27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Sulit Dapat Solar, Nelayan Belawan tak Melaut

BELAWAN- Dari dulu sampai sekarang nasib nelayan kian terpuruk. Sudahlah hasil tangkapan ikan minim, karena dijarah kapal-kapal ikan berukuran besar, kini para nelayan di Belawan kembali dihadapkan dengan persoalan lainnya. Nelayan Belawan mengaku sulit mendapat jatah solar subsidi untuk kebutuhan mesin perahu (boat) mereka. Padahal, pemerintah baik pertamina dan PT Aneka Kimia Raya Corporindo Tbk (AKR) telah membangun belasan stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN) dan stasiun pengisian Solar Packed Dealer Nelayan SPDN di sekitar kawasan pesisir.

Menurut penuturan beberapa nelayan pada Sumut Pos, Kamis (3/5) kemarin, menyebutkan, sulitnya mereka mendapatkan pasokan minyak solar sudah dirasakan sejak sejak lama. Anehnya, beberapa oknum pengelola SPBN (Solar Paket BBM Nelayan) yang mendapat izin peruntukan menyalurkan minyak solar subsidi kepada nelayan diduga enggan menjualnya solarnya.

“Seperti di SPBN punya PT AKR di Pajakbaru Jalan Hiu, Belawan asal kami mau beli solar tak dikasih, padahal ketentuan supaya nelayan bawa boat dalam membeli solar sudah dilakukan. Kalau dipikir-pikir yang dibutuhkan nelayan tak banyak, cuma 60 liter buat mesin boat berangkat melaut,” keluh, Syaifullah nelayan asal Belawan ini.

Pria yang akrab disapa, Iful ini menuturkan, kejadian seperti ini sudah dirasakan nelayan selama beberapa bulan terakhir. Bahkan akibat sulitnya dia dan sejumlah nelayan lainnya mendapatkan solar tak jarang mereka membeli solar ke SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang biasa diperuntukan bagi kenderaan atau transportasi di darat dengan harga sedikit lebih mahal.

“Dari pada nggak berangkat melaut, ya terpaksa beli minyak solar ke SPBU dengan harga agak mahal atau Rp5000 per liternya,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, sulitnya nelayan untuk mendapat jatah bahan bakar solar bukan dikarenakan pasokan BBM ke SPBN habis atau tidak di distribusikan oleh PT Aneka  Kimia Raya Corporindo Tbk (AKR). Namun disebabkan pihak pengelola SPBN AKR berinisial, AHU terkesan enggan menjual solar yang khusus diperuntukan bagi nelayan tersebut.

“Kami ini rakyat kecil, cuma janganlah pula dipersulit untuk cari makan. Dulu untuk membangun SPBN disini kami dimintai tanda tangan. Tapi kenapa kok sudah berdiri, minyaknya tak boleh dibeli, kalaupun dikasi kenapa hanya beberapa orang saja. Ada apa ini,?” ujarnya.
Sementara, informasi diperoleh sumut pos, kelangkaan solar yang dirasakan nelayan ini tidak lain karena adanya beberapa SPBN di Belawan yang disinyalir menyalurkan pasokkan minyaknya ke sejumlah gudang penampungan tak resmi untuk kemudian dipasok ke industri yang berada di luar kota Medan.

Diantara SPBN yang diduga menjual jatah solar nelayan itu ke pihak lain menurut sumber adalah SPBN PT AKR di Jalan Hiu Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia Kecmatan Medan kota Belawan, SPBN di Jalan Young Panah Hijau Kecamatan Medan Marelan dan SPBN yang berada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan. (mag-17)

BELAWAN- Dari dulu sampai sekarang nasib nelayan kian terpuruk. Sudahlah hasil tangkapan ikan minim, karena dijarah kapal-kapal ikan berukuran besar, kini para nelayan di Belawan kembali dihadapkan dengan persoalan lainnya. Nelayan Belawan mengaku sulit mendapat jatah solar subsidi untuk kebutuhan mesin perahu (boat) mereka. Padahal, pemerintah baik pertamina dan PT Aneka Kimia Raya Corporindo Tbk (AKR) telah membangun belasan stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN) dan stasiun pengisian Solar Packed Dealer Nelayan SPDN di sekitar kawasan pesisir.

Menurut penuturan beberapa nelayan pada Sumut Pos, Kamis (3/5) kemarin, menyebutkan, sulitnya mereka mendapatkan pasokan minyak solar sudah dirasakan sejak sejak lama. Anehnya, beberapa oknum pengelola SPBN (Solar Paket BBM Nelayan) yang mendapat izin peruntukan menyalurkan minyak solar subsidi kepada nelayan diduga enggan menjualnya solarnya.

“Seperti di SPBN punya PT AKR di Pajakbaru Jalan Hiu, Belawan asal kami mau beli solar tak dikasih, padahal ketentuan supaya nelayan bawa boat dalam membeli solar sudah dilakukan. Kalau dipikir-pikir yang dibutuhkan nelayan tak banyak, cuma 60 liter buat mesin boat berangkat melaut,” keluh, Syaifullah nelayan asal Belawan ini.

Pria yang akrab disapa, Iful ini menuturkan, kejadian seperti ini sudah dirasakan nelayan selama beberapa bulan terakhir. Bahkan akibat sulitnya dia dan sejumlah nelayan lainnya mendapatkan solar tak jarang mereka membeli solar ke SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang biasa diperuntukan bagi kenderaan atau transportasi di darat dengan harga sedikit lebih mahal.

“Dari pada nggak berangkat melaut, ya terpaksa beli minyak solar ke SPBU dengan harga agak mahal atau Rp5000 per liternya,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, sulitnya nelayan untuk mendapat jatah bahan bakar solar bukan dikarenakan pasokan BBM ke SPBN habis atau tidak di distribusikan oleh PT Aneka  Kimia Raya Corporindo Tbk (AKR). Namun disebabkan pihak pengelola SPBN AKR berinisial, AHU terkesan enggan menjual solar yang khusus diperuntukan bagi nelayan tersebut.

“Kami ini rakyat kecil, cuma janganlah pula dipersulit untuk cari makan. Dulu untuk membangun SPBN disini kami dimintai tanda tangan. Tapi kenapa kok sudah berdiri, minyaknya tak boleh dibeli, kalaupun dikasi kenapa hanya beberapa orang saja. Ada apa ini,?” ujarnya.
Sementara, informasi diperoleh sumut pos, kelangkaan solar yang dirasakan nelayan ini tidak lain karena adanya beberapa SPBN di Belawan yang disinyalir menyalurkan pasokkan minyaknya ke sejumlah gudang penampungan tak resmi untuk kemudian dipasok ke industri yang berada di luar kota Medan.

Diantara SPBN yang diduga menjual jatah solar nelayan itu ke pihak lain menurut sumber adalah SPBN PT AKR di Jalan Hiu Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia Kecmatan Medan kota Belawan, SPBN di Jalan Young Panah Hijau Kecamatan Medan Marelan dan SPBN yang berada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan. (mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/