Salah satu kesuksesan ekspedisi Laksamana Cheng Ho adalah tersedianya kapal-kapal berukuran raksasa dan kukuh. Di dermaga pinggiran sungai Kota Nanjing inilah ratusan kapal dibuat. Namanya galangan kapal Longjiang.
—–
Selasa (30/5), Jawa Pos mengunjungi lokasi bekas galangan kapal yang sangat terkenal pada 700 tahun silam tersebut. Letaknya di tepi Sungai Yangtze, kawasan Longjiang. Sekitar 7 kilometer dari istana kekaisaran di pusat Kota Nanjing.
Selain galangan kapal, di tempat itu dulu ada pelabuhan besar bernama Taciang. Tapi, pelabuhan tersebut sekarang sudah tidak ada. Kini tinggal pelabuhan transit bernama Liujia.
Sungai Yangtze juga bukan sungai biasa. Itu sungai yang sangat besar dan panjang. Lebarnya ada yang mencapai 10 km. Di titik yang dulu menjadi galangan kapal tersebut, lebarnya 8 km. Karena itu, kapal-kapal raksasa, misalnya kapal induk Cheng Ho dengan panjang 140 meter, bisa dibangun di situ. Sebagai gambaran, Selat Madura yang menjadi lokasi Jembatan Suramadu selebar 5 km. Sungai Yangtze bermuara di laut lepas sebelah timur Shanghai. Jaraknya sekitar 300 km dari galangan Longjiang.
Kini galangan tersebut sudah tidak ada. Lokasi yang dulu menjadi galangan kapal di Longjiang itu berubah menjadi sebuah ruang terbuka hijau yang apik, lengkap dengan monumennya. Monumen yang menggambarkan kebesaran pabrik kapal di masa lalu beserta Laksamana Cheng Ho-nya.
Terletak di tengah-tengah Kota Nanjing, dermaga ini memang sangat strategis untuk membangun kapal. Ada kolam yang luas, yang masih sering ditemukan di dasarnya sejumlah alat pembuatan kapal. Ataupun bagian kapal lainnya seperti kayu kemudi atau lunas kapal.
Tapi, seperti halnya banyak museum di Tiongkok, konsepnya adalah museum mandiri. Tidak ada petugas yang menjaga untuk memberikan penjelasan kepada pengunjung. Tapi masih untung, di tempat itu banyak prasasti yang dituliskan dengan dua bahasa: Mandarin dan Inggris.
Monumen galangan kapal ini tergolong baru. Dikerjakan selama dua tahun, monumen tersebut diresmikan pada Juli 2005. ”Hidangan utama” dari monumen itu tentu saja replika kapal induk yang ditumpangi Laksamana Cheng Ho. Replika tersebut dibuat dalam ukuran separo dari ukuran sebenarnya, yakni panjang 63,25 meter dengan lebar 13,8 meter. Dikerjakan sepuluh desainer yang merupakan profesor dari Wuhan University of Engineering, proyek itu menghabiskan anggaran CNY 100 juta (Rp200 miliar).
Juga ada replika jangkar dan kemudi. Ukuran jangkar bisa jadi perbandingan. Yakni setinggi 9 meter dengan berat 4 ton. Tergolong jumbo untuk sebuah kapal kayu.