26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Lampu Padam, Solar untuk Genset Kian Sulit Dicari

MEDAN-Sejak sebulan belakangan ini BBM solar kian sulit didapat. Sejumlah SPBU di Medan tetap memajang tuliskan Maaf, Solar Habis. Misalnya saja di beberapa SPBU Jalan Sisingamangaraja dan SPBU di kawasan Jalan Gagak Hitam (ring road) dan lainnya. Padahal, musim pemadaman lampu yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah Sumut membuat warga kian mencari BBM solar untuk mesin gensetnya. Sayangnya, solar kian sulit didapat.

Armin, pedagang nasi gurih dan lontong malam di Jalan Karya Bakti Medan mengeluh sulitnya mendapat BBM solar.  “Sejak PLN  melakukan pemadam lampu maka kebutuhan akan BBM solar semakin tinggi, khususnya  untuk mesin genset saya. Sebab, pemadaman lampu sering terjadi malam. Gak mungkin konsumen saya makan di gelap-gulita, jadi harus pakai genset,” ujarnya.

Wati Nasution, warga Jalan Pancing juga mengeluhkan hal yang sama. Sejak pemadaman lampu, mereka sangat membutuhkan solar untuk menyalakan mesin genset. Sebab dia khawatir jika menggunakan lilin akan beresiko terjadinya kebakaran “Saya lebih cenderung menggunakan genset karena saya sangat mengantisipasi terjadinya kebakaran,” tuturnya.

Assistan Customer Relation Pertamina Marketing and Trading Sonny Mirath yang dikonfirmasi mengatakan, alasan kelangkaan masih tetap pada penggunaan solar subsidi itu sendiri. Sebagaimana masyarakat yang berhak maupun tidak berhak seharusnya menyadari kebijakan ini tidak akan jadi masalah ketika direalisasikan sesuai aturannya. “Solar tidak langka, tapi  pembelinya tidak tepat sasaran,” ujarnya.

Sedangkan Vincent Wijaya, Pengamat ekonomi Sumut mengatakan, pemadaman listrik secara bergilir semakin menunjukkan bahwa penikmat BBM seperti solar subsidi yang seharusnya dinikmati masyarakat dan pelaku usaha kecil malah berbalik arah menjadi meresahkan. Karena di saat seharusnya mereka menikmatinya, kini malah menjerit karena kelangkaan. “Kebijakan pemerintah ingin berpihak kepada masyarakat.

Tapi kenyataan menjadi masalah. Jadi seharusnya pemerintah berpikir dua kali untuk memutuskan kebijakan dan harus melihat dari segala sisi dan berbagai kalangan. Sebab jika menguntung hanya satu pihak, maka akan terjadi kecemburuan sosial dan akhirnya terjadi spekulasi kebijakan,” tegas Vincent.(mag-9)

MEDAN-Sejak sebulan belakangan ini BBM solar kian sulit didapat. Sejumlah SPBU di Medan tetap memajang tuliskan Maaf, Solar Habis. Misalnya saja di beberapa SPBU Jalan Sisingamangaraja dan SPBU di kawasan Jalan Gagak Hitam (ring road) dan lainnya. Padahal, musim pemadaman lampu yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah Sumut membuat warga kian mencari BBM solar untuk mesin gensetnya. Sayangnya, solar kian sulit didapat.

Armin, pedagang nasi gurih dan lontong malam di Jalan Karya Bakti Medan mengeluh sulitnya mendapat BBM solar.  “Sejak PLN  melakukan pemadam lampu maka kebutuhan akan BBM solar semakin tinggi, khususnya  untuk mesin genset saya. Sebab, pemadaman lampu sering terjadi malam. Gak mungkin konsumen saya makan di gelap-gulita, jadi harus pakai genset,” ujarnya.

Wati Nasution, warga Jalan Pancing juga mengeluhkan hal yang sama. Sejak pemadaman lampu, mereka sangat membutuhkan solar untuk menyalakan mesin genset. Sebab dia khawatir jika menggunakan lilin akan beresiko terjadinya kebakaran “Saya lebih cenderung menggunakan genset karena saya sangat mengantisipasi terjadinya kebakaran,” tuturnya.

Assistan Customer Relation Pertamina Marketing and Trading Sonny Mirath yang dikonfirmasi mengatakan, alasan kelangkaan masih tetap pada penggunaan solar subsidi itu sendiri. Sebagaimana masyarakat yang berhak maupun tidak berhak seharusnya menyadari kebijakan ini tidak akan jadi masalah ketika direalisasikan sesuai aturannya. “Solar tidak langka, tapi  pembelinya tidak tepat sasaran,” ujarnya.

Sedangkan Vincent Wijaya, Pengamat ekonomi Sumut mengatakan, pemadaman listrik secara bergilir semakin menunjukkan bahwa penikmat BBM seperti solar subsidi yang seharusnya dinikmati masyarakat dan pelaku usaha kecil malah berbalik arah menjadi meresahkan. Karena di saat seharusnya mereka menikmatinya, kini malah menjerit karena kelangkaan. “Kebijakan pemerintah ingin berpihak kepada masyarakat.

Tapi kenyataan menjadi masalah. Jadi seharusnya pemerintah berpikir dua kali untuk memutuskan kebijakan dan harus melihat dari segala sisi dan berbagai kalangan. Sebab jika menguntung hanya satu pihak, maka akan terjadi kecemburuan sosial dan akhirnya terjadi spekulasi kebijakan,” tegas Vincent.(mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/