25.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Digaet Via Facebook, Pernah Dapat Omzet Rp1 Miliar Sehari

PP: Penghasilan selama malang melintang di bisnis judi itu berapa?
JS: Bervariasi. Mulai dari ratusan ribu, jutaan, puluhan juta hingga ratusan juta. Saya pernah mendapatkan Rp1 miliar per hari.

PP: Wah, banyak sekali. Darimana saja itu?
JS: Server judi online yang banyak di luar negeri, terutama di Kamboja, semua membernya adalah masyarakat Indonesia. Karena di Indonesia masih ilegal, maka servernya diletak di luar negeri, namun pemainnya semua ada di dalam negeri. Jumlahnya saya prediksi bisa jutaan orang. Bahkan puluhan juta. Jadi ya wajar saja kalau nilainya sampai segitu.

PP: Cara mengeruk keuntungannya bagaimana?
JS: Makanya dibutuhkan tenaga kerja dari Indonesia, karena komunikasi antara member dengan CS menggunakan bahasa Indonesia dan pelayanan transaksinya nanti juga menggunakan Bank Indonesia. Seperti BCA, BRI, Danamon, BNI dan Mandiri. Blog untuk promosi website judinya juga berbahasa Indonesia. Kalau soal mencari untung, namanya juga bisnis judi. Orang Indonesia masih banyak yang suka main judi, apalagi judi online. Lebih aman.

PP: Apakah member sengaja dikalahkan dan kalian mengaturnya dari komputer operator atau server?
JS: O, tidak. Kerja kami hanya membiarkan member saling bermain. Kami menerima uang dari mereka, untuk membeli kredit. Uangnya masuk ke perusahaan.

Kalau jadi bandar, memang soal kecepatan tangan saja. Tidak ada yang sengaja dikalahkan. Tapi peluang menang kami pasti lebih besar. Misalnya hari ini member menang, dia besok main lagi kalah. Jadi dibuat semacam candu agar member tetap terus mau bermain di website judi kami.

PP: Ada berapa banyak website judi yang servernya di Kamboja dan membernya dari Indonesia?
JS: Wah, tidak terhitung. Banyak sekali. Yang jelas kalau judi online, sudah pasti membernya dari Indonesia.

(Dari penelusuran Pekanbaru Pos diketahui, bahwa soal jumlah website judi di Kamboja sangat fantastis. Sebagai gambaran saja, di setiap kamar di Grand Dragon, bisa menampung hingga 70 komputer. Setiap website judi, membutuhkan 3-4 komputer. Artinya dalam satu kamar saja, bisa mengoperasikan 20-25 website judi. Sementara di lokasi Grand dragon ini, ada ratusan kamar yang disewakan bagi pebisnis judi.

Itu baru di grand dragon saja. Di Kamboja, ada dua lokasi judi terbesar lainnya. Yakni di Bavet dan Paypet. Di Bavet yang terletak di Provinsi Svay Rieng-dekat perbatasan Vietnam-ada satu casino namanya Sun City. Di sini seluruh operator mesin judinya adalah warga Indonesia. Jumlahnya mencapai 700 WNI. Rata-rata usianya masih muda-muda, 19-25 tahun. Ada juga yang masih di bawah umur, namun persentasenya sedikit.

Dengan temuan di atas, maka diperkirakan ada ratusan bahkan ribuan website judi dioperasikan dari Kamboja dengan member pemain judi dari Indonesia. Dan ironisnya, operator judinya di Kamboja adalah anak-anak muda Indonesia)

PP: Apakah temuan saya di atas benar?
JS: Ya, benar. Memang begitulah faktanya. Di salah satu tempat judi Filiphina, ada sekitar 200 warga Indonesia.

PP: WNI menjadi mayoritas pekerja di tempat judi Kamboja, mereka datang dari mana?
JS: 80 persen dari wilayah Sumatera khususnya Medan, Sumatera Utara. Termasuk dari Riau. Sedangkan 20 persen lagi dari berbagai daerah di Indonesia.

PP: Rata-rata gaji yang didapat berapa?
JS: Kalau CS atau operator, rata-rata bisa dapat Rp 7-10 juta per bulan.

(Dari penelusuran Pekanbaru Pos, ternyata gaji dari perusahaan judi dibagi dalam dua mata uang. Gaji dalam mata uang rupiah, ditransfer langsung ke rekening dalam negeri. Sementara gaji dalam bentuk Dollar AS, diberikan langsung sebagai biaya hidup selama di Kamboja. Di Negara ini, selain mata uangnya sendiri, juga masih menggunakan Dollar AS).

PP: Jadi dari 23 WNI Meranti, kamu jadi pemimpinnya?
JS: Iya. Karena penghasilan dari mesin saya lebih besar dari mereka, maka saya ditunjuk jadi pemimpinnya. Di grand dragon, ada dua supervisor. Saya dan AS asal Medan, Sumatera Utara.

