28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Digaet Via Facebook, Pernah Dapat Omzet Rp1 Miliar Sehari

PP: Maksudnya, kamu membuat transaksi fiktif?
JS: Benar. Saya menjadi member sekaligus bandar. Sebagai member, saya pasang taruhan Rp1,1 miliar. Lalu sebagai bandar, saya memberi kredit senilai itu. Saya sengaja kalah untuk merugikan perusahaan. Tapi uangnya fiktif, tidak ada. Jadi tidak ada kerugian apapun karena member dan bandar adalah saya sendiri.

PP: Berapa lama kamu membuat transaksi fiktif begitu?
JS: Hanya 15 menit. Kalau saya mau, saya bisa memberi nilai dengan angka lebih besar. Karena saya bandarnya. Tapikan nilai kerugian ini tidak ada sebenarnya.

PP: Apakah kamu tahu dampaknya akan sebesar ini?
JS: 60 persen saya tahu. Makanya setelah itu saya melarikan diri dari Kamboja.

PP: Mengapa pergi sendiri dan tak mengajak teman-temanmu?
JS: Kalau ada masalah seperti ini, pasti yang dicari hanya pelakunya. Pihak perusahaan judi tidak akan membawa kasus ke polisi. Mereka punya kamar rahasia sendiri, untuk menginterogasi yang berbuat curang. Biasanya dikurung berhari-hari dan dipukuli. Saya tahu bakalan dicari atau bahkan dihabisi. Makanya saya lari segera meninggalkan Kamboja.

(Dari informasi KBRI, JS pergi hanya membawa baju di badan. Selama berhari-hari sejak melarikan diri, ia hanya mengenakan pakaian yang sama. Celana jeans, baju kaos warna putih dan jaket hitam. Oleh pihak KBRI Kamboja, JS akhirnya diberikan beberapa pakaian ganti)

Tapi tanpa saya sangka, manager panik dan mereka menyandera kawan-kawan yang datang bersama saya. Padahal mereka tak tahu apa-apa dan tidak bersalah. Mereka disandera dan dianiaya. Itu semua sengaja mereka lakukan untuk memancing saya keluar.

PP: Bagaimana prosesnya hingga kamu menyerahkan diri?
JS: Saya melakukannya tanggal 4 Mei. Tanggal 6 Mei, saya masih berada di Phnom Penh. Tanggal 7 Mei, saya keluar dari Kamboja. Naik pesawat ke Singapura. Lalu naik fery ke Batam.

Di sanalah saya baca berita, ternyata kawan-kawan saya disandera. Berita juga simpang siur. Perusahaan judi sengaja menghembuskan isu saya melarikan uang. Rumah saya digeledah polisi. Saya merasa tidak aman dan memutuskan batal pulang ke Selat Panjang. Saya sembunyi ke Johor, Malaysia.

Saya terus memikirkan keselamatan kawan-kawan di Kamboja. Makanya saya buat email kaleng ke KBRI Kamboja. Saya beri informasi dan lokasi perusahaan judinya, agar kawan-kawan saya bisa diselamatkan.

Sementara itu saya tetap berkomunikasi dengan orang tua. Pada mereka saya berjanji akan menyerahkan diri. Maka saya telpon pihak Kemenlu di Jakarta. Mereka mengucapkan terimakasih saya mau bekerjasama. Tanggal 18 Mei, saya menyerahkan diri ke KBRI Malaysia. Agak lama karena waktu itu terbentur hari libur panjang.

PP: Mengapa kamu berani kembali?
JS: Saya memang disarankan untuk tak kembali ke Kamboja. Tapi saya mau bertanggungjawab penuh pada penyelesaian kasus ini. Kawan-kawan saya tidak bersalah. Saya ingin mereka dibebaskan.

PP: Apakah kamu menyesal, tindakan isengmu sudah berdampak besar. Terutama pada keselamatan kawan-kawanmu?
JS: Ya pasti. Tapi bagaimanapun, saya datang untuk menyelamatkan mereka. (KBRI mengakui, bahwa berkat email JS lah mereka mendapatkan lokasi pasti tempat judi 23 WNI. Karena mereka masuk ke Kamboja, menggunakan visa turis dan tak melaporkan diri ke KBRI).

