32 C
Medan
Tuesday, June 11, 2024

Dari Bisikan Mistis hingga Jadi Tukang Becak

Melihat Kehidupan, Hadi Sumarto, Penjaga Palang Pintu Perlintasan KA (2/Habis)

Sambungan dari : Listrik Padam, Peringatan Hanya Pakai Pluit

Menjaga perlintasan kereta api membuat Hadi Sumarto memiliki banyak kisah. Tidak hanya melihat tingkah para pengguna jalan yang main terobos saja, Hadi pun sering melihat orang yang sengaja membuang bunga atau sesajen di dekat rel atau palang perlintasan.

Hadi Sumarto ketika menarik becak.//Puput Julianti Damanik/sumut pos
Hadi Sumarto ketika menarik becak.//Puput Julianti Damanik/sumut pos

Melihat hal itu, Hadi pun langsung bergegas mengambil bunga dan membuangnya. “Wah kalau cerita mistik memang sangat banyak di rel ini. Kadang saat sudah sepi, di atas jam 1 malam ada orang yang jatuhkan plastik di rel, setelah saya lihat ternyata isinya kembang mungkin buat sesajen dan itu tidak sekali saja terjadi. Biasanya saya langsung buang bunga itu,” ujarnya.

Tak hanya itu, bila dinas malam, Hadi mengaku sering mendengar suara aneh dan kadang membisikannya atau membangunkannya saat ia tertidur. “Saya sering juga mendengarkan suara-suara aneh, apalagi saat dulu jadi juru periksa rel. Kalau jaga malamkan kadang kereta sudah jarang lewat, yah namanya manusia kadang saya mau ngantuk dan tertidur. Terus saat tertidur dan kereta mau datang seperti ada yang membangunkan bilang bersiap-siap kereta mau lewat dan setelah saya bangun genta pun menyala dan memang benar ada kereta lewat,” katanya.

Ia juga bersyukur karena banyak masyarakat sekitar yang turut membantu pekerjaannya. “Kadang kalau saya tidur, pedagang atau tukang tempel ban di sebelah pos mau banguni saya kalau saya tertidur. Tapi Alhamdulilah selama saya di sini, belum pernah ada kejadian ini-itu,” ujarnya.

Hadi memang tipekal pekerja keras, sebelum atau sesudah kerja dia pun mengisi waktunya untuk menarik becak. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menambah tabungan agar kelak dapat menyekolahkan anaknya hingga menjadi orang hebat.

Itulah yang disampaikan Hadi saat Sumut Pos berkunjung ke warung nasi milik mertuanya yang dijaga oleh istrinya Siti Rasidah Siregar di Jalan Emas tepat di depan Yanglim Plaza. “Namanya manusia, yah gak cukup kalau ngandalkan gaji bulanan dari menjaga palang pintu perlintasan saja, makanya saya juga narik becak, becak punya mertua. Kebetulan saya sama istri dan anak masih tinggal di rumah mertua dan istri saya ikut bantu mertua berjualan,” katanya.

Istri Hadi pun ikut menyaut, ia mengaku penghasilan dari gaji bulanan suaminya saja tidak cukup, untuk itu uang dari hasil menarik becak dan membantu ibunya berjualan sangat diperlukan untuk memenuhi sebuah kebutuhan dan menabung untuk anaknya. “Kalau omset dari jualan sehari bisa sampai Rp1 juta atau Rp 800 ribu, itu jugakan bukan punya kami semua karena saya juga bekerja sama ibu saya. Kalau becak lumayan sehari kalau ramai bisa sampai Rp150 ribuan, kalau sepi yang cuma Rp50 ribuanlah,” katanya sembari mengatakan tempat tinggal mereka tidak jauh dari warung.

Hadi Sumarto ketika bertugas menjaga palang pintu kereta api.//Puput Julianti Damanik/sumut pos
Hadi Sumarto ketika bertugas menjaga palang pintu kereta api.//Puput Julianti Damanik/sumut pos

Hadi mengaku sering menolak penumpang yang tujuannya jauh karena ia tidak sanggup atau membatasi waktunya karena harus kembali kerja. “Saya kadang suka tolaki yang jauh-jauh, kadang badan sudah capek pengen istirahat, kadang yah karena tak sempat karena harus kerja lagi,” ujar pria asal Mandala, Jalan Padang ini.

Lanjutnya, pekerjaan yang saat ini ia lakukan, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi orang banyak dan tentunya untuk putranya, Wari Suhendra yang masih berusia 5 bulan. “Saya nanti ingin lihat anak saya sukses, jadi orang dan bermanfaat bagi orang banyak. Saya gak nuntut dia jadi ini atau itu, kalau dia mau menjadi generasi penerus bekerja di dunia kereta api juga boleh, terserah dia yang penting dia sukses dan bermanfaat orang banyak,” ujarnya.

Meski berat karena jumlah KA yang melintas lebih banyak setelah adanya Bandara Kualanamu, namun Hadi tak pernah mengeluh. Dia merasa memiliki kepuasan tersendiri dalam mengerjakan tugasnya tersebut.

