“Justru saat ini upaya yang bisa kita lakukan adalah gotong-royong. Saya juga himbau warga tidak membuang sampah sembarangan. Karena saya melihat di Garu III dekat kantor camat yang ada parit kerap dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Jadi kita harapkan kesadaran warga lebih baik lagi,” pungkasnya. (prn/ije)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/