MEDAN, SUMUTPOS.CO – Malam semakin malam. Anak-anak yang biasa berjualan kerupuk jangek itu menangis. Mereka kelaparan, tapi mereka tak bias berbuat apa-apa. Bagaimana tidak, malam itu mereka sedang dinterogasi petugas di Kantor Dinsosnaker Medan.
Malam itu jam di dinding menunjukkan angka 10. Ya, pukul 22.00 WIB pada Rabu (4/1). Tim Unit Reaksi Cepat (URC) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan telah menangkap mereka saat berjualan kerupuk jangek di Pasar Simpang Limun, Jalan Sisingamangaraja. Bak anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng) serta anak-anak bergaya ala punk, keenam penjual kerupuk jangek yang masih murid sekolah dasar itupun diboyong petugas. “Mereka itu bukan anjal, gepeng atau apalah namanya,” bela Wali Kota Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat Indonesia (LIRA) Kota Medan, Saman Lubis, begitu mengetahui kabar berita itu usai rumahnya didatangi sejumlah orangtua korban pada Rabu lalu.
Kemarin (6/1), Saman pun langsung menghubungi Sumut Pos untuk membahas kasus yang menurutnya sangat tidak manusiawi tersebut. “Mereka hanya berniat membantu ekonomi orangtuanya sambil berjualan kerupuk jangek,” jelas Saman.
Saman pun bercerita, saat sedang berjualan keenam anak itu kemudian melihat mobil URC menghampiri mereka dan memboyong mereka ke Kantor Dinsosnaker Medan, Jalan Wahid Hasyim. “Informasi ini langsung disampaikan orangtua korban. Kebetulan rumah kami berdekatan di Jalan Denai Gang Bilal, Perumnas Mandala,” ungkapnya.
Sesampainya di Kantor Dinsosnaker, keenam anak malang tersebut lalu diinterogasi petugas hingga pukul 22.00 WIB. “Itu pun karena mereka sudah menangis karena menahan lapar. Tapi sebelum pulang rambut mereka dibotaki semua dan diintimidasi oleh petugas,” katanya.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Malam semakin malam. Anak-anak yang biasa berjualan kerupuk jangek itu menangis. Mereka kelaparan, tapi mereka tak bias berbuat apa-apa. Bagaimana tidak, malam itu mereka sedang dinterogasi petugas di Kantor Dinsosnaker Medan.
Malam itu jam di dinding menunjukkan angka 10. Ya, pukul 22.00 WIB pada Rabu (4/1). Tim Unit Reaksi Cepat (URC) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan telah menangkap mereka saat berjualan kerupuk jangek di Pasar Simpang Limun, Jalan Sisingamangaraja. Bak anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng) serta anak-anak bergaya ala punk, keenam penjual kerupuk jangek yang masih murid sekolah dasar itupun diboyong petugas. “Mereka itu bukan anjal, gepeng atau apalah namanya,” bela Wali Kota Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat Indonesia (LIRA) Kota Medan, Saman Lubis, begitu mengetahui kabar berita itu usai rumahnya didatangi sejumlah orangtua korban pada Rabu lalu.
Kemarin (6/1), Saman pun langsung menghubungi Sumut Pos untuk membahas kasus yang menurutnya sangat tidak manusiawi tersebut. “Mereka hanya berniat membantu ekonomi orangtuanya sambil berjualan kerupuk jangek,” jelas Saman.
Saman pun bercerita, saat sedang berjualan keenam anak itu kemudian melihat mobil URC menghampiri mereka dan memboyong mereka ke Kantor Dinsosnaker Medan, Jalan Wahid Hasyim. “Informasi ini langsung disampaikan orangtua korban. Kebetulan rumah kami berdekatan di Jalan Denai Gang Bilal, Perumnas Mandala,” ungkapnya.
Sesampainya di Kantor Dinsosnaker, keenam anak malang tersebut lalu diinterogasi petugas hingga pukul 22.00 WIB. “Itu pun karena mereka sudah menangis karena menahan lapar. Tapi sebelum pulang rambut mereka dibotaki semua dan diintimidasi oleh petugas,” katanya.