31.8 C
Medan
Monday, May 13, 2024

Gus: Sumut Sejahtera Itu Cita-cita Abadi Saya

MEDAN-Sumut Sejahtera. Itulah yang terus dikumandangkan Gus Irawan Pasaribu, mantan direktur utama Bank Sumut tiga periode yang kemudian ingin meneruskan karir menjadi Gubernur Sumatera Utara periode mendatang.

Dalam berbagai kesempatan Gus Irawan malah sering berteriak “salam Sumut Sejahtera’. Biasanya salam tersebut dibalas masyarakat dengan menyatakan hidup Gus Irawan. Membawa jargon Sumut Sejahtera pun membuat popularitas ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumut terus naik karena sudah identik dengannya.

Kerja kerasnya saat menjadi Dirut di Bank Sumut menggulirkan kredit Sumut Sejahtera 1 dan kredit Sumut Sejahtera 2 atau yang biasa disebut SS1 dan SS2 kian menguatkannya sebagai salah satu ikon pendorong ekonomi kerakyatan.
Kini Sumut Sejahtera melekat dengannya. Namun ada yang sedikit membuatnya perlu menjelaskan kenapa itu melekat dalam pribadi Gus, ketika salah seorang dosen salah satu perguruan tinggi negeri di Medan mengkritisi konsepnya.

Kira-kira staf pengajar itu berbicara seperti ini: Gus Irawan tidak pantas membawa-bawa konsep Sumut Sejahtera dalam setiap pertemuannya atau saat berkunjung dengan masyarakat. Sebab itu dulu dirintisnya di Bank Sumut, jadi tak pantas Gus mendengung-dengungkan Sumut Sejahtera sekarang apalagi dibawa-bawa untuk mencapai cita-citanya menjadi salah satu bakal calon Gubsu.

Gus Irawan sebenarnya tidak terkejut dengan itu. Namun dia bertutur bahwa apa pun itu Sumut Sejahtera datang dari alam bawah sadarnya. “Sumut Sejahtera itu cita-cita abadi saya. Dan datang dari alam bawah sadar. Bahwa sebenarnya Sumut Sejahtera-lah yang dibutuhkan masyarakat.”

“Saya kira siapa pun yang ingin menjadi pemimpin di Sumut harus mengusung itu. Semua kita ingin sejahtera. Bukan berarti karena saya dulu di Bank Sumut lalu tak bisa lagi membawa konsep Sumut Sejahtera, “ jelasnya.

Gus Irawan ingin menjelaskan sesungguhnya Sumut Sejahtera itu harus wujud siapa pun pemimpin Sumut. “Saya fikir tidak salah. Dan kebetulan dulu saya bergelut dengan 70 ribu lebih ibu-ibu. Memfasilitasi mereka mendapatkan modal. Itu juga setelah tim di Bank Sumut bekerjasama dengan Sparkassen Bank dari Jerman.”

“Karena ingin ibu-ibu itu memiliki keluarga sejahtera-lah makanya kita usung kredit Sumut Sejahtera. Ibu-ibu yang dibina itu kemudian bisa menambah income keluarga. Mampu berusaha dan menyekolahkan anak-anak. Pelan-pelan dari kredit mereka yang Rp500 ribu naik jadi Rp1 juta kemudian bisa sampai Rp5 juta,” jelasnya.

Jadi itu menyejahterakan mereka, kata Gus Irawan. “Hanya saja itu kan masih dalam satu bidang. Hanya untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan. Kalau bicara Sumut maka banyak hal lain yang perlu kita diperhatikan,” kata dia.

Misalnya kesehatan, pendidikan, masyarakat miskin, infrastruktur, pariwisata, budaya, olahraga bahkan hingga reformasi birokrasi. “Lalu kenapa harus diperdebatkan kalau konsep itu bagus. Saya fikir bukan itu yang perlu disoal tapi bagaimana kita saling mengisi untuk Sumut yang lebih sejahtera,” ujarnya.(mea/rel)

MEDAN-Sumut Sejahtera. Itulah yang terus dikumandangkan Gus Irawan Pasaribu, mantan direktur utama Bank Sumut tiga periode yang kemudian ingin meneruskan karir menjadi Gubernur Sumatera Utara periode mendatang.