Saya sudah meminta maaf secara khusus pada mereka. Saya bersyukur mereka sudah memaafkan saya.

PP: Sekarang kawan-kawanmu sudah bebas, sementara kamu disidang. Bagaimana perasaannya?
JS: Saya senang mereka selamat. Tujuan saya kembali memang untuk mereka. Saya juga siap menghadapi perusahaan judi di meja sidang. Karena saya yakin, tidak ada kerugian yang saya lakukan sebagaimana yang dituduhkan. Kalau pun mau disidang, tidak masalah.

Saya mengucapkan terimakasih kepada KBRI Kamboja, terutama Bapak Dubes Pitono Purnomo dan seluruh staffnya. Mereka telah membantu proses pembebasan kawan-kawan saya. Juga telah memberi tempat aman untuk saya selama di Kamboja.

PP: Apakah kamu menyesal?
JS: Menyesal itu pasti. Tapi semuanya sudah terjadi dan harus saya hadapi. Saya hanya takut satu hal saja, kalau nanti harus dipenjara di Kamboja. Mungkin beberapa tahun tidak bertemu keluarga di Selat Panjang. Tapi ini sebuah pengalaman hidup. Saya juga salah dan siap bertanggungjawab.
PP: Usia kamu masih muda. Jika masalah ini selesai, punya cita-cita mau kerja apa?
JS: Saya belum terpikir untuk ke arah sana. Mau fokus menyelesaikan masalah ini dulu.

PP: Banyak remaja Indonesia yang bekerja di tempat judi seperti kamu. Ada saran untuk pemerintah?
JS: Judi memang dilarang di Indonesia, tapi bagi pebisnis judi online, Indonesia masih pangsa pasar yang sangat potensial. Jika pemerintah mau bekerjasama, saya bisa bantu polisi untuk menutup website-website judi yang membernya orang Indonesia.(***)

PP: Maksudnya, kamu membuat transaksi fiktif?
JS: Benar. Saya menjadi member sekaligus bandar. Sebagai member, saya pasang taruhan Rp1,1 miliar. Lalu sebagai bandar, saya memberi kredit senilai itu. Saya sengaja kalah untuk merugikan perusahaan. Tapi uangnya fiktif, tidak ada. Jadi tidak ada kerugian apapun karena member dan bandar adalah saya sendiri.

PP: Berapa lama kamu membuat transaksi fiktif begitu?
JS: Hanya 15 menit. Kalau saya mau, saya bisa memberi nilai dengan angka lebih besar. Karena saya bandarnya. Tapikan nilai kerugian ini tidak ada sebenarnya.

PP: Apakah kamu tahu dampaknya akan sebesar ini?
JS: 60 persen saya tahu. Makanya setelah itu saya melarikan diri dari Kamboja.

PP: Mengapa pergi sendiri dan tak mengajak teman-temanmu?
JS: Kalau ada masalah seperti ini, pasti yang dicari hanya pelakunya. Pihak perusahaan judi tidak akan membawa kasus ke polisi. Mereka punya kamar rahasia sendiri, untuk menginterogasi yang berbuat curang. Biasanya dikurung berhari-hari dan dipukuli. Saya tahu bakalan dicari atau bahkan dihabisi. Makanya saya lari segera meninggalkan Kamboja.

(Dari informasi KBRI, JS pergi hanya membawa baju di badan. Selama berhari-hari sejak melarikan diri, ia hanya mengenakan pakaian yang sama. Celana jeans, baju kaos warna putih dan jaket hitam. Oleh pihak KBRI Kamboja, JS akhirnya diberikan beberapa pakaian ganti)

Tapi tanpa saya sangka, manager panik dan mereka menyandera kawan-kawan yang datang bersama saya. Padahal mereka tak tahu apa-apa dan tidak bersalah. Mereka disandera dan dianiaya. Itu semua sengaja mereka lakukan untuk memancing saya keluar.

