28.9 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Tim Temukan Potongan Jenazah

Di sisi lain, Direktur Operasi AirNav Wisnu Darjono menyampaikan bahwa tak ada percakapan darurat antara pilot dan ATC Singapura sesaat sebelum lost contact. Dia merunut pergerakan terakhir pesawat yang dikemudikan oleh AKP Budi Waluyo itu.

Pesawat take off dari Pangkal Pinang pada pukul 09.21 WIB. Selang 33 menit, pesawat lepas dari wilayah Pangkal Pinang dan masuk ke FIR (flight Information Region) Singapura. Setelah melaporkan tujuan dan posisi ketinggian, tak ada pembicaraan lagi. Hingga akhirnya pesawat lost contact 20 menit kemudian.

”Biasanya setelah melaporkan masuk, akan diatur oleh singapura untuk penerbangannya. Tapi memang tidak ada pembicaan. Tidak ada pernyataan kondisi darurat, adanya kesulitan dan alinnya,” paparnya.

Usai lost contact ini, pihak Singapura langsung men-declare distresfa. Kondisi ini turut terpantau oleh radar Tanjung Pinang. Kedua pihak langsung melakukan pencarian hingga akhirnya pada pukul 10.47 melakukan pelaporan pada pihak Basarnas.

”Karena kalau hilang radar kan tidak harus jatuh. Ada penyebab lain. Karenanya, dari declare hilang, Tanjung Pinang dan Singapura langsung melakukan pencarian dulu,” jelasnya.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto mengatakan bahwa proses pencarian pesawat Polri Skytruck M 28 P4021 mengerahkan 16 unit kapal, dua unit helicopter dan satu unit pesawat udara. Perinciannya, tiga unit kapal dan satu heli dari Basarnas, empat kapal dari Ditpolair, satu Unit kapal Bea Cukai, satu unit kapal KPLP, tiga unit kapal Baharkam, satu unit Fokker dan satu unit heli super puma dari Singapura. ”Pencarian dilakukan hingga jelang malam,” terangnya.

Selama hampir dua hari pencarian ini diketahui ada beberapa jenasah yang ditemukan. Namun, dalam kondisi yang tidak utuh, sehingga belum diketahui identitasnya. ”Proses identifikasi di lakukan di RS Bhayangkara Batam,” papar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.

Kabidokkes Polda Kepulauan Riau AKBP Djarot Wibowo menuturkan, hingga pukul 17.40 telah ditemukan sejumlah potongan tubuh yang dikumpulkan dalam empat kantong jenasah. Saat ini proses identifikasi postmortem terus dilakukan. ”Semua kami analisa terlebih dahulu,” ujarnya.

Hingga saat ini belum diketahui sama sekali identitas dari jenasah tersebut. Dia menuturkan bahwa kemungkinan Senin (5/12) baru bisa diketahui identitas jenasah tersebut. ”Sekarang belum ada perkembangan baru, besok hasilnya baru bisa diketahui,” jelasnya.

Untuk pengumpulan data antemortem semua korban telah terkumpul, seperti struktur gigi, bentuk wajah, hingga sidik jari. ”Nanti tinggal dicocokkan semuanya dengan data poostmortem dari jenasah,” paparnya dihubungi Jawa Pos kemarin.

Sementara Direktur Eksekutif Disaster Victim Indonesia (DVI) Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan, melihat kondisi tubuh yang tidak utuh, kemungkinan karena dampak dari kecelakaan pesawat tersebut. ”Namun, harus dianalisa kembali,” paparnya.

Kondisi jenasah yang semacam itu, biasanya akan membuat proses identifikasi menjadi sangat sulit. Sehingga, proses identifikasi akan sangat bergantung pada tes  deoxyribonucleic acid (DNA). ”semoga secepatnya bisa diketahui,” paparnya. (mia/idr/jpg)

Di sisi lain, Direktur Operasi AirNav Wisnu Darjono menyampaikan bahwa tak ada percakapan darurat antara pilot dan ATC Singapura sesaat sebelum lost contact. Dia merunut pergerakan terakhir pesawat yang dikemudikan oleh AKP Budi Waluyo itu.

Pesawat take off dari Pangkal Pinang pada pukul 09.21 WIB. Selang 33 menit, pesawat lepas dari wilayah Pangkal Pinang dan masuk ke FIR (flight Information Region) Singapura. Setelah melaporkan tujuan dan posisi ketinggian, tak ada pembicaraan lagi. Hingga akhirnya pesawat lost contact 20 menit kemudian.

”Biasanya setelah melaporkan masuk, akan diatur oleh singapura untuk penerbangannya. Tapi memang tidak ada pembicaan. Tidak ada pernyataan kondisi darurat, adanya kesulitan dan alinnya,” paparnya.

Usai lost contact ini, pihak Singapura langsung men-declare distresfa. Kondisi ini turut terpantau oleh radar Tanjung Pinang. Kedua pihak langsung melakukan pencarian hingga akhirnya pada pukul 10.47 melakukan pelaporan pada pihak Basarnas.

”Karena kalau hilang radar kan tidak harus jatuh. Ada penyebab lain. Karenanya, dari declare hilang, Tanjung Pinang dan Singapura langsung melakukan pencarian dulu,” jelasnya.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto mengatakan bahwa proses pencarian pesawat Polri Skytruck M 28 P4021 mengerahkan 16 unit kapal, dua unit helicopter dan satu unit pesawat udara. Perinciannya, tiga unit kapal dan satu heli dari Basarnas, empat kapal dari Ditpolair, satu Unit kapal Bea Cukai, satu unit kapal KPLP, tiga unit kapal Baharkam, satu unit Fokker dan satu unit heli super puma dari Singapura. ”Pencarian dilakukan hingga jelang malam,” terangnya.

Selama hampir dua hari pencarian ini diketahui ada beberapa jenasah yang ditemukan. Namun, dalam kondisi yang tidak utuh, sehingga belum diketahui identitasnya. ”Proses identifikasi di lakukan di RS Bhayangkara Batam,” papar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.

Kabidokkes Polda Kepulauan Riau AKBP Djarot Wibowo menuturkan, hingga pukul 17.40 telah ditemukan sejumlah potongan tubuh yang dikumpulkan dalam empat kantong jenasah. Saat ini proses identifikasi postmortem terus dilakukan. ”Semua kami analisa terlebih dahulu,” ujarnya.

Hingga saat ini belum diketahui sama sekali identitas dari jenasah tersebut. Dia menuturkan bahwa kemungkinan Senin (5/12) baru bisa diketahui identitas jenasah tersebut. ”Sekarang belum ada perkembangan baru, besok hasilnya baru bisa diketahui,” jelasnya.

Untuk pengumpulan data antemortem semua korban telah terkumpul, seperti struktur gigi, bentuk wajah, hingga sidik jari. ”Nanti tinggal dicocokkan semuanya dengan data poostmortem dari jenasah,” paparnya dihubungi Jawa Pos kemarin.

Sementara Direktur Eksekutif Disaster Victim Indonesia (DVI) Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan, melihat kondisi tubuh yang tidak utuh, kemungkinan karena dampak dari kecelakaan pesawat tersebut. ”Namun, harus dianalisa kembali,” paparnya.

Kondisi jenasah yang semacam itu, biasanya akan membuat proses identifikasi menjadi sangat sulit. Sehingga, proses identifikasi akan sangat bergantung pada tes  deoxyribonucleic acid (DNA). ”semoga secepatnya bisa diketahui,” paparnya. (mia/idr/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/