Dalam berbagai kesempatan Gus Irawan malah sering berteriak “salam Sumut Sejahtera’. Biasanya salam tersebut dibalas masyarakat dengan menyatakan hidup Gus Irawan. Membawa jargon Sumut Sejahtera pun membuat popularitas ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumut terus naik karena sudah identik dengannya.

Kerja kerasnya saat menjadi Dirut di Bank Sumut menggulirkan kredit Sumut Sejahtera 1 dan kredit Sumut Sejahtera 2 atau yang biasa disebut SS1 dan SS2 kian menguatkannya sebagai salah satu ikon pendorong ekonomi kerakyatan.
Kini Sumut Sejahtera melekat dengannya. Namun ada yang sedikit membuatnya perlu menjelaskan kenapa itu melekat dalam pribadi Gus, ketika salah seorang dosen salah satu perguruan tinggi negeri di Medan mengkritisi konsepnya.

Kira-kira staf pengajar itu berbicara seperti ini: Gus Irawan tidak pantas membawa-bawa konsep Sumut Sejahtera dalam setiap pertemuannya atau saat berkunjung dengan masyarakat. Sebab itu dulu dirintisnya di Bank Sumut, jadi tak pantas Gus mendengung-dengungkan Sumut Sejahtera sekarang apalagi dibawa-bawa untuk mencapai cita-citanya menjadi salah satu bakal calon Gubsu.

Gus Irawan sebenarnya tidak terkejut dengan itu. Namun dia bertutur bahwa apa pun itu Sumut Sejahtera datang dari alam bawah sadarnya. “Sumut Sejahtera itu cita-cita abadi saya. Dan datang dari alam bawah sadar. Bahwa sebenarnya Sumut Sejahtera-lah yang dibutuhkan masyarakat.”

“Saya kira siapa pun yang ingin menjadi pemimpin di Sumut harus mengusung itu. Semua kita ingin sejahtera. Bukan berarti karena saya dulu di Bank Sumut lalu tak bisa lagi membawa konsep Sumut Sejahtera, “ jelasnya.

Gus Irawan ingin menjelaskan sesungguhnya Sumut Sejahtera itu harus wujud siapa pun pemimpin Sumut. “Saya fikir tidak salah. Dan kebetulan dulu saya bergelut dengan 70 ribu lebih ibu-ibu. Memfasilitasi mereka mendapatkan modal. Itu juga setelah tim di Bank Sumut bekerjasama dengan Sparkassen Bank dari Jerman.”

“Karena ingin ibu-ibu itu memiliki keluarga sejahtera-lah makanya kita usung kredit Sumut Sejahtera. Ibu-ibu yang dibina itu kemudian bisa menambah income keluarga. Mampu berusaha dan menyekolahkan anak-anak. Pelan-pelan dari kredit mereka yang Rp500 ribu naik jadi Rp1 juta kemudian bisa sampai Rp5 juta,” jelasnya.

Jadi itu menyejahterakan mereka, kata Gus Irawan. “Hanya saja itu kan masih dalam satu bidang. Hanya untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan. Kalau bicara Sumut maka banyak hal lain yang perlu kita diperhatikan,” kata dia.

Misalnya kesehatan, pendidikan, masyarakat miskin, infrastruktur, pariwisata, budaya, olahraga bahkan hingga reformasi birokrasi. “Lalu kenapa harus diperdebatkan kalau konsep itu bagus. Saya fikir bukan itu yang perlu disoal tapi bagaimana kita saling mengisi untuk Sumut yang lebih sejahtera,” ujarnya.(mea/rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/