Abang-Adik Ini Tidur di Lantai Dingin selama 4 Tahun…
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
ODGJ_Coky Tampubolon diajak berbicara oleh petugas dari Dinas Sosial usai di lepas kan dari kurungan dalam rumah nya di Jalan Garpu Medan, Kamis (03/5) Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Pemkot Medan melepas Iwan tampubolon dan adik nya Coky tampubolon dari kurungan untuk menjalani proses penyembuhan di rumah sakit jiwa.
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS ODGJ_Iwan Tampubolon (43) dan Coky Tampubolon (39) saat akan dilepaskan dari kurungan dalam rumahnya di Jalan Garpu Medan, Kamis (03/5) Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Pemkot Medan melepas Iwan tampubolon dan adik nya Coky tampubolon dari kurungan untuk menjalani proses penyembuhan di rumah sakit jiwa.
“Si Coky ini sebenarnya agak bandal. Sejak kecil dulu bandalnya sudah nampak. Dia tidak tamat sekolah, cuma sampai kelas 5 SD saja. Dia itu tidak mau diajari. Tapi mengajari yang pintaran. Dia itu pintar waktu kecil,” ungkap Hasudungan kepada Sumut Pos, Kamis (3/5).
Setelah beranjak dewasa, persisnya di usia 20 tahunan, Coky mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa. Banyak tetangga yang komplain dengan sikapnya. “Memang sudah nampak gejalanya sejak lama. Tapi mulai-mulai diobati sama mamak kami sejak tahun 2014 dibantu abangnya Iwan,” ceritanya.
Lain lagi kisah gangguan jiwa yang dialami Iwan Tampubolon. Dia mulai nampak ada yang aneh semenjak pulang merantau. Bukan masalah ekonomi yang menyebabkan Iwan mengalami depresi. “Dia sempat berjualan di Pasar Petisah. Lumayan juga dulunya dia mendapat duit,” ujar Hasudungan.
Puncak kelainan jiwa yang dialami Iwan mulai tampak aneh sejak berusia 30 tahunan. Mulai di usia itu dia mulai bicara melantur. “Kalau si Iwan ini dia cenderung tenang. Cuma ya sering melantur. Dia itu dulu sempat ke Jakarta diajak temannya. Pulang dari Jakarta, mulailah melantur dia. Tapi lebih tenang ketimbang adik saya yang satu lagi,” ungkapnya.
Kenapa mereka dikurung, menurut Hasudungan, karena adik-adiknya kerap bermasalah dengan tetangga sekitar. “Kami kerangkeng di rumah karena komplain warga sekitar,” ungkapnya.
Sempat pula orangtua mereka mendapat perlakuan kasar dari Coky. Hal itu terjadi ketika mereka tinggal bertiga. “Sewaktu saya tidak ada di rumah, dibantingnya ibu saya. Ya bagaimanalah orangtua mau melawan. Si Iwan pun pernah bersikap kasar pada ibu saya. Tapi ya bagaimanalah… namanya juga orang sudah stress, mana tahu lagi dia apa yang dibuatnya,” kata Hasudungan.
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS ODGJ_Iwan Tampubolon (43) dan Coky Tampubolon (39) saat akan dilepaskan dari kurungan dalam rumahnya di Jalan Garpu Medan, Kamis (03/5) Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Pemkot Medan melepas Iwan tampubolon dan adik nya Coky tampubolon dari kurungan untuk menjalani proses penyembuhan di rumah sakit jiwa.
“Si Coky ini sebenarnya agak bandal. Sejak kecil dulu bandalnya sudah nampak. Dia tidak tamat sekolah, cuma sampai kelas 5 SD saja. Dia itu tidak mau diajari. Tapi mengajari yang pintaran. Dia itu pintar waktu kecil,” ungkap Hasudungan kepada Sumut Pos, Kamis (3/5).
Setelah beranjak dewasa, persisnya di usia 20 tahunan, Coky mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa. Banyak tetangga yang komplain dengan sikapnya. “Memang sudah nampak gejalanya sejak lama. Tapi mulai-mulai diobati sama mamak kami sejak tahun 2014 dibantu abangnya Iwan,” ceritanya.
Lain lagi kisah gangguan jiwa yang dialami Iwan Tampubolon. Dia mulai nampak ada yang aneh semenjak pulang merantau. Bukan masalah ekonomi yang menyebabkan Iwan mengalami depresi. “Dia sempat berjualan di Pasar Petisah. Lumayan juga dulunya dia mendapat duit,” ujar Hasudungan.
Puncak kelainan jiwa yang dialami Iwan mulai tampak aneh sejak berusia 30 tahunan. Mulai di usia itu dia mulai bicara melantur. “Kalau si Iwan ini dia cenderung tenang. Cuma ya sering melantur. Dia itu dulu sempat ke Jakarta diajak temannya. Pulang dari Jakarta, mulailah melantur dia. Tapi lebih tenang ketimbang adik saya yang satu lagi,” ungkapnya.
Kenapa mereka dikurung, menurut Hasudungan, karena adik-adiknya kerap bermasalah dengan tetangga sekitar. “Kami kerangkeng di rumah karena komplain warga sekitar,” ungkapnya.
Sempat pula orangtua mereka mendapat perlakuan kasar dari Coky. Hal itu terjadi ketika mereka tinggal bertiga. “Sewaktu saya tidak ada di rumah, dibantingnya ibu saya. Ya bagaimanalah orangtua mau melawan. Si Iwan pun pernah bersikap kasar pada ibu saya. Tapi ya bagaimanalah… namanya juga orang sudah stress, mana tahu lagi dia apa yang dibuatnya,” kata Hasudungan.