“Inikan menyangkut orang banyak, kalau kita sempat salah saja maka taruhannya nyawa. Jadi saya dalam menjalankan pekerjaan ini selalu fokus apalagi sekarang selang waktunya juga gak lama, kadang ada selang kereta lewat hanya 15 menit saja,” pungkas penjaga palang pintu Mandala PJL O9 ini. (rbb)

 

Melihat Kehidupan, Hadi Sumarto, Penjaga Palang Pintu Perlintasan KA (2/Habis)

Sambungan dari : Listrik Padam, Peringatan Hanya Pakai Pluit

Menjaga perlintasan kereta api membuat Hadi Sumarto memiliki banyak kisah. Tidak hanya melihat tingkah para pengguna jalan yang main terobos saja, Hadi pun sering melihat orang yang sengaja membuang bunga atau sesajen di dekat rel atau palang perlintasan.

Hadi Sumarto ketika menarik becak.//Puput Julianti Damanik/sumut pos
Hadi Sumarto ketika menarik becak.//Puput Julianti Damanik/sumut pos

Melihat hal itu, Hadi pun langsung bergegas mengambil bunga dan membuangnya. “Wah kalau cerita mistik memang sangat banyak di rel ini. Kadang saat sudah sepi, di atas jam 1 malam ada orang yang jatuhkan plastik di rel, setelah saya lihat ternyata isinya kembang mungkin buat sesajen dan itu tidak sekali saja terjadi. Biasanya saya langsung buang bunga itu,” ujarnya.

Tak hanya itu, bila dinas malam, Hadi mengaku sering mendengar suara aneh dan kadang membisikannya atau membangunkannya saat ia tertidur. “Saya sering juga mendengarkan suara-suara aneh, apalagi saat dulu jadi juru periksa rel. Kalau jaga malamkan kadang kereta sudah jarang lewat, yah namanya manusia kadang saya mau ngantuk dan tertidur. Terus saat tertidur dan kereta mau datang seperti ada yang membangunkan bilang bersiap-siap kereta mau lewat dan setelah saya bangun genta pun menyala dan memang benar ada kereta lewat,” katanya.

Ia juga bersyukur karena banyak masyarakat sekitar yang turut membantu pekerjaannya. “Kadang kalau saya tidur, pedagang atau tukang tempel ban di sebelah pos mau banguni saya kalau saya tertidur. Tapi Alhamdulilah selama saya di sini, belum pernah ada kejadian ini-itu,” ujarnya.

Hadi memang tipekal pekerja keras, sebelum atau sesudah kerja dia pun mengisi waktunya untuk menarik becak. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menambah tabungan agar kelak dapat menyekolahkan anaknya hingga menjadi orang hebat.

Itulah yang disampaikan Hadi saat Sumut Pos berkunjung ke warung nasi milik mertuanya yang dijaga oleh istrinya Siti Rasidah Siregar di Jalan Emas tepat di depan Yanglim Plaza. “Namanya manusia, yah gak cukup kalau ngandalkan gaji bulanan dari menjaga palang pintu perlintasan saja, makanya saya juga narik becak, becak punya mertua. Kebetulan saya sama istri dan anak masih tinggal di rumah mertua dan istri saya ikut bantu mertua berjualan,” katanya.

Istri Hadi pun ikut menyaut, ia mengaku penghasilan dari gaji bulanan suaminya saja tidak cukup, untuk itu uang dari hasil menarik becak dan membantu ibunya berjualan sangat diperlukan untuk memenuhi sebuah kebutuhan dan menabung untuk anaknya. “Kalau omset dari jualan sehari bisa sampai Rp1 juta atau Rp 800 ribu, itu jugakan bukan punya kami semua karena saya juga bekerja sama ibu saya. Kalau becak lumayan sehari kalau ramai bisa sampai Rp150 ribuan, kalau sepi yang cuma Rp50 ribuanlah,” katanya sembari mengatakan tempat tinggal mereka tidak jauh dari warung.

Hadi Sumarto ketika bertugas menjaga palang pintu kereta api.//Puput Julianti Damanik/sumut pos
Hadi Sumarto ketika bertugas menjaga palang pintu kereta api.//Puput Julianti Damanik/sumut pos

Hadi mengaku sering menolak penumpang yang tujuannya jauh karena ia tidak sanggup atau membatasi waktunya karena harus kembali kerja. “Saya kadang suka tolaki yang jauh-jauh, kadang badan sudah capek pengen istirahat, kadang yah karena tak sempat karena harus kerja lagi,” ujar pria asal Mandala, Jalan Padang ini.

Lanjutnya, pekerjaan yang saat ini ia lakukan, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi orang banyak dan tentunya untuk putranya, Wari Suhendra yang masih berusia 5 bulan. “Saya nanti ingin lihat anak saya sukses, jadi orang dan bermanfaat bagi orang banyak. Saya gak nuntut dia jadi ini atau itu, kalau dia mau menjadi generasi penerus bekerja di dunia kereta api juga boleh, terserah dia yang penting dia sukses dan bermanfaat orang banyak,” ujarnya.

Meski berat karena jumlah KA yang melintas lebih banyak setelah adanya Bandara Kualanamu, namun Hadi tak pernah mengeluh. Dia merasa memiliki kepuasan tersendiri dalam mengerjakan tugasnya tersebut.

“Inikan menyangkut orang banyak, kalau kita sempat salah saja maka taruhannya nyawa. Jadi saya dalam menjalankan pekerjaan ini selalu fokus apalagi sekarang selang waktunya juga gak lama, kadang ada selang kereta lewat hanya 15 menit saja,” pungkas penjaga palang pintu Mandala PJL O9 ini. (rbb)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/