31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

TPA Terjun Terapkan Sistem Bio Teknologi, Ubah Status Medan Kota Terjorok

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di TPA Terjun. Dengan demikian, diharapkan mampu membawa Kota Medan keluar dari predikat kota terjorok.

LAUNCHING: Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution saat melaunching pilot project penanggulangan dan penanganan sampah domestik di TPA Terjun, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Sabtu (3/7).

Kegiatan ini turut dihadiri Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu, Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman, Wali Kota Binjai T Amir Hamzah, Bupati Serdangbedagai Darma Wijaya, Wakil Bupati Serdangbedagai Adlin Umar Tambunan, Bupati Karo Corry Sriwati Sebayang, dan mewakili Bupati Deliserdang, serta mewakili Bupati Langkat.

Dalam kesempatan itu, Bobby menjelaskan, selama ini, TPA Terjun menggunakan sistem open dumping, sehingga Kota Medan mendapatkan status kota terjorok dari Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk mengubah status ini, Pemko Medan dengan sigap melakukan pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi Alfimer.

“Kami menargetkan Medan tak lagi menjadi satu kota terjorok di Indonesia. Hal ini dengan mengubah sistem pengelolaan TPA yang selama ini menggunakan sistem open dumping, menjadi sistem sanitary landfill. Dengan begitu, Medan tidak lagi menjadi kota terjorok di 2024 mendatang,” ungkap Bobby.

Selain itu, untuk mengubah status kota terjorok yang ada, Pemko Medan juga berkomitmen menyiapkan 50 hektare lahan TPA regional baru di Talunkenas, Kabupaten Deliserdang. TPA baru ini, nantinya bakal memakai sistem sanitary landfill.

“Artinya, bersama Pemprov Sumut dan Deliserdang, Pemko Medan telah menyiapkan lahan untuk TPA regional. Kami harapkan segera terealisasi untuk mengatasi permasalahan sampah di Medan ini,” tutur Bobby.

Menurut Bobby, saat ini Pemko Medan terus berupaya dalam mengatasi masalah TPA Terjun yang tak bisa diubah sistem pengelolaannya dari open dumping ke sanitary landfill. Untuk itu, satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan sistem bio teknologi. Diharapkan dengan teknologi ini, penanggulangan dan pengubahan sampah baru dapat dilakukan dengan biaya murah, ramah lingkungan, teknik sederhana, dan sistem permesinan yang sangat terjangkau.

“Permasalahan di TPA Terjun sudah terlanjur pakai open dumping harus juga bisa diselesaikan. Ini enggak boleh ditinggalkan masalah tanpa ada solusinya. Jadi hari ini (Sabtu), bagaimana penyelesaian penumpukan yang hari ini ada, bisa dikurangi tahun ke tahun, waktu ke waktu, untuk pemanfaatan yang lebih ekonomis bagi masyarakat ke depan, seperti mengubah sampah menjadi pupuk dan cairan sejenis disinfektan,” jelasnya.

Sebelumnya, Muhammad Yani dari PT Mitra Biosis Ekoteknik (MBE), sebagai pihak yang melakukan pilot projects penanggulangan dan penanganan sampah domestik di TPA Terjun, menjelaskan manfaat proyek pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi Alfimer, karena telah menggunakan gabungan bio teknologi upstream yang diinvensi dan diinovasi oleh One Biosyis, demi mengurai masalah sampah domestic dengan sistem yang lebih efektif, murah, ramah lingkungan, dan mudah guna. Kemudian dengan teknologi tersebut, pengguna teknologi bisa mendapatkan energi alternatif dengan lebih murah dan optimum untuk memproduksi listrik dan bahan bakar.

“Pengelolaan sampah dengan teknologi Alfimer ini akan menghilangkan TPA dan terkelola sampah baru serta teratasinya masalah sampah liar. Di sektor kesehatan, lingkungan bersih di sekeliling lokasi TPA dan TPS liar, serta mengurangi risiko penyakit,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan, Muhammad Husni menjelaskan, program ini adalah konsep penanggulangan sampah pada sumbernya.

Pasalnya saat ini TPA Kota Medan hanya ada satu, yakni TPA Terjun, dengan luas 4 hektare yang dapat dikelola secara optimal. Artinya, jika tidak dilakukan upaya pengelolaan sampah dengan baik di TPA Terjun, maka TPA dikhawatirkan tidak akan mampu menampung sampah dalam 2 sampai 4 tahun ke depan.

“Sambil menunggu TPA regional, kita melakukan upaya pemprosesan dan pengolahan sampah di TPA Terjun. Pengolahan sampah yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Alfimer. Teknologi ini dipilih karena telah menggunakan sistem bio teknologi untuk penanggulangan dan pengubahan sampah baru dengan biaya murah, ramah lingkungan, teknik sederhana, dan sistem permesinan yang sangat terjangkau,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, pengolahan sampah dengan menggunakan sistem bio teknologi ini mampu mengurangi lebih dari 50 persen volume sampah yang diolah dalam 7 sampai 14 hari. Artinya, hal ini akan sangat signifikan karena area lahan TPA Terjun yang padat saat ini dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lebih lama dan hampir tanpa batas. Di samping itu, teknologi ini sebagai solusi hijau, ramah lingkungan dan akan membantu dalam mengingkatkan perlindungan lingkungan secara signifikan.

Husni menjelaskan, proses pengolahan sampah menjadi pupuk dengan menggunakan sistem bio teknologi memakan waktu 7-8 hari. Dengan menggunakan sistem ini, maka dapat dihasilkan 14 ton pupuk, dari 2 ton sampah.

“Sistem bio teknologi merupakan yang paling efisien dari pengolahan sampah. Proyek ini juga merupakan hasil kerja sama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dengan MBE selaku pemegang teknologi, Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS), serta Universitas Sumatera Utara (USU), yang diharapkan dapat membantu membuat studi kelayakan dan naskah akademik,” tutur Husni.

Husni juga mengatakan, teknologi Alfimer ini sudah digunakan di sejumlah negara, seperti Thailand, Malaysia, Fiji, Kamboja, dan India.

Selain di TPA Terjun, lanjutnya, uji coba penggunaan sistem bio teknologi juga akan dilakukan di Pasar Induk Laucih dan Taman Cadika. Di sana, semua sampah-sampah pemotongan pohon akan dijadikan pupuk melalui sistem bio teknologi. Dan ke depan, TPA Namobintang akan dikelola PKPS.

“Kita berharap nantinya pengolahan sampah sudah berbasis pada pengolahan dari hulu dan hilirnya,” pungkasnya. (map/saz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di TPA Terjun. Dengan demikian, diharapkan mampu membawa Kota Medan keluar dari predikat kota terjorok.

LAUNCHING: Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution saat melaunching pilot project penanggulangan dan penanganan sampah domestik di TPA Terjun, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Sabtu (3/7).

Kegiatan ini turut dihadiri Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu, Wakil Wali Kota Medan Aulia Rahman, Wali Kota Binjai T Amir Hamzah, Bupati Serdangbedagai Darma Wijaya, Wakil Bupati Serdangbedagai Adlin Umar Tambunan, Bupati Karo Corry Sriwati Sebayang, dan mewakili Bupati Deliserdang, serta mewakili Bupati Langkat.

Dalam kesempatan itu, Bobby menjelaskan, selama ini, TPA Terjun menggunakan sistem open dumping, sehingga Kota Medan mendapatkan status kota terjorok dari Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk mengubah status ini, Pemko Medan dengan sigap melakukan pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi Alfimer.

“Kami menargetkan Medan tak lagi menjadi satu kota terjorok di Indonesia. Hal ini dengan mengubah sistem pengelolaan TPA yang selama ini menggunakan sistem open dumping, menjadi sistem sanitary landfill. Dengan begitu, Medan tidak lagi menjadi kota terjorok di 2024 mendatang,” ungkap Bobby.

Selain itu, untuk mengubah status kota terjorok yang ada, Pemko Medan juga berkomitmen menyiapkan 50 hektare lahan TPA regional baru di Talunkenas, Kabupaten Deliserdang. TPA baru ini, nantinya bakal memakai sistem sanitary landfill.

“Artinya, bersama Pemprov Sumut dan Deliserdang, Pemko Medan telah menyiapkan lahan untuk TPA regional. Kami harapkan segera terealisasi untuk mengatasi permasalahan sampah di Medan ini,” tutur Bobby.

Menurut Bobby, saat ini Pemko Medan terus berupaya dalam mengatasi masalah TPA Terjun yang tak bisa diubah sistem pengelolaannya dari open dumping ke sanitary landfill. Untuk itu, satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan sistem bio teknologi. Diharapkan dengan teknologi ini, penanggulangan dan pengubahan sampah baru dapat dilakukan dengan biaya murah, ramah lingkungan, teknik sederhana, dan sistem permesinan yang sangat terjangkau.

“Permasalahan di TPA Terjun sudah terlanjur pakai open dumping harus juga bisa diselesaikan. Ini enggak boleh ditinggalkan masalah tanpa ada solusinya. Jadi hari ini (Sabtu), bagaimana penyelesaian penumpukan yang hari ini ada, bisa dikurangi tahun ke tahun, waktu ke waktu, untuk pemanfaatan yang lebih ekonomis bagi masyarakat ke depan, seperti mengubah sampah menjadi pupuk dan cairan sejenis disinfektan,” jelasnya.

Sebelumnya, Muhammad Yani dari PT Mitra Biosis Ekoteknik (MBE), sebagai pihak yang melakukan pilot projects penanggulangan dan penanganan sampah domestik di TPA Terjun, menjelaskan manfaat proyek pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi Alfimer, karena telah menggunakan gabungan bio teknologi upstream yang diinvensi dan diinovasi oleh One Biosyis, demi mengurai masalah sampah domestic dengan sistem yang lebih efektif, murah, ramah lingkungan, dan mudah guna. Kemudian dengan teknologi tersebut, pengguna teknologi bisa mendapatkan energi alternatif dengan lebih murah dan optimum untuk memproduksi listrik dan bahan bakar.

“Pengelolaan sampah dengan teknologi Alfimer ini akan menghilangkan TPA dan terkelola sampah baru serta teratasinya masalah sampah liar. Di sektor kesehatan, lingkungan bersih di sekeliling lokasi TPA dan TPS liar, serta mengurangi risiko penyakit,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan, Muhammad Husni menjelaskan, program ini adalah konsep penanggulangan sampah pada sumbernya.

Pasalnya saat ini TPA Kota Medan hanya ada satu, yakni TPA Terjun, dengan luas 4 hektare yang dapat dikelola secara optimal. Artinya, jika tidak dilakukan upaya pengelolaan sampah dengan baik di TPA Terjun, maka TPA dikhawatirkan tidak akan mampu menampung sampah dalam 2 sampai 4 tahun ke depan.

“Sambil menunggu TPA regional, kita melakukan upaya pemprosesan dan pengolahan sampah di TPA Terjun. Pengolahan sampah yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Alfimer. Teknologi ini dipilih karena telah menggunakan sistem bio teknologi untuk penanggulangan dan pengubahan sampah baru dengan biaya murah, ramah lingkungan, teknik sederhana, dan sistem permesinan yang sangat terjangkau,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, pengolahan sampah dengan menggunakan sistem bio teknologi ini mampu mengurangi lebih dari 50 persen volume sampah yang diolah dalam 7 sampai 14 hari. Artinya, hal ini akan sangat signifikan karena area lahan TPA Terjun yang padat saat ini dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lebih lama dan hampir tanpa batas. Di samping itu, teknologi ini sebagai solusi hijau, ramah lingkungan dan akan membantu dalam mengingkatkan perlindungan lingkungan secara signifikan.

Husni menjelaskan, proses pengolahan sampah menjadi pupuk dengan menggunakan sistem bio teknologi memakan waktu 7-8 hari. Dengan menggunakan sistem ini, maka dapat dihasilkan 14 ton pupuk, dari 2 ton sampah.

“Sistem bio teknologi merupakan yang paling efisien dari pengolahan sampah. Proyek ini juga merupakan hasil kerja sama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dengan MBE selaku pemegang teknologi, Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS), serta Universitas Sumatera Utara (USU), yang diharapkan dapat membantu membuat studi kelayakan dan naskah akademik,” tutur Husni.

Husni juga mengatakan, teknologi Alfimer ini sudah digunakan di sejumlah negara, seperti Thailand, Malaysia, Fiji, Kamboja, dan India.

Selain di TPA Terjun, lanjutnya, uji coba penggunaan sistem bio teknologi juga akan dilakukan di Pasar Induk Laucih dan Taman Cadika. Di sana, semua sampah-sampah pemotongan pohon akan dijadikan pupuk melalui sistem bio teknologi. Dan ke depan, TPA Namobintang akan dikelola PKPS.

“Kita berharap nantinya pengolahan sampah sudah berbasis pada pengolahan dari hulu dan hilirnya,” pungkasnya. (map/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/