28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Kalau Mau Jadi Guru, Belajarnya Sama Beliau…

Kemarin pagi saat upacara peringatan Hardiknas, Arifin mengaku sempat bertemu Nuraini. Mereka sama-sama terlambat mengikuti apel. Saat akan meneken absensi, keduanya sudah tak diperbolehkan lagi.

“Ya, sangat terkejut sekali. Tadi pagi (kemarin, Red) sempat satu baris dengan beliau saat upacara Hardiknas. Kami agak terlambat ikut apel. Waktu baris beliau tampak ceria. Tak ada tanda-tanda,” katanya.

Selama mengenal sosoknya, Arifin menyebutkan Nuraini adalah guru sejati. “Kami sedih juga peristiwa ini bisa terjadi, apalagi dilingkup FKIP yang notabene kami mengajarkan tentang karakter mahasiswa,” ucapnya.

Arifin menduga si pelaku sudah terpengaruh narkoba makanya nekad berbuat hal sadis seperti itu.

“Apalagi jarak antara kamar mandi dengan ruang kelas itu dekat dan ramai orang hilir mudik di situ. Jadi gak nyangka juga ditempat itu terjadi pembunuhan. Kalau menurut Kapolresta itu merupakan pembunuhan berencana, sesuai hukum pula dia (pelaku) harus dihukum seberat-beratnya,” harap Arifin.

Setali tiga uang, dosen Fakultas Ekonomi UMSU Aripay Tambunan juga berpendapat serupa. “Pertama-tama saya turut berduka atas meninggalnya Bu Nuraini. Beliau sosok dosen yang baik, ramah, pernah jadi dekan di FKIP. Tanggung jawab beliau selama jadi dekan terkenal sukses,” ujar Aripay saat dihubungi tadi malam dan mengaku tengah berada di Jakarta.

Anggota DPRD Sumut ini mengaku sangat terkejut atas peristiwa yang menimpa Nuraini. Ia mengetahui kabar duka tersebut dari pemberitaan di media online. Ia juga berpendapat, dari sisi integritas, kapasitas dan kepribadian almarhuma betul-betul sosok tokoh pendidikan. Menurutnya, tidak berlebihan pula bila Nuraini dianggap pahlawan di bidang pendidikan, khusus di Sumut. “Bertepatan momen Hardiknas kemarin, saya pikir sosok beliau cocok dijadikan pahlawan pendidikan di Sumut. Itu pantas melihat kapasitas dan pengorbanannya selama ini,” tuturnya.

Dia mengaku peristiwa ini telah mencoreng dunia pendidikan. Namun dirinya menghimbau jangan cepat menjudge UMSU karena peristiwa ini.

“Kejadian ini bisa saja terjadi di manapun, tidak hanya di UMSU. Mari kita jadikan pelajaran. Sebenarnya apa yang menjadi dasar sampai segitunya si anak berbuat. Saya justru lebih khawatir ini anak narkoba. Kebetulan tadi di pesawat, saya satu duduk dengan mantan Kepala BNN Sumut Pak Rudi Tranggono, lantas saya ceritakan kejadian ini dan beliau bilang bisa jadi orang yang pengguna melakukan hal begitu,” ujarnya seraya menambahkan agar si pelaku di hukum sesuai aturan perundangan.

Yulhasni, dosen FKIP UMSU lainnya, menilai sosok Nuraini adalah orang yang ramah, mengayomi dan juga santun. “Dia sebagai pimpinan selalu tanya, kamu sudah makan, apa kabar. Peduli sama siapa saja. Siapa menyangka beliau pergi seperti ini,” ujar Yulhasni.

Ini duka mendalam bagi segenap civitas akademika UMSU. Di mata Yulhasni, sosok keguruan tampak melekat dari kepribadian almarhuma. Pun demikian, ia mengaku ada hal yang belum sempat ia sampaikan kepada Nuraini.

“Tiga hari yang lalu (Jumat, Red) kami ketemu di kampus. Ya, begitu saling sapa dan tanya kabar. Ada buku yang belum sempat kukasih sama beliau, padahal itu pernah kujanjikan. Tulisan berbentuk cerpen gitu. Aku ngajar di UMSU itu karena beliau,” katanya.

Yulhasni mengaku sempat mengingat perkataan Nuraini saat awal hendak mengajar dulu. ”Pak Yul kalau mengajar di sini nggak boleh pakai celana jeans. Itu karena saat antar lamaran pakai celana jeans. Saya cuma bilang kalau mau jadi guru ya, belajarnya sama beliau,” kenangnya. (prn/val)

Kemarin pagi saat upacara peringatan Hardiknas, Arifin mengaku sempat bertemu Nuraini. Mereka sama-sama terlambat mengikuti apel. Saat akan meneken absensi, keduanya sudah tak diperbolehkan lagi.

