TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Meluapnya air Sungai Bahilang dan Sungai Padang, mengakibatkan Kota Tebingtinggi terendam sejak Jumat (1/12) malam. Dari 35 Kelurahan di Lima Kecamatan, sedikitnya 25 kelurahan dilanda banjir dengan ketinggian air 50 hingga 150 centimeter. Akibatnya, 8.421 KK atau 33.825 jiwa harus mengungsi. Sementara kerugian material diperkirakan Rp21.777.500.000 seperti sawah, dan lahan pertanian lainnya.
Daerah paling parah terendam air yaitu di Kecamatan Rambutan, tepatnya Kelurahan Tanjung Marulak Hilir dan Kelurahan Tanjung Marulak serta Kelurahan Sri Padang dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Begitu juga di Kecamatan Tebingtinggi Kota di Kelurahan Bandar Utama dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter, Kelurahan Badak Berjuang Kota Tebingtinggi dengan kedalaman hampir satu meter. Begitu juga di di Kelurahan Bulian, Kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis, dan Kelurahan Persiakan, Kelurahan Tualang, Kecamatan Padang Hulu.
Pantauan Sumut Pos, Jalan Sudirman tepatnya di depan Rumah Sakit Sri Pamela, tidak bisa dilalui kenderaan karena di bagian jalan sisi sebelah kanan ketinggian air mencapai 80 cm.
Mengantisipasi agar pengguna jalan tidak terjebak, pihak kepolisian Satlantas Polres Tebingtinggi mengalihkan pengguna jalan menuju Kota Tebingtinggi melalui Jalan Prof HM Yamin ke Jalan Gatot Subroto, bisa menuju inti Kota Tebingtinggi dan menuju Pemantangsiantar.
Akibat dilanda banjir ini, perekonomian di Kota Tebingtinggi lumpuh total. Seperti pusat pasar di Jalan Gurami tepat di Pasar Impres Kota Tebingtinggi lumpuh karena terendam banjir dengan kedalaman 80 cm. Banyak pedagang harus pulang dan tidak bisa berdagang seperti biasa. Bahkan, sejumlah dealer mobil dan sepeda motor di sepanjang Jalan Sudirman terpaksa mengevakuasi kendaraan yang ada di toko mereka ke tempat yang lebih aman.
Begitu juga dengan pelayanan air bersih PDAM Tirta Bulian, terpaksa menghentikan aktivitas pengolahan air bersih, karena WTP Dua yang terletak di Jalan Kutilang Kota Tebingtinggi mesin penggerak listriknya terendam banjir. Diperkirakan ribuan warga tidak mendapatkan pelayanan air bersih.
Bahkan, di Hangkang (tempat penitipan jenazah) umat Budha di Jalan Sebangun Kota Tebingtinggi juga terpaksa menaikkan peti jenazah agar tidak terendam banjir. Bahkan, sembahyang jenazah gagal dilakukan dan menunggu hingga banjir surut.