PP: Bagaimana prosesnya hingga kamu menyerahkan diri?
JS: Saya melakukannya tanggal 4 Mei. Tanggal 6 Mei, saya masih berada di Phnom Penh. Tanggal 7 Mei, saya keluar dari Kamboja. Naik pesawat ke Singapura. Lalu naik fery ke Batam.

Di sanalah saya baca berita, ternyata kawan-kawan saya disandera. Berita juga simpang siur. Perusahaan judi sengaja menghembuskan isu saya melarikan uang. Rumah saya digeledah polisi. Saya merasa tidak aman dan memutuskan batal pulang ke Selat Panjang. Saya sembunyi ke Johor, Malaysia.

Saya terus memikirkan keselamatan kawan-kawan di Kamboja. Makanya saya buat email kaleng ke KBRI Kamboja. Saya beri informasi dan lokasi perusahaan judinya, agar kawan-kawan saya bisa diselamatkan.

Sementara itu saya tetap berkomunikasi dengan orang tua. Pada mereka saya berjanji akan menyerahkan diri. Maka saya telpon pihak Kemenlu di Jakarta. Mereka mengucapkan terimakasih saya mau bekerjasama. Tanggal 18 Mei, saya menyerahkan diri ke KBRI Malaysia. Agak lama karena waktu itu terbentur hari libur panjang.

PP: Mengapa kamu berani kembali?
JS: Saya memang disarankan untuk tak kembali ke Kamboja. Tapi saya mau bertanggungjawab penuh pada penyelesaian kasus ini. Kawan-kawan saya tidak bersalah. Saya ingin mereka dibebaskan.

PP: Apakah kamu menyesal, tindakan isengmu sudah berdampak besar. Terutama pada keselamatan kawan-kawanmu?
JS: Ya pasti. Tapi bagaimanapun, saya datang untuk menyelamatkan mereka. (KBRI mengakui, bahwa berkat email JS lah mereka mendapatkan lokasi pasti tempat judi 23 WNI. Karena mereka masuk ke Kamboja, menggunakan visa turis dan tak melaporkan diri ke KBRI).

Saya sudah meminta maaf secara khusus pada mereka. Saya bersyukur mereka sudah memaafkan saya.

PP: Sekarang kawan-kawanmu sudah bebas, sementara kamu disidang. Bagaimana perasaannya?
JS: Saya senang mereka selamat. Tujuan saya kembali memang untuk mereka. Saya juga siap menghadapi perusahaan judi di meja sidang. Karena saya yakin, tidak ada kerugian yang saya lakukan sebagaimana yang dituduhkan. Kalau pun mau disidang, tidak masalah.

Saya mengucapkan terimakasih kepada KBRI Kamboja, terutama Bapak Dubes Pitono Purnomo dan seluruh staffnya. Mereka telah membantu proses pembebasan kawan-kawan saya. Juga telah memberi tempat aman untuk saya selama di Kamboja.

PP: Apakah kamu menyesal?
JS: Menyesal itu pasti. Tapi semuanya sudah terjadi dan harus saya hadapi. Saya hanya takut satu hal saja, kalau nanti harus dipenjara di Kamboja. Mungkin beberapa tahun tidak bertemu keluarga di Selat Panjang. Tapi ini sebuah pengalaman hidup. Saya juga salah dan siap bertanggungjawab.
PP: Usia kamu masih muda. Jika masalah ini selesai, punya cita-cita mau kerja apa?
JS: Saya belum terpikir untuk ke arah sana. Mau fokus menyelesaikan masalah ini dulu.

PP: Banyak remaja Indonesia yang bekerja di tempat judi seperti kamu. Ada saran untuk pemerintah?
JS: Judi memang dilarang di Indonesia, tapi bagi pebisnis judi online, Indonesia masih pangsa pasar yang sangat potensial. Jika pemerintah mau bekerjasama, saya bisa bantu polisi untuk menutup website-website judi yang membernya orang Indonesia.(***)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/