25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Hindari Perselingkuhan Otak dan Saraf

Foto: Istimewa Peserta Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu tampak serius mendengarkan pemaparan seputar otak dan saraf.
Foto: Istimewa
Peserta Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu tampak serius mendengarkan pemaparan seputar otak dan saraf.

Selingkuh. Seleweng. Tak sejalan. Masih banyak lagi istilah untuk ketidakharmonisan. Namanya ketidakharmonisan, tentunya bisa membuat sesuatu tidak pas. Meski nikmat, suami-istri bisa ‘perang’ hingga cerai. Nah, bagaimana jika yang tak sejalan itu antarorgan tubuh, saraf dan pembuluh darah misalnya?

—-
Pertanyaan menggoda itu muncul dalam dalam acara Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu. Dan, jawabnya adalah jika saraf dan pembuluh darah ini selingkuh, tidak ada nikmatnya, malah yang terjadi adalah keadaan yang dapat membuat malu penderita dan sakit teramat sakit.

“Jika pembuluh darah menekan saraf ketujuh, penderitanya akan mengalami wajah merot atau hemifacial spasme (Hfs),” ucap dr M Sofyanto SpBS dalam acara itu.

Selain muka merot, perselingkuhan itu juga dapat menyebabkan nyeri wajah. Jika wajah tersentuh sedikit saja rasanya akan sangat nyeri. Keadaan ini disebut dengan trigeminal neuralgia. “Pasien mengatakan kepada saya kalau lebih baik mukanya dicutter saja, dibanding harus merasakan serangan trigeminal ini,” tambahnya.

Penyakit ini, sambung Sofyanto, akibat saraf kelima tertekan pembuluh darah atau disebut trigeminal neuralgia. Penyelesaiannya bagaimana? “Melalui jalan operasi, meskipun dalam rongga kepala dan dekat otak kecil dipastikan operasi berjalan aman,” paparnya.

Soal operasi, penderita tak perlu takut lagi. Pasalnya saat ini telah ditemukan teknik baru dengan tidak membuka batok kepala. “Cukup dengan lubang kecil atau key hole sekitar satu sentimeter saja,” tegas Sofyanto.

Dalam acara itu juga tampil, dr Agus Chorul Anab SpBS – akrab dipanggil dokter Aca. Dia menjelaskan soal keluarbiasaan otak yang manusia miliki. Otak yang besarnya tak seberapa itu memiliki triliunan memori. Dan, jika tak dirawat maka akan sangat berbahaya. “Itulah sebab, selain nutrisi, otak juga perlu olahraga,” cetus Aca yang disambut gelak tawa peserta.

Ternyata dr Aca tak bercanda. Dia menjelaskan, olahragalah yang mampu membuat kemampuan otak itu terjaga; misalnya menghindari pikun dan sebagainya. Lalu, olahraganya sepertti apa? bahwa otak sehat selain nutrisi juga memerlukan latihan. Nah bentuk latihannya apa saja?
Aca menjawab dengan kalimat sederhana yakni gunakan otak itu. Artinya, teruslah belajar. Cobalah sesuatu yang baru untuk melatih otak. Misalnya membaca, belajar bahasa asing, menulis tangan kiri bagi yang bukan kidal. Aktif main teka-teki silang, dan sebagainya. “Jadi kalau ibu-ibu beli ponsel lalu jangan hanya dipakai SMS dan selfie saja. Manfaatkan fitur yang lain agar otak sehat,” katanya.

Dalam kesempatan itu dr Aca juga mengajak peserta menggerakkan anggota badan melalui senam bersama peserta gathering yang membuat suasana jadi meriah. Dipandu anggota komunitas asal Pekanbaru, Helena mantan penderita Hfs, peserta semangat bergoyang diiringi lagu Eyes of Tiger.

GATHERING KOMUNITAS
Selama ini komunitas Brain and Spine sudah melakukan gathering di daerah mulai dari Jakarta, Surabaya, Bukittinggi, Denpasar, Mataram Lombok, Balikpapan, Pekanbaru, Palembang dan banyak kota besar di Indonesia hingga Hongkong.

Tim hadir atas undangan teman-teman komunitas di Medan. Sudah ada 900 orang yang sudah pernah mengunjungi dan berobat di Surabaya. Beberapa di antaranya menjalani operasi. “Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dr Mutiara, Direktur Murni Teguh Memorial Hospital yang telah banyak memberikan bantuan kepada kami sehingga acara berlangsung sukses,” ucap sang ketua komunitas, dr Lilih Dwi Priyanto MMT.

Ir Trijayadi, warga Medan menyatakan puas atas pemberian informasi dan edukasi yang disajikan. “Penyajian materinya sangat menarik, tidak membosankan dan ada pengetahuan baru yang disampaikan dalam acara ini, semoga acara seperti ini bisa berlangsung secara berkala di Medan,” demikian harapnya. (rel/rbb)

Foto: Istimewa Peserta Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu tampak serius mendengarkan pemaparan seputar otak dan saraf.
Foto: Istimewa
Peserta Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu tampak serius mendengarkan pemaparan seputar otak dan saraf.