PP: Penghasilan selama malang melintang di bisnis judi itu berapa?
JS: Bervariasi. Mulai dari ratusan ribu, jutaan, puluhan juta hingga ratusan juta. Saya pernah mendapatkan Rp1 miliar per hari.

PP: Wah, banyak sekali. Darimana saja itu?
JS: Server judi online yang banyak di luar negeri, terutama di Kamboja, semua membernya adalah masyarakat Indonesia. Karena di Indonesia masih ilegal, maka servernya diletak di luar negeri, namun pemainnya semua ada di dalam negeri. Jumlahnya saya prediksi bisa jutaan orang. Bahkan puluhan juta. Jadi ya wajar saja kalau nilainya sampai segitu.

PP: Cara mengeruk keuntungannya bagaimana?
JS: Makanya dibutuhkan tenaga kerja dari Indonesia, karena komunikasi antara member dengan CS menggunakan bahasa Indonesia dan pelayanan transaksinya nanti juga menggunakan Bank Indonesia. Seperti BCA, BRI, Danamon, BNI dan Mandiri. Blog untuk promosi website judinya juga berbahasa Indonesia. Kalau soal mencari untung, namanya juga bisnis judi. Orang Indonesia masih banyak yang suka main judi, apalagi judi online. Lebih aman.

PP: Apakah member sengaja dikalahkan dan kalian mengaturnya dari komputer operator atau server?
JS: O, tidak. Kerja kami hanya membiarkan member saling bermain. Kami menerima uang dari mereka, untuk membeli kredit. Uangnya masuk ke perusahaan.

Kalau jadi bandar, memang soal kecepatan tangan saja. Tidak ada yang sengaja dikalahkan. Tapi peluang menang kami pasti lebih besar. Misalnya hari ini member menang, dia besok main lagi kalah. Jadi dibuat semacam candu agar member tetap terus mau bermain di website judi kami.

PP: Ada berapa banyak website judi yang servernya di Kamboja dan membernya dari Indonesia?
JS: Wah, tidak terhitung. Banyak sekali. Yang jelas kalau judi online, sudah pasti membernya dari Indonesia.

(Dari penelusuran Pekanbaru Pos diketahui, bahwa soal jumlah website judi di Kamboja sangat fantastis. Sebagai gambaran saja, di setiap kamar di Grand Dragon, bisa menampung hingga 70 komputer. Setiap website judi, membutuhkan 3-4 komputer. Artinya dalam satu kamar saja, bisa mengoperasikan 20-25 website judi. Sementara di lokasi Grand dragon ini, ada ratusan kamar yang disewakan bagi pebisnis judi.

Itu baru di grand dragon saja. Di Kamboja, ada dua lokasi judi terbesar lainnya. Yakni di Bavet dan Paypet. Di Bavet yang terletak di Provinsi Svay Rieng-dekat perbatasan Vietnam-ada satu casino namanya Sun City. Di sini seluruh operator mesin judinya adalah warga Indonesia. Jumlahnya mencapai 700 WNI. Rata-rata usianya masih muda-muda, 19-25 tahun. Ada juga yang masih di bawah umur, namun persentasenya sedikit.

Dengan temuan di atas, maka diperkirakan ada ratusan bahkan ribuan website judi dioperasikan dari Kamboja dengan member pemain judi dari Indonesia. Dan ironisnya, operator judinya di Kamboja adalah anak-anak muda Indonesia)

PP: Apakah temuan saya di atas benar?
JS: Ya, benar. Memang begitulah faktanya. Di salah satu tempat judi Filiphina, ada sekitar 200 warga Indonesia.

PP: WNI menjadi mayoritas pekerja di tempat judi Kamboja, mereka datang dari mana?
JS: 80 persen dari wilayah Sumatera khususnya Medan, Sumatera Utara. Termasuk dari Riau. Sedangkan 20 persen lagi dari berbagai daerah di Indonesia.

PP: Rata-rata gaji yang didapat berapa?
JS: Kalau CS atau operator, rata-rata bisa dapat Rp 7-10 juta per bulan.

(Dari penelusuran Pekanbaru Pos, ternyata gaji dari perusahaan judi dibagi dalam dua mata uang. Gaji dalam mata uang rupiah, ditransfer langsung ke rekening dalam negeri. Sementara gaji dalam bentuk Dollar AS, diberikan langsung sebagai biaya hidup selama di Kamboja. Di Negara ini, selain mata uangnya sendiri, juga masih menggunakan Dollar AS).

PP: Jadi dari 23 WNI Meranti, kamu jadi pemimpinnya?
JS: Iya. Karena penghasilan dari mesin saya lebih besar dari mereka, maka saya ditunjuk jadi pemimpinnya. Di grand dragon, ada dua supervisor. Saya dan AS asal Medan, Sumatera Utara.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/