“Ya, sangat terkejut sekali. Tadi pagi (kemarin, Red) sempat satu baris dengan beliau saat upacara Hardiknas. Kami agak terlambat ikut apel. Waktu baris beliau tampak ceria. Tak ada tanda-tanda,” katanya.

Selama mengenal sosoknya, Arifin menyebutkan Nuraini adalah guru sejati. “Kami sedih juga peristiwa ini bisa terjadi, apalagi dilingkup FKIP yang notabene kami mengajarkan tentang karakter mahasiswa,” ucapnya.

Arifin menduga si pelaku sudah terpengaruh narkoba makanya nekad berbuat hal sadis seperti itu.

“Apalagi jarak antara kamar mandi dengan ruang kelas itu dekat dan ramai orang hilir mudik di situ. Jadi gak nyangka juga ditempat itu terjadi pembunuhan. Kalau menurut Kapolresta itu merupakan pembunuhan berencana, sesuai hukum pula dia (pelaku) harus dihukum seberat-beratnya,” harap Arifin.

Setali tiga uang, dosen Fakultas Ekonomi UMSU Aripay Tambunan juga berpendapat serupa. “Pertama-tama saya turut berduka atas meninggalnya Bu Nuraini. Beliau sosok dosen yang baik, ramah, pernah jadi dekan di FKIP. Tanggung jawab beliau selama jadi dekan terkenal sukses,” ujar Aripay saat dihubungi tadi malam dan mengaku tengah berada di Jakarta.

Anggota DPRD Sumut ini mengaku sangat terkejut atas peristiwa yang menimpa Nuraini. Ia mengetahui kabar duka tersebut dari pemberitaan di media online. Ia juga berpendapat, dari sisi integritas, kapasitas dan kepribadian almarhuma betul-betul sosok tokoh pendidikan. Menurutnya, tidak berlebihan pula bila Nuraini dianggap pahlawan di bidang pendidikan, khusus di Sumut. “Bertepatan momen Hardiknas kemarin, saya pikir sosok beliau cocok dijadikan pahlawan pendidikan di Sumut. Itu pantas melihat kapasitas dan pengorbanannya selama ini,” tuturnya.

Dia mengaku peristiwa ini telah mencoreng dunia pendidikan. Namun dirinya menghimbau jangan cepat menjudge UMSU karena peristiwa ini.

“Kejadian ini bisa saja terjadi di manapun, tidak hanya di UMSU. Mari kita jadikan pelajaran. Sebenarnya apa yang menjadi dasar sampai segitunya si anak berbuat. Saya justru lebih khawatir ini anak narkoba. Kebetulan tadi di pesawat, saya satu duduk dengan mantan Kepala BNN Sumut Pak Rudi Tranggono, lantas saya ceritakan kejadian ini dan beliau bilang bisa jadi orang yang pengguna melakukan hal begitu,” ujarnya seraya menambahkan agar si pelaku di hukum sesuai aturan perundangan.

Yulhasni, dosen FKIP UMSU lainnya, menilai sosok Nuraini adalah orang yang ramah, mengayomi dan juga santun. “Dia sebagai pimpinan selalu tanya, kamu sudah makan, apa kabar. Peduli sama siapa saja. Siapa menyangka beliau pergi seperti ini,” ujar Yulhasni.

Ini duka mendalam bagi segenap civitas akademika UMSU. Di mata Yulhasni, sosok keguruan tampak melekat dari kepribadian almarhuma. Pun demikian, ia mengaku ada hal yang belum sempat ia sampaikan kepada Nuraini.

“Tiga hari yang lalu (Jumat, Red) kami ketemu di kampus. Ya, begitu saling sapa dan tanya kabar. Ada buku yang belum sempat kukasih sama beliau, padahal itu pernah kujanjikan. Tulisan berbentuk cerpen gitu. Aku ngajar di UMSU itu karena beliau,” katanya.

Yulhasni mengaku sempat mengingat perkataan Nuraini saat awal hendak mengajar dulu. ”Pak Yul kalau mengajar di sini nggak boleh pakai celana jeans. Itu karena saat antar lamaran pakai celana jeans. Saya cuma bilang kalau mau jadi guru ya, belajarnya sama beliau,” kenangnya. (prn/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/