Selingkuh. Seleweng. Tak sejalan. Masih banyak lagi istilah untuk ketidakharmonisan. Namanya ketidakharmonisan, tentunya bisa membuat sesuatu tidak pas. Meski nikmat, suami-istri bisa ‘perang’ hingga cerai. Nah, bagaimana jika yang tak sejalan itu antarorgan tubuh, saraf dan pembuluh darah misalnya?

—-
Pertanyaan menggoda itu muncul dalam dalam acara Gathering Brain and Spine Community yang diselenggarakan di Murni Teguh Memorial Hospital, Medan, Sabtu (1/8) lalu. Dan, jawabnya adalah jika saraf dan pembuluh darah ini selingkuh, tidak ada nikmatnya, malah yang terjadi adalah keadaan yang dapat membuat malu penderita dan sakit teramat sakit.

“Jika pembuluh darah menekan saraf ketujuh, penderitanya akan mengalami wajah merot atau hemifacial spasme (Hfs),” ucap dr M Sofyanto SpBS dalam acara itu.

Selain muka merot, perselingkuhan itu juga dapat menyebabkan nyeri wajah. Jika wajah tersentuh sedikit saja rasanya akan sangat nyeri. Keadaan ini disebut dengan trigeminal neuralgia. “Pasien mengatakan kepada saya kalau lebih baik mukanya dicutter saja, dibanding harus merasakan serangan trigeminal ini,” tambahnya.

Penyakit ini, sambung Sofyanto, akibat saraf kelima tertekan pembuluh darah atau disebut trigeminal neuralgia. Penyelesaiannya bagaimana? “Melalui jalan operasi, meskipun dalam rongga kepala dan dekat otak kecil dipastikan operasi berjalan aman,” paparnya.

Soal operasi, penderita tak perlu takut lagi. Pasalnya saat ini telah ditemukan teknik baru dengan tidak membuka batok kepala. “Cukup dengan lubang kecil atau key hole sekitar satu sentimeter saja,” tegas Sofyanto.

Dalam acara itu juga tampil, dr Agus Chorul Anab SpBS – akrab dipanggil dokter Aca. Dia menjelaskan soal keluarbiasaan otak yang manusia miliki. Otak yang besarnya tak seberapa itu memiliki triliunan memori. Dan, jika tak dirawat maka akan sangat berbahaya. “Itulah sebab, selain nutrisi, otak juga perlu olahraga,” cetus Aca yang disambut gelak tawa peserta.

Ternyata dr Aca tak bercanda. Dia menjelaskan, olahragalah yang mampu membuat kemampuan otak itu terjaga; misalnya menghindari pikun dan sebagainya. Lalu, olahraganya sepertti apa? bahwa otak sehat selain nutrisi juga memerlukan latihan. Nah bentuk latihannya apa saja?
Aca menjawab dengan kalimat sederhana yakni gunakan otak itu. Artinya, teruslah belajar. Cobalah sesuatu yang baru untuk melatih otak. Misalnya membaca, belajar bahasa asing, menulis tangan kiri bagi yang bukan kidal. Aktif main teka-teki silang, dan sebagainya. “Jadi kalau ibu-ibu beli ponsel lalu jangan hanya dipakai SMS dan selfie saja. Manfaatkan fitur yang lain agar otak sehat,” katanya.

Dalam kesempatan itu dr Aca juga mengajak peserta menggerakkan anggota badan melalui senam bersama peserta gathering yang membuat suasana jadi meriah. Dipandu anggota komunitas asal Pekanbaru, Helena mantan penderita Hfs, peserta semangat bergoyang diiringi lagu Eyes of Tiger.

GATHERING KOMUNITAS
Selama ini komunitas Brain and Spine sudah melakukan gathering di daerah mulai dari Jakarta, Surabaya, Bukittinggi, Denpasar, Mataram Lombok, Balikpapan, Pekanbaru, Palembang dan banyak kota besar di Indonesia hingga Hongkong.

Tim hadir atas undangan teman-teman komunitas di Medan. Sudah ada 900 orang yang sudah pernah mengunjungi dan berobat di Surabaya. Beberapa di antaranya menjalani operasi. “Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dr Mutiara, Direktur Murni Teguh Memorial Hospital yang telah banyak memberikan bantuan kepada kami sehingga acara berlangsung sukses,” ucap sang ketua komunitas, dr Lilih Dwi Priyanto MMT.

Ir Trijayadi, warga Medan menyatakan puas atas pemberian informasi dan edukasi yang disajikan. “Penyajian materinya sangat menarik, tidak membosankan dan ada pengetahuan baru yang disampaikan dalam acara ini, semoga acara seperti ini bisa berlangsung secara berkala di Medan,” demikian harapnya. (